47. Wait a Little Longer

3.5K 243 8
                                    

EP. 47. Wait a Little Longer

********

"Seharusnya kamu nggak usah datang. Kamu, kan, bisa bilang sama Bunda kalau kamu sibuk." Tutur Jingga pada Biru yang kini sibuk memeriksa tekanan darahnya.

"Aku nggak sibuk. Lagian aku nggak bisa bohong kayak kamu." Sahut Biru seraya membereskan sphygmomanometernya, ucapannya penuh nada sindiran.

Ingin sekali Jingga menyahuti ucapan Biru, namun tubuhnya yang sakit tidak cukup kuat untuk berdebat. Terlebih, di luar ada Bunda.

"Pergi sana. Aku benci sama kamu." Pinta Jingga dengan suara lemah seraya menepis tangan Biru yang hendak menyentuh dahinya. Gadis itu memalingkan wajahnya dari Biru.

"Jingga." Tegur Biru menatap tajam, sesaat setelah Jingga menepis kasar tangannya begitu dia akan menyentuh dahi gadis itu.

"Aku udah bilang kamu pergi aja."

Biru menggeram dalam hati, sebisa mungkin menahan emosi yang mulai meluap. Biru benci sikap penolakan Jingga.

"Kamu kayaknya lebih suka Langit yang ngobatin, ya?" Ucap Biru geram.

Jingga mendelik, lalu mengubah posisinya membelakangi Biru, dan menarik selimutnya hingga menutupi leher. "Aku pikir itu lebih baik."

Biru yang tak suka akan jawaban Jingga hanya bisa menahan gemuruh di hatinya. Dia menghembuskan napasnya kasar dan mengusap wajahnya dengan gusar.

"Aku harus ngukur suhu tubuh kamu, Ji." Biru menatap punggung Jingga yang membelakanginya.

"Udah tadi sama Bunda." Sahut Jingga malas tanpa menoleh ke arah Biru.

"Tapi aku harus mastiin sekali lagi." Biru menyentuh pundak Jingga agar gadis itu berbalik ke arahnya. Tapi Jingga tak mengindahkanya, gadis itu bergeming dalam posisinya.

Kembali menghela napas kasar, Biru kemudian mengambil termometer lain dari tasnya, lalu dia kembali mendekati tubuh Jingga untuk mengukur suhu tubuh gadis itu.

"Ngapain kamu?" Tanya Jingga mendongakkan kepalanya, menatap Biru penuh waspada saat merasakan tangan cowok itu menyentuh rambutnya.

"Udah diem dulu." Titah Biru seraya menahan tubuh Jingga agar tetap dalam posisi semula. Dia kemudian merapikan rambut Jingga yang terurai agar tak menghalangi telinganya.

Jingga bernapas lega begitu mengetahui ternyata Biru hanya mengukur suhu tubuhnya. Cowok itu mengarahkan sensor inframerah dari termometer tepat pada lubang telinga Jingga.

"Kamu mikir apa?" Cibir Biru sembari menarik salah satu sudut bibirnya. Kini matanya fokus melihat suhu tubuh Jingga yang ditunjukkan termometer.

Jingga tak menanggapi ucapan Biru. Wajahnya yang memang sudah panas terasa lebih panas dari sebelumnya. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri, karena sempat-sempatnya berpikiran kotor.

"Jingga baik-baik aja, kan, Bi?" Bunda tiba-tiba masuk dan menghampiri mereka dengan semangkuk bubur dan segelas air putih di atas nampan yang dia bawa di tangannya.

"Jingga cuma butuh istirahat aja, Tan." Jawab Biru seraya memamerkan senyum hangatnya.

"Syukurlah." Bunda menghembuskan napas lega. "Tante khawatir kalau Jingga sakit parah." Imbuhnya seraya menyimpan nampan yang dibawanya di atas nakas yang ada di samping tempat tidur, lalu menyuruh Jingga untuk bangun.

"Bunda jangan berlebihan, deh. Aku nggak akan terkena sakit parah cuma gara-gara kehujanan. Lagian besok juga pasti sembuh." Jingga mendengus kesal seraya membawa tubuhnya untuk duduk dan bersandar pada headboard ranjang.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang