99. Poster

2.2K 143 3
                                    


EP. 99. Poster

********

Jingga berdiri menyamping di depan cermin, mengelus perutnya sambil senyum-senyum sendiri. Usia kehamilannya yang berjalan empat bulan membuat perutnya sudah terlihat membuncit, walaupun belum terlalu kentara.

Setiap hari setelah selesai mandi, Jingga selalu mengukur untuk mengetahui seberapa besar perkembangan kehamilannya. Lebih tepatnya, membandingkan ukuran perutnya dari hari ke hari. Namun, Jingga tak merasa perutnya membesar.

"Eh . . . ." Jingga tersentak kaget saat dua lengan kekar tiba-tiba melingkari perutnya yang telanjang karena dia tidak menutup bagian depan jubah mandinya.

"Kak, kamu ngagetin aja tahu, nggak?" Dumel Jingga kesal seraya memukul pelan punggung tangan Biru yang mulai merayap nakal ke bawah menuju pusat tubuh Jingga.

"Lagian kamu ngapain, sih, fokus banget sampai nggak sadar aku datang?" Biru mengecupi tengkuk Jingga yang terbuka karena rambutnya masih terbungkus handuk kering.

"Aku tadi lagi periksa perkembangan Dedek." Jawab Jingga "Tapi perut aku kok nggak gede-gede, ya?"

"Orang kamu periksanya tiap hari, jadi nggak kelihatan perubahannya. Coba kamu periksanya seminggu atau tiga hari sekali." Cebik Biru yang melihat istrinya begitu tak sabaran.

"Iya juga, sih." Jingga terkekeh geli. Biru yang merasa gemas mengeratkan pelukannya.

"Kamu wangi banget, sih." Biru menghirup dalam-dalam bahu terbuka Jingga.

"Awas, ahh, aku mau pake baju." Ucap Jingga kemudian sambil menggerak-gerakkan bahunya agar Biru melepaskan pelukannya.

"Sebentar, Ji. . . ." Biru yang masih ingin memeluk Jingga tak melepaskannya.

"Tapi aku pegel berdiri terus dari tadi." Rengeknya sambil mendongakkan kepala untuk mempertemukan pandangannya dengan Biru.

"Ya udah, kalau gitu kita duduk." Biru mengecup bibir Jingga sekilas, kemudian menarik kursi meja rias dan duduk di sana dengan membiarkan Jingga berada di pangkuannya.

Sejenak tak ada percakapan di antara mereka. Biru terdiam sambil mengelus lembut perut Jingga yang didalamnya kini terdapat buah cinta mereka.

Menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Jingga, Biru lalu menghirup aroma tubuhnya yang selalu terasa menenangkan, seolah itu mampu meleburkan lelahnya setelah seharian bekerja.

"Kak . . . ." Panggil Jingga memecah keheningan di antara mereka.

"Hum?" Sahut Biru di balik ceruk leher Jingga.

"Kalau perut aku udah besar kayak balon, kamu tetap suka sama aku, kan?"

Mendengar pertanyaan Jingga, sontak membuat Biru mengangkat kepala dengan alis yang bertaut heran.

"Yaa, siapa tahu aja kamu ada niatan selingkuh gitu karena aku udah nggak seksi lagi." Lanjut Jingga seraya mengembungkan pipinya lucu, membuat Biru merasa gemas. Ingin sekali dia menggigit dan menyesap bibir istrinya ini sekarang juga.

"Dapat pikiran kayak gitu dari mana, sih? Hem?" Biru dengan gemas menggigit kecil telinga Jingga hingga membuatnya sedikit menggelinjang geli.

"Dari salah satu berita yang aku baca di internet."

Jingga lantas menjelaskan bahwa tadi dia membaca berita mengenai perselingkuhan yang rentan terjadi saat istri hamil yang disebabkan karena beberapa hal termasuk tubuh perempuan hamil yang tidak menarik lagi hingga membuat suami mencari selingan di luar sana.

STILL IN LOVE [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat