3. Who This?

8.2K 475 3
                                    

EP. 3. Who's Dis?

********

Jingga menuruni tangga dengan langkah bersemangat menuju lantai bawah, kakinya lantas melangkah ke ruang makan di mana kedua orang tuanya sudah menunggu untuk sarapan bersama.

"Pagi-pagi begini udah rapi, mau kemana, nih Putri Mahkota?" Sambut Ayah begitu Jingga sampai di sana dan langsung mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan.

Pagi itu Jingga tampil sporty dengan pakaian tenis lapangan. Dia mengenakan kaus jersey warna putih dengan aksen biru yang dipadukan dengan rok pendek biru muda, sehingga memperlihatkan kakinya yang jenjang.

Selain wajahnya yang cantik, Jingga diberkahi dengan tinggi badan dan bentuk tubuh ideal, sehingga apapun yang dikenakannya akan selalu terlihat cocok untuknya. Bahkan teman-teman satu kelasnya mengatakan jika Jingga adalah ciptaan Tuhan yang terlalu sempurna karena dia juga dilengkapi dengan otak yang cerdas serta kemampuan psikomotor yang membuatnya hampir menguasai berbagai bidang olahraga.

"Klub tenis, masa ke sekolah pake baju kayak gini. Lagian ini, kan, Minggu." Jawab Jingga seraya membalik piring di hadapannya untuk diisi makanan.

"Lho, kan kamu udah janji mau nemenin Bunda belanja bulanan." Bunda tampak tak setuju, membuat Jingga yang sedang mencentong nasi goreng menghentikan gerakan tangannya.

"Bukannya Bunda bilang minggu depan, ya?" Tanya Jingga dengan kening berkerut.

"Ya Bunda majuin waktunya. Persediaan makanan kita udah mau habis soalnya." Jawab Bunda santai.

"Lho, kok gitu?" Protes Jingga.

"Ya suka-suka Bunda, doong." Bunda kembali menanggapinya dengan santai, membuat Jingga mengerucutkan bibirnya lucu.

"Ihh, enggak, ahh. Sama Kak Bintang aja. Aku, kan, udah ada rencana hari ini, Bun." Ucap Jingga penuh penolakan seraya melirik sang kakak yang baru saja tiba.

"No, aku juga udah punya rencana hari ini." Sahut anak laki-laki dengan wajah bantal, namun tak mengurangi ketampanannya. Dia lantas bergabung di meja makan, Bintang.

Bintang Bimasena William, kakak laki-laki pertama Jingga yang terpaut usia enam tahun dengannya. Wajah Bintang sangat mirip dengan Jingga, sehingga jika dia mengenakan pakaian perempuan, orang lain akan mengira itu adalah Jingga, pun sebaliknya.

"Ya ampuuun, Bunda punya anak tiga, tapi nggak ada satu pun yang berguna." Bunda mendesah kesal.

"Ya udah, sih. Hitung-hitung hiasan rumah aja, Bun." Celetuk Jingga asal, membuat Ayah yang mendengarnya geleng-geleng kepala. Ada-ada saja jawaban anak gadisnya itu.

"Oke. Dua anak di sini cuma bisa jadi hiasan rumah, dan satunya lagi di luar sana. . . ." Bunda mengambil napas sejenak untuk kemudian melanjutkan kalimatnya. "Bunda yakin dia udah nggak tahu jalan pulang." Lanjutnya, mengingat Sagara William putra keduanya yang sedang menempuh pendidikan di London, Inggris, yang sangat menyukai travelling menjelajahi berbagai Negara. Hobinya itu membuat Sagara jarang sekali pulang walaupun sedang libur semester.

"Kayaknya kita perlu lahirin anak satu lagi, deh, Yah." Ujar Bunda beralih pada Ayah yang sedang sibuk mengunyah nasi gorengnya.

"Eum..." Ayah tamppak berpikir "Bisa dipertimbangkan. Anak cewek kayaknya lucu, biar Putri Mahkota ada temannya." Lanjutnya kemudian diiringi senyum geli.

"No, big NO." Protes Jingga heboh.

"Tuhan bilang, Dia udah menakdirkan aku jadi yang paling cantik di keluarga ini. Kalian nggak boleh punya rencana kayak gitu." Jingga merengut lucu, membuat Ayah dan Bunda memandangnya dengan tatapan geli dan gemas sekaligus. Dan hal itu juga membuat Ayah dan Bunda tergelitik untuk menjahili Jingga dengan kata adik sehingga suasana sarapan pagi itu terdengar begitu heboh dengan teriakan kesal Jingga.

STILL IN LOVE [END]Where stories live. Discover now