76. Married by Accident

5.6K 227 3
                                    

EP. 76. Married by Accident

********

Pukul tujuh malam, Jingga sudah sampai di rumah. Dia segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket setelah menempuh perjalanan sekitar hampir dua jam di pesawat.

Setelah selesai membersihkan diri dan siap dengan piyama motif monyet berwarna kuning terangnya, Jingga keluar dari kamar, dan turun menuju ruang keluarga dengan membawa serta oleh-oleh yang dia beli tadi untuk orang rumah. Terutama untuk kakak iparnya yang sedang mengidam itu.

Menginjak tujuh bulan usia kehamilannya, kini kakak dan kakak iparnya tinggal di rumah Ayah agar Bunda bisa merawat dan mengawasi menantunya itu dengan baik. Terlebih agar Senja tidak kerepotan karena juga harus mengurus Biel.

Sesampainya di ruang keluarga, Jingga mendapati orang tua, kakak, dan keponakannya sudah berkumpul di sana sedang berbincang ringan sambil makan buah.

"Hey, boy. Lagi ngapain?" Jingga menghujani ciuman di pipi gembul keponakannya yang tengah bermain lego begitu sampai di ruang keluarga.

"Aunty. . . ." Rengek anak itu protes saat Jingga dengan gemas menggigit pipinya.

"Ji, kamu, tuh yaa, main gigit aja." Tegur Bintang. Jingga hanya nyengir lebar untuk kemudian mendekati Senja, membungkukkan tubuh, lalu mencium perut buncit kakak iparnya.

"Girl, cepet keluar, ya, biar bisa Aunty dandanin." Ucap Jingga sambil mengelus perut buncit Senja. Dia tersenyum, merasa gemas melihat perut buncit orang hamil karena terlihat seperti balon.

"Dia cowok, Ji." Sahut Senja malas. Sudah berulang kali dia mengatakan pada Jingga kalau anak yang sedang dikandungnya berjenis kelamin laki-laki. Tapi, gadis itu keukeuh berharap keponaknnya perempuan.

"Ya nggak apa-apa. Siapa tahu nanti yang keluar cewek, hasil USG, kan, kadang nggak sesuai prediksi." Seru Jingga. Semua orang hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Terserah kamu, deh, Ji." Senja kembali berujar malas.

"Aku masih ngarep dapat keponakan cewek." Gumamnya kemudian dan beranjak untuk duduk di dekat Bunda.

"Bikin aja sendiri sana, maksa banget." Jingga menangkis dengan cepat bantal sofa yang dilayangkan Bintang ke arahnya.

"Mau bikin gimana? Kemarin aja disuruh nikah malah kabur." Sindir Ayah, membuat Jingga mendengus. Kenapa harus dibahas lagi, coba?

"Apaan, sih, Ayah, nih? Bukan kabur, kemarin-kemarin aku cuma belum siap." Dan ucapannya ini sontak menuai cibiran semua orang. Mereka tak percaya dengan apa yang Jingga katakan.

"Emang sekarang udah siap kalo Bunda suruh kamu nikah lagi?" Cibir Bunda.

"Ohh siap, doong." Sahut Jingga yakin. "Lihat." Lalu bersemangat memamerkan cincin di jari manisnya yang tadi pagi Biru sematkan.

Namun sepertinya semua orang tak terlalu tertarik, apalagi paham. Padahal, Jingga sedang memberi mereka kode untuk memberitahu bahwa dia sudah dilamar Biru.

"Kamu beli cincin baru, Ji? Waaah, cantik-cantik." Komentar Bunda seraya meraih tangan Jingga dan mengamati cincin emas putih dengan satu mata berlian kecil di tengahnya sebagai pemanis itu.

"Ihh, Bunda. Ini–, Kak Biru yang beliin." Ucap Jingga dengan suara mencicit di akhir kalimat. Mendadak dia jadi malu-malu mengatakan itu hingga rona merah muncul di kedua pipinya.

Seketika apa yang diucapkannya barusan kembali menarik perhatian semua orang. Bahkan Ayah meletakkan kembali potongan buah yang hendak dia makan ke dalam piringnya.

STILL IN LOVE [END]Where stories live. Discover now