16. Calon Menantu

30 1 0
                                    

✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cup!

Tara mengecup bibir Gisa. Bibir mereka benar-benar saling menempel. Gisa yang baru pertama kali melakukannya, ia hanya bisa diam tak berkata apapun.

Karena merasa gemas, Tara mulai memainkan bibirnya supaya Gisa segera membalasnya juga.
Tanpa disadari Gisa yang awalnya hanya diam saja, ia malah memberi celah kepada Tara dengan membuka sedikit bibirnya.

Niatnya ingin melepaskan, Tara malah semakin menjadi menyerang bibir ranum Gisa.
Karena menyadari satu hal, Gisa langsung melepaskan kecupan kecil dari Tara. Ia sadar, ini tidak benar semua yang terjadi kalo ini benar-benar salah.

“Stop, Kak! Ini gak bener, kita gak boleh begini. Sekarang kakak keluar, Gisa juga udah maafin kakak. Jadi good night. Lupakan soal barusan!”

Sambil mendorong tubuh Tara agar segera menjauh dari dirinya, Gisa langsung menutup kencang pintu kamarnya hingga terdengar ke lantai bawah.

Blam!

Tara terkesiap ketika suara pintu itu cukup membuatnya terkejut.
Dara yang baru saja keluar dari kamarnya terkejut mendengar suara bantingan pintu.

“Ada apa Tara?”

“Gak apa-apa, Mam. Tara ke kamar dulu mau bobo. Good night, mam!”

“Jangan marahan lama-lama kasian Gisa!”

“Siap Mam!”

Tara langsung menuju ke kamarnya. Ia tidak ingin berlama-lama berada di depan kamar Gisa, ia takut ibunya semakin curiga padanya. Terlebih lagi dirinya sudah melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan.

Sedangkan Gisa, ia masih merasakan sensasi bibir Tara di bibirnya. Rasanya yang manis dan lembutnya bibir Tara, membuatnya tak bisa tidur tenang malam ini.

“Tara sialan! Gue makin mikirin Lo kan. Enggak Gisa, enggak boleh. Jangan sampe Lo suka sama kakak tiri Lo sendiri. Gue gak mau keluarga gue hancur hanya gara-gara keegoisan gue. Hah!”

Gisa galau malam ini. Pikirannya ingin keluar dari perasaan yang tak seharusnya ini, namun hatinya berkata lain. Selama tinggal di rumah ini, hati Gisa mulai terisi dengan hadirnya Tara.

Meskipun mereka berdua setiap kali bertemu pasti selalu bertengkar. Mungkin ke depannya Gisa akan membiasakan dengan orang baru. Gisa bisa, karena perasaannya belum terlalu jauh.

Keesokan harinya...

Gisa sudah sampai di tempat kerjanya. Hari ini adalah hari di mana Gisa bisa mengetahui pelakunya. Pelaku yang sudah menguncinya di toilet tempo hari.

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now