42. Tasting

3.7K 256 5
                                    

EP. 42. Tasting

********

Pagi hari setelah menikmati libur akhir pekan, Biru kembali bekerja. Membuka pintu ruangan, langkah kakinya dia bawa ke meja kerja yang ada di sana.

Biru tertegun saat matanya mendapati sebotol yoghurt strawberry di atas meja dengan post it yang tertempel pada botolnya. Tangannya terulur untuk mengambil susu fermentasi itu, bisa dia tebak siapa yang menyimpan itu di mejanya.

Sudut bibirnya tertarik saat dia membaca sederet kalimat yang tertulis pada post it tersebut.

"Minum ini dan ingat aku di setiap sesapannya."

_Orang Cantik_

Itulah sederet tulisan yang Biru baca. Tidak membutuhkan waktu lama, Biru kemudian menancapkan sedotan pada tutup botol yoghurt itu dan mulai meminumnya.

"Dasar kekanak-kanakan." Gumam Biru gemas setelah menyesap habis yoghurtnya. Dia lalu menyimpan post it di laci meja kerjanya. Namun saat dia hendak membuang botol yoghurt itu, tiba-tiba memorinya memunculkan ingatan masa lalunya, dia pandangi botol yoghurt tersebut sembari terus berusaha mengingat lebih jauh.

Sekelebat ingatan yang menampilkan Jingga tengah menggigit-gigit kecil sedotan pada botol yoghurt terlihat jelas dalam ingatannya. Bibir merah jambunya yang memainkan sedotan terlihat sangat manis.

Biru memjamkan mata sembari menggelengkan kepalanya. Dia merutuki ingatannya yang memunculkan moment itu. Rasanya, dia ingin pergi ke masa itu dan membenamkan bibirnya di bibir Jingga untuk menggantikan sedotan itu. Bagaimana saat itu dia bisa tahan dan hanya memperhatikannya begitu saja?

Biru jadi teringat ucapan Jingga kemarin. Gadis itu mengatakan jika otaknya sudah tercemar. Sepertinya Biru harus mandi kembang tujuh rupa untuk membuat kepalanya kembali waras.

Ketukan pintu menghentikan lamunan Biru. Dia kemudian membuang botol yoghurt itu ke tempat sampah sebelum akhirnya mempersilahkan orang di luar untuk masuk.

"Masuk." Sahut Biru mempersilahkan.

Setelah mendengar sahutan dari si pemilik ruangan, terlihat seseorang mendorong pintu dan masuk menghampiri Biru yang tengah duduk di kursi kerjanya.

"Ada apa, Lun?" Tanya Biru yang mendapati Luna masuk ke ruangannya.

"Kamu udah sarapan?" Tanya Luna menyunggingkan senyum manis di bibirnya.

"Udah. Aku berangkat dari rumah Papa." Jawab Biru yang dibalas anggukkan Luna tanda mengerti.

"Kalau gitu, gimana kalau kita minum kopi?" Ajak Luna seraya mengangkat termos mini berisi kopi yang sudah dia siapkan dari rumah.

"Sorry, Lun. Kayaknya aku nggak bisa." Tolak Biru halus, membuat senyum manis di wajah Luna perlahan menyurut mendengar penolakan itu.

"Ya udah, deh, nggak apa-apak." Sahut Luna pelan seraya memasang senyum yang dipaksakan.

"Kamu bisa ngasih kopinya buat orang yang lain." Ucap Biru kemudian, membuat Luna sedikit kecewa.

Luna mengangguk samar. "Ung, kalau gitu aku permisi." Pamitnya sambil berlalu pergi dari ruangan Biru. Tapi tak lama Biru memanggil dan terpaksa membuatnya harus berbalik.

"Ada apa, Bi?" Tanya Luna, dalam hatinya terselip harapan Biru akan berubah pikiran untuk mau minum kopi bersamanya.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau malam itu Jingga nelepon aku?"

Hampir saja Biru melupakan pertanyaan yang ingin dia tanyakan sejak kemarin pada Luna. Setelah mendengar Jingga mengatakan bahwa dia meneleponnya saat di restoran malam itu, dan Luna yang menjawabnya. Biru sama sekali tidak mengetahui hal itu sebelumnya.

STILL IN LOVE [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora