70. Playing Victim

5.3K 268 0
                                    

EP. 70. Playing Victim

********

Orang tua Biru yang baru pulang dari Singapura tampak senang saat mendapati mobil Biru masih ada di halaman rumahnya. Itu berarti, anaknya belum kembali ke apartemen sejak tiga hari yang lalu mereka meninggalkan rumah.

"Tumben banget Biru betah di rumah." Gumam Papa sedikit heran setelah beliau turun dari mobilnya.

"Mungkin betah karena nggak ada kita, kali, Pa." Sahut Mama, mengingat anak-anak akan merasa bebas saat orang tuanya tidak ada di rumah. "Jadi nggak ada yang ngomelin."

Papa yang mendengar itu hanya mendengus geli dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.

"Bapak, Ibu." Sambut Bi Imah, salah satu asisten rumah tangga di rumah mereka.

"Biru ada di rumah, kan, Bi?" Tanya Mama memastikan.

"Iya. Saya tadi dengar Den Biru datang, tapi kebetulan saya lagi di belakang." Jawab Bi Imah.

"Dia pasti di kamarnya, Ma. Cepat panggil dia, Papa nggak sabar nunjukin kejutannya."

"Kalau begitu, biar saya panggil Den Birunya, Pak." Tawar Bi Imah dan siap melangkah pergi menuju kamar Biru. Tapi Mama menahannya, beliau mengatakan dia sendiri yang akan memanggil anaknya.

"Bi . . . ." Teriak Mama begitu membuka pintu kamar Biru. Namun dia tak mendapati anaknya ada di sana. Terlihat tempat tidurnyapun masih rapi. Tapi tidak tahu saja bahwa teriakannya itu sudah mengejutkan anaknya yang kini berada di balik rak lemari.

"Biruuuuu, Nak?" Teriaknya lagi untuk memastikan, siapa tahu saja anaknya itu ada di kamar mandi atau mengurung diri di ruang rahasia seperti biasanya. Tapi Mama tak bisa masuk ke ruangan rahasia milik Biru. Anak itu akan marah jika saja dia melakukannya.

Selama ini Mama penasaran, sebenarnya apa isi dan apa yang selalu Biru lakukan di dalam sana sampai-sampai tidak boleh ada satu orangpun selain Biru sendiri yang memasukinya. Anak itu bahkan selalu membersihkan kamarnya sendiri.

"Kenapa Mama ada di kamar aku?" Gumam Biru dengan suara rendah seraya mengintip Mama dari sedikit celah yang ada pada rak lemari.

"Itu berarti orang tua kamu udah pulang dari Singapur." Sahut Jingga malas sambil ikut mengintip. Tampak Mama seperti kebingungan mencari keberadaan Biru.

"Iya, aku tahu. Tapi kenapa harus sekarang?" Balas Biru. Jika dilihat-lihat, mereka sudah seperti pencuri di rumah kosong, dan tiba-tiba pemilik rumah datang, hingga mereka akhirnya terjebak seperti ini.

"Mana aku tahu." Jawab Jingga ketus.

"Ya udah, kamu biasa aja, dong, nggak usah jutek-jutek." Komentar Biru yang mendapati wajah Jingga tertekuk masam.

"Siapa yang jutek?" Mata Jingga memicing tajam.

"Kamu tuh jutekin aku terus dari tadi." Jawab Biru.

"Enggak."

"Iya kamu jutek. Kamu kesel, kan, nggak jadi aku cium?" Sahut Biru menggoda dengan tatapan penuh ledekan.

"Ihh, enggak, enak aja." Balas Jingga sedikit gugup.

Biru tersenyum dengan tatapan mencibir. "Cieee salting."

"Issh." Tak terima diledek seperti itu, Jingga memberi cubitan keras di pinggang Biru.

"Aaww . . . ." Karena serangan tiba-tiba, Biru jadi tak bisa mengontrol suaranya, dia memekik keras saat merasakan capitan panas menjalar di pinggangnya. Hal itu berhasil membuat Mama kembali memanggilnya karena mendengar teriakan sang anak.

STILL IN LOVE [END]Where stories live. Discover now