85. Winter

3.9K 176 5
                                    

EP. 85. Winter

*********

Keesokan harinya, Jingga bersiap-siap di depan cermin, memoles wajahnya dengan sedikit make up agar tidak pucat diterpa udara dingin.

Rencana untuk jalan-jalan tadi malam hanyalah rencana. Biru, laki-laki itu dengan curangnya tak membiarkan Jingga beranjak sedikitpun dari tempat tidur.

"Harus banget, ya, kita jalan-jalan hari ini?"

"Apa? Kamu mau ngapain lagi?" Jingga mendelik tajam ke arah Biru yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih setengah basah.

"Aku masih ngantuk. Capek, nih." Ujar Biru sambil menguap, kemudian mendudukkan dirinya di atas meja rias untuk memperhatikan Jingga yang tengah memoleskan sesuatu di wajahnya.

"Siapa suruh kamu main sampai pagi?" Jingga kembali beralih ke cermin, memoleskan lipstick pada bibirnya sebagai sentuhan terakhir. Tak peduli dengan keluhan Biru, dia yakin itu hanya akal-akalannya saja untuk kembali menahan Jingga di kamar dan mengajaknya bergelung di bawah selimut seperti tadi malam.

"Emang kamu nggak capek?" Biru merampas lipstick dari tangan Jingga yang hendak menambahkan satu polesan lagi di bibirnya. "Jangan terlalu tebel."

Jingga mendengus dan mencoba merebut kembali lipstick itu dari tangan Biru, tapi Biru malah semakin menjauhkannya.

"Aku capek, sih. Tapi semangat pengin jalan-jalan lebih besar." Jawab Jingga, lalu menggerakkan tangannya. "Sini kembaliin." Pintanya kemudian dengan raut wajah yang mulai kesal.

"Jangan ditambahin lagi, Ji. Itu bibir kamu udah merah banget."

Jingga memutar bola matanya malas sebelum akhirnya hanya bisa menurut, meski mulutnya menggerutu. "Iya. Lagian ini warnanya ngggak merah, mana ada bibir aku merah banget?"

Biru tersenyum seraya mengedik tak peduli, lalu menyerahkan lipstick itu kembali pada Jingga.

"Pokoknya aku nggak suka kamu dandan terlalu cantik kalau lagi di luar." Ucap Biru sambil mengusap bibir Jingga menggunakan ibu jarinya. Jingga hanya memutar bola matanya malas tanpa ingin mendebatnya.

"Ya udah, cepetan pake jaket kamu." Titah Jingga mengalihkan pembicaraan, gemas sendiri melihat Biru masih santai sementara Jingga sudah siap dan tampil cantik dengan pakaian musim dinginnya.

"Pakein, dong." Pinta Biru dengan senyum penuh arti.

Jingga mendengus, merasa setelah menikah Biru jadi terlampau manja padanya. Sejak kemarin laki-laki itu terus menempel seperti anak kecil. Tak tanggung-tanggung, tadi pagi dia juga meminta Jingga untuk menyuapinya makan.

"Oke, anak manja. Sini Mama pakein." Kelakar Jingga dan berjalan ke tempat tidur untuk mengambil jaket Biru di sana.

Biru sendiri hanya tersenyum kesenangan dan menerima perlakuan Jingga memakaikan jaket padanya. Ternyata menyenangkan bermanja-manja pada istri sendiri.

"Kamu nunduk dikit, dong, aku nggak nyampe, nih." Pinta Jingga saat dia akan memasangkan scarf di leher Biru. Meski Biru sudah merendahkan tubuhnya, tapi tetap saja Jingga harus sedikit berjinjit karena tubuh suaminya itu terlalu tinggi.

"Selesai." Seru Jingga begitu selesai memasangkan scarf untuk melindungi leher Biru agar tetap hangat.

"Belum. . . ." Ucap Biru sambil mengulum senyum penuh makna.

"Apa lagi?" Tanya Jingga dengan sebelah alis yang terangkat.

"Ini baru selesai." Ujar Biru sesaat setelah dia meninggalkan satu kecupan di bibir Jingga sekilas. Jingga memutar bola matanya jengah, Biru selalu saja menutup segala sesuatu dengan ini.

STILL IN LOVE [END]Where stories live. Discover now