92. Take Me With You

2.7K 163 4
                                    


EP. 92. Take Me With You

*********

Tangan Jingga dengan malas mengambil ponsel yang dia letakkan sembarang di dekat bantal begitu mendengar benda pipih itu berdering. Matanya langsung berbinar tatkala dia melihat nama "Penguntit" tertera di layar ponsel melakukan panggilan video.

"Kakak . . ." Seru Jingga begitu wajah Biru muncul memenuhi layar ponselnya sesaat setelah dia menggeser icon dari panggilan video tersebut. Senyumnya seketika mengembang, dia sangat senang meskipun hanya bertatap muka dengan Biru lewat layar ponsel.

"Kebiasaan langsung rebahan, bukannya mandi dulu." Tegur Biru yang melihat Jingga tidur miring di atas tempat tidur masih mengenakan pakaian kerjanya.

"Males, nggak ada kamu ini." Jingga lantas menumpuk satu bantal lagi untuk membuat posisinya lebih nyaman.

"Kalau ada aku, kamu juga kayak gitu. Emang udah kebiasaan, harus diancam dulu aku mandiin, baru kamu mau bangun." Cibir Biru.

"Uhh, mau dong dimandiin sama kamu." Sahut Jingga menggodanya. Jika saja Biru benar-benar ada di hadapannya, mana berani dia berbicara seperti itu.

"Ihh, nantangin. Awas aja kalau aku pulang nanti." Sahut Biru dengan mata mengerling nakal.

"Mau kamu apain?" Sambar Jingga menantang.

"Mau aku rendam di bathub seharian."

"Ihh, direndam, emang aku cucian? Dasar." Dengus Jingga, membuat Biru terkekeh di seberang sana.

"Ohh, iya. Tadi Langit bilang kamu muntah-muntah lagi karena kebanyakan makan."

Jingga memutar bola matanya malas, mulut Langit benar-benar ember.

"Kamu baik-baik aja, kan? Nggak sakit, kan, Ji?" Tanya Biru dengan raut wajah khawatir.

"Aku baik-baik aja, kok." Jawab Jingga menenangkan. Padahal, jelas-jelas kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya sakit.

"Lain kali jangan kayak gitu lagi, ya. Kalau makan secukupnya aja."

Jingga menganggukkan kepalanya. Sebelumnya dia sudah mendengar teguran seperti ini dari Langit, hanya saja cara Biru menyampaikannya terdengar lebih halus.

"Ohh, iya. Kamu lagi ngapain di sana?" Jingga mengalihkan topik pembicaraan.

"Lagi rebahan aja di kamar." Jawab Biru seraya mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk bersandar pada headbord ranjang, dia lalu menjauhkan ponselnya agar terlihat lebih jelas oleh Jingga.

"Kamar hotel?" Tanya Jingga memastikan.

"Bukan, kamar rumah yang ada di sini, Ji."

Jingga ber-ohh ria sambil manggut-manggut, dia lupa kalau di sana keluarga Biru memiliki rumah yang dekat dengan rumah sakitnya.

"Sama siapa di sana?" Jingga mencurigai.

Sebelah alis Biru terangkat bingung, dia lantas menjawab pertanyaan Jingga singkat. "Sendiri."

"Ngak bohong, kan?" Mata Jingga memicing seolah tak percaya.

Biru tersenyum geli mendengarnya, dia lantas mengganti kamera depan dengan kamera belakang, lalu memperlihatkan seluruh ruangan kamarnya.

"Udah percaya?" Kini layar ponsel Jingga kembali menampakkan wajah Biru.

"Hmm." Sahut Jingga mengangguk pelan seraya mengamati wajah Biru yang terlihat lelah. Pasti urusannya di sana cukup berat.

STILL IN LOVE [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin