19. Aku Mau

37 1 0
                                    

✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Will you marry me Gisa Lesham Mahendra?"


Satu kalimat yang membuat jantung Gisa berdetak lebih kencang dari biasanya. Matanya menatap wajah Tara yang penuh harap.

Gisa masih menganggap semua ini hanyalah khayalan dan mimpinya. Ia berharap siapa pun itu bisa membangunkannya detik ini juga.
Ia tidak ingin berharap berlebihan, ia tidak ingin semua ini terjadi jika memang ini hanyalah khayalannya.

Namun, lagi-lagi air matanya mengalir begitu saja. Hangatnya air mata sangat jelas ia rasakan di pipinya. Sudah jelas jika ini bukanlah mimpi ataupun khayalannya.

Gisa menatap ke arah Dara dan Abrisam. Mereka berdua tentu saja mengangguk setuju. Tapi, Gisa perlu mengucapkan beberapa kata yang selama ini ia simpan dalam hatinya.

"Kakak berdiri dulu! Kasian lututnya sakit."

Dara dan Abrisam terkekeh mendengar Gisa yang masih memanggil Tara dengan panggilan Kakak.
Tara menurutinya. Ia berdiri di hadapan Gisa. Tatapan mereka berdua bertemu, Gisa yang awalnya biasa saja, kini ia sedang merasakan getaran yang aneh di sekujur tubuhnya. Bukan tremor tapi getaran dari aliran darahnya yang sedang merasakan rasa gugup yang berlebihan.

Kini perempuan itu siap mengutarakan kata-katanya yang sudah ia simpan selama tinggal bersama Tara.

"Gisa, banyak belajar semenjak tinggal bersama kakak. Mulai dari belajar sabar, mengatur emosi juga, yang paling utama adalah belajar melupakan perasaan yang memang tidak mungkin terjadi diantara kita"


Deg...


Tara cukup terkejut dengan perkataan Gisa yang terkesan ingin melupakan rasa.

Rasa apa?

"Tapi, setelah mama mengatakan semuanya hari ini. Jujur, Gisa kaget dan kecewa. Entah harus seperti apa Gisa berekspresi tadi, yang pasti Gisa benar-benar diberi kejutan yang membuat Gisa bingung."

Tara mengambil tangan Gisa. Ia menggenggam dan mengusapnya lembut. Pria itu tahu, Gisa butuh waktu untuk menerima semua ini. Tara tidak akan memaksa Gisa untuk menjawabnya detik ini juga.

"Maka dari itu, Gisa mau jujur soal perasaan Gisa. Awalnya Gisa sangat membenci Kak Tara, Kak Tara nyebelin, ditambah lagi Kak Tara gampang marah. Gisa gak suka orang yang emosian.

Tapi, anehnya Gisa mulai memikirkan banyak hal tentang Kak Tara. Gisa menyadari perasaan ini, tapi Gisa tepis langsung karena memang kita tidak mungkin bisa bersatu. Kita tidak bisa saling mencintai"

TIBA-TIBA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang