57. Be a Good Friend

4.5K 293 20
                                    

EP. 57. Be a Good Friend

********

Tiga bulan berlalu, Biru menjalani kehidupannya seperti biasa, hanya saja dia lebih banyak diam. Saat bekerja mungkin dia bisa melupakan sejenak perasaannya yang kacau. Tapi setelah pekerjaannya selesai, dia kembali merasakan kekosongan dalam hatinya. Ingatan tentang Jingga yang meninggalkannya membuat sudut hatinya berdenyut nyeri. Biru merindukannya, sangat banyak.

Biru membuka pintu kamar di apartemennya dengan malas, dia lalu mendaratkan tubuhnya di sofa yang ada di kamar sesaat setelah dia melemparkan tas kerja dan jasnya ke sembarang tempat. Dia merebahkan dirinya dengan kepala yang bertumpu pada lengan sofa, diikuti dengan gerakan tangan yang memijat keningnya yang terasa berdenyut nyeri.

Kegiatannya terhenti saat kepalanya menoleh ke arah meja rias yang bertengger kotak barang warna merah muda milik Jingga. Dengan langkah gontai, Biru berjalan dan duduk di kursi meja rias. Tangannya lalu terulur untuk membuka penutup kotak tersebut. Biru menatap nanar satu per satu barang yang ada di sana.

"Dulu kamu sering ngasih ini setiap hari. Karena sekarang kamu lagi lupa, jadi aku yang bakal ngasih ini ke kamu." Biru menyentuh botol yoghurt strawberry yang mungkin sudah kadaluarsa itu seraya mengingat ucapan Jingga yang akan memberinya yoghurt setiap hari.

"Kamu bohong, Ji." Gumamnya lirih.

"Ini cantik, Tante. Nggak terlalu mencolok dan berkilauan."

Biru tersenyum getir saat tangannya kini mengambil cincin tunangan milik Jingga. Masih jelas dalam ingatnnya, gadis itu tersenyum riang dan sangat bersemangat saat mencoba cincin itu.

"Kamu suka ini, kenapa dilepas gitu aja? Dasar bodoh." Umpat Biru dengan nada lemah.

"Pulang, dong, Ji. Nanti aku beliin yang lebih baik dari ini." Ucapnya penuh permohonan. Dia kemudian menyimpan cincin itu ke dalam dompet bersama dengan cincin miliknya. Kini tangannya beralih mengambil kotak berisi kalung yang sempat dia berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Jingga.

"Kamu nggak suka ini, ya? Kok dibalikin? Pulang, dong. Nanti aku beliin yang lain kalau kamu nggak suka yang ini." Gumamnya lagi sembari menatap nanar kalung di tangannya.

"Cepatan pulang dan ayo kita ambil foto bersama sebanyak-banyaknya. Aku janji, kali ini nggak akan protes atau nolak."

Biru menatap putus asa setiap foto kebersamaannya dengan Jingga saat masih SMA. Mereka memang tidak memiliki foto bersama saat ini, selain foto saat mereka bertunangan. Biru menyesal selalu menolak setiap kali Jingga meminta berfoto bersama waktu itu.

Foto-foto tersebut menyadarkan Biru, betapa sangat dekat dan hangatnya hubungan mereka di masa lalu, Jingga tampak bahagia di foto itu, gadis itu banyak tersenyum. Tidak seperti saat bersamanya belakangan ini, Jingga hanya selalu memasang wajah sendunya. Dan itu pasti karena Biru tidak membuatnya tersenyum.

"Ini pasti aku yang ambil buat kamu dulu, kan, Ji?" Biru terus berbicara sendiri seolah Jingga ada di hadapannya. Kali ini tangannya menyentuh boneka sayur yang pernah Biru dapatkan di claw machine sembilan tahun lalu.

"Please, pulang. Nanti aku ambilin boneka lebih banyak lagi buat kamu." Kali ini Biru merasakan dadanya kian sesak.

Rasa sesal hinggap di hatinya. Menyesal tidak memberikan Jingga banyak waktu meskipun gadis itu merengek untuk sekedar mengajaknya makan siang, menyesal karena sudah mengatakan Jingga kekanak-kanakan saat Jingga mengajaknya bermain di Timezone padahal dalam hatinya dia juga senang, menyesal karena lebih banyak membuat Jingga memasang wajah sedih alih-alih tersenyum saat menghabiskan waktu bersamanya.

STILL IN LOVE [END]Where stories live. Discover now