29. Pengunduran Diri

10 0 0
                                    

✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



“Cari perempuan lain yang lebih berkualitas. Nenek akan cari calon yang lebih baik dibandingkan dengan pilihan mama kamu Tara.”

Tiba-tiba saja sang nenek berbicara seperti itu. Tentu saja Dara yang baru menghampiri mereka langsung mencegah rencana ibu mertuanya itu.

“Jangan, Bu. Ini kemauan Almarhum mas Ian, mas Ian yang memilih Gisa sebagai pendamping Tara, Bu.”

“Sudah tenang saja, Ian itu anak ibu. Ibu yakin Ian akan setuju dengan keputusan ibu. Ayo pulang!”

Mereka bertiga memilih untuk pulang dan segera meninggalkan kediaman Mahendra. Sedangkan Gisa masih terisak sambil menutupi wajahnya. Kenzo mencoba menghibur Gisa, tapi tetap saja perempuan itu masih menangis tersedu-sedu.

“Nenek Tara emang begitu, dia keras kepala, belum lagi cara bicaranya yang selalu gak liat tempat. Tapi, Tara sangat menyayangi neneknya. Lebih baik kamu tenangkan diri dulu. Mau liburan?”

“Ker, kerjaan aku gimana?”

“Emang kamu masih mau kerja di sana? Setelah dihina habis-habisan sama pemiliknya. Lebih baik kamu mengundurkan diri, lagian keluarga kita juga udah kaya. Ngapain kerja lagi.”

“Kakak mau keluar juga?”

“Kalo kakak udah dari lama, cuman kakak bosen aja di rumah. Makanya milih kerja, tapi sekarang ada kamu di rumah. Jadi kakak memutuskan untuk berhenti dan surat pengunduran diri kakak udah diterima sama Tara tadi siang.”

“Hah!”

Tangan Kenzo langsung mengusap air mata yang masih tersisa di wajah Gisa. Wajah Gisa sangat manis saat seperti ini, tapi Kenzo tidak suka melihat Gisa merasa sedih seperti ini.

“Ayo liburan!”

“Kemana?”

“Ke Dubai. Sekalian papah sama ibu bulan madu katanya.”

“Minggu ini berarti?”

“Iya. Makanya selesaikan dulu urusan kerjaan, besok kakak antar ke kantor.”

“Makasih, Kak.”

“Kalo kalian jodoh, Tara pasti balik ke kamu. Untuk sekarang lebih baik tenangkan diri dulu. Kakak tahu kamu cewek yang kuat.”

Gisa mengangguk paham. Sebenarnya ini adalah hal yang sering Gisa dapatkan saat dirinya di bangku sekolah. Banyak teman sebayanya yang menghina bahkan menyebutnya anak kurang perhatian.

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now