12. Gue Kenapa?

40 1 0
                                    

✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






Plak!



Kepala Tara dipukul oleh seseorang. Semua yang ada di ruangan itu mendadak membisu karena datangnya seseorang dari arah belakang mereka.

“Pah, sakit ini. Mam, anaknya dianiaya begini diem aja sih!”

“Mau mam tambahin.”

“Enggak, mam. Pukulan mamah paling sakti, sakitnya sampe ke ginjal.”

Tara langsung diam tak bisa berkata apapun lagi. Padahal ucapannya terkesan bercanda dengan berharap hal itu akan terjadi padanya.
Gisa yang melihat itu hanya bisa menahan tawanya. Bahkan keempat orang yang sejak tadi jadi penonton pun sama, mereka menahan tawanya.

Bisa-bisanya Tara menjadi anak ayam ketika di hadapan orang tuanya. Dia tidak bisa melakukan apapun, apalagi berbuat jahil kepada Gisa. Bisa-bisa Tara akan dicoret dari kartu keluarga.
Abrisam duduk di atas bed hospital sambil mengecup kepala Gisa penuh sayang.

“Papah khawatir sama kamu, Gis.”

“Gisa udah sehat, Pah!”

“Harus sehat donk! Biar kamu bisa balas orang yang udah celakai kamu.”

“Pasti, Pah. Siapa pah orangnya?”

“Nanti aja deh, pas kamu udah benar-benar pulih. Papah mau mengadakan acara di perusahaan Tara. Papah bakal buat pesta kelulusan kamu sama papah mau buat surprise buat pelakunya. Gimana?”

“Ah, gak seru. Mainannya rahasia mulu.”

Abrisam hanya tersenyum sambil mengusap rambut Gisa. Gisa terlalu menggemaskan saat sedang mode manja seperti sekarang. Saat di hadapan orang tuanya, Gisa akan berubah menjadi wanita yang jauh lebih manis, dibandingkan dengan sehari-harinya yang savage girl.

Pemandangan kali ini jelas-jelas disaksikan oleh Tara dan teman-temannya. Gisa sangat manis dan menggemaskan. Begitulah kata hati Tara dan seseorang yang memperhatikannya dari tadi.

“Om, Tante, maaf kita berdua izin pulang. Gisa gak apa-apa kan kita berdua balik?”

“Gak apa-apa, makasih udah ke sini. Kalian memang teman yang paling penting buat gue, sini peluk!”

Gisa merentangkan tangannya supaya Fely dan Vania menghampirinya. Mereka bertiga berpelukan sambil mengusap punggung satu sama lainnya.

“Cepet sembuh cewek bar-bar. Gue kangen gaya Lo yang kayak singa,” ucap Vania dengan penuh percaya diri.

“Heh, panggil gue princess kek, ini malah singa.”

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now