94. Handsome Guy

2.8K 168 2
                                    

EP. 94. Handsome Guy

*********

Setelah selesai sarapan, Biru dan Jingga kembali ke kamar. Jingga dengan manja meminta Biru untuk memeluknya.

Hari ini seharusnya Biru pergi bekerja, tapi dia tidak tega meninggalkan istrinya yang sakit sendirian. Selain itu, dia juga ingin melepaskan rindu pada istri cantiknya ini.

"Kamu yakin nggak mau minum obat?" Tanya Biru karena Jingga terus menolak untuk meminum obat.

"Enggak, orang aku cuma demam sedikit." Jawab Jingga. Dia memang bukan tipe orang yang akan langsung minum obat kalau sakitnya tidak parah.

"Sedikit gimana? Ini kamu udah parah, lho." Kekhawatiran masih tak menyurut dari wajah Biru.

"Enggak, ahh. Peluk gini aja seharian. Pasti cepat sembuh, kok." Jingga lantas mengeratkan pelukan pada tubuh Biru dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang laki-laki itu, lalu menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.

Mendengus geli, Biru lalu membalas pelukan Jingga lebih erat. "Ya udah, tapi kalau panas kamu sampai naik, aku nggak mau denger penolakan kamu buat minum obat."

"Hmm." Jingga mengangguk dalam dekapan Biru.

"Kangen banget sama kamu." Biru mengecup puncak kepala Jingga berkali-kali.

"Aku juga." Jingga mendongakkan kepalanya, mengambil sedikit jarak agar bisa menjangkau pandangannya dengan Biru.

Biru tersenyum, kemudian dia mendekatkan wajahnya, lalu membenamkan bibirnya di kening Jingga, cukup lama hingga membuat Jingga merasa damai dan nyaman.

Mengakhiri ciuman keningnya, Biru lantas beralih mendaratkan ciuman di kelopak mata Jingga kiri dan kanan bergantian.

"I love you." Ucapnya lirih, menatap Jingga dalam-dalam dengan satu tangan mengelus sebelah pipi Jingga lembut . "I love you, Jingga. Get better soon."

"You win." Balas Jingga.

Raut wajah Biru seketika berubah bingung, gagal mencerna jawaban istrinya itu.

"Iya, kamu menang. Aku pikir bisa bilang aku cinta kamu duluan. Tapi, ternyata kamu lebih cepat dari aku." Terang Jingga sambil menahan tawanya.

"Bisa aja kamu, tuh." Biru menggigit ujung hidung Jingga dengan gemas hingga membuatnya terkekeh geli.

"Jorok kamu." Dengus Jingga sambil mengusap hidungnya yang sedikit basah. Biru hanya terkekeh geli.

"Udah, ahh, cepetan tidur, biar kamu cepat sembuh." Biru membenamkan wajah Jingga ke dalam dekapannya.

"Tapi boleh minta usap-usap punggung aku, nggak? Punggung aku sakit banget soalnya." Jingga kembali mendongakkan kepala dengan memasang puppy eyesnya, membuat Biru kembali dibuat gemas.

"Kamu mau bayar aku pake apa?" Tanya Biru tersenyum misterius.

"Ish, sama istri sendiri pake harus dibayar segala." Jingga memukul pelan dada Biru, wajahnya merengut lucu.

"Pokoknya kamu tetap harus bayar." Ucap Biru, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Jingga untuk berbisik. "Aku mau bayarannya kita main seharian di kamar kalau kamu udah sembuh."

Sontak ucapannya tersebut membuat wajah Jingga memerah, teringat permainan panasnya bersama Biru terakhir kali.

Rasanya, sudah lama sekali mereka tidak melakukan itu. Jingga merindukannya, semua sentuhan Biru di setiap jengkal tubuhnya.

Membayangkan itu membuat tubuhnya seketika meremang. Seandainya saja Jingga dalam kondisi yang baik, mungkin saja mereka saat ini sudah bergelung di bawah selimut sambil berolahraga sampai berkeringat.

STILL IN LOVE [END]Where stories live. Discover now