40. Gagal sebelum dimulai

673 92 13
                                    

Haifa masih duduk disisi ranjang seraya membaca buku saat suaminya masuk kedalam kamar dengan membawa beberapa berkas ditangannya. Melihat lelaki itu yang justru datang sendirian membuat Haifa meluruskan posisi duduknya. Mencari keberadaan Aira yang tidak ada bersama lelaki itu.
Melihat suaminya yang justru langsung fokus dengan beberapa berkas ditangannya, Haifa mengurungkan niatnya untuk bertanya, tak ingin mengganggu pria itu dan juga pekerjaanya.

Haifa meraih buku yang sempat dia abaikan diatas pangkuan, kembali memfokuskan dirinya melanjutkan bacaan yang sudah dia baca hampir separuh halaman. Tak ada obrolan diantara mereka berdua, Kevin yang sibuk dengan pekerjaanya dan juga Haifa yang masih terhanyut dengan buku yang ada ditangannya.

Selesai dengan pekerjaanya, Kevin melirik ke arah sang istri yang masih serius membaca buku dengan posisi setengah berbaring, Kevin merenggangkan ototnya yang terasa kaku, menutup laptop didepannya, dan meletakan benda itu beserta beberapa berkasnya di atas meja.

Dia kembali mendekat ke arah istrinya yang terlihat masih fokus membaca buku didepannya. Perlahan, Kevin duduk disamping Haifa yang tetap bergeming ditempatnya, Dia menarik buku yang sedang dibaca istrinya, lalu menutup benda yang sudah menarik seluruh perhatian istrinya. Melihat wanita itu yang langsung bangkit, berusaha mengambil kembali buku yang dia rampas Kevin menyembunyikan benda itu kebelakang tubuhnya. "Sudah malam sayang, tidur."

"Tanggung mas, sedikit lagi" Haifa masih berupaya mengambil kembali bukunya "Mas kalau mau tidur, tidur saja, Haifa mau selesaikan dulu baca bukunya, tanggung sedikit lagi" Haifa mencoba membujuk suaminya.

"Kalau mas bilang tidur, tidur sayang. baca bukunya kan bisa dilanjut besok lagi. lihat, sudah hampir jam sepuluh malam, nggak baik begadang hanya untuk membaca buku fiksi seperti ini."

Haifa menghela nafas pasrah, susah untuk menjelaskan kepada suaminya jika membaca memang semenyenangkan itu. Lelaki itu tidak akan memahami bagaimana rasanya tidur disaat masih penasaran dengan ending dari buku yang sedang dibacanya. Haifa kesal, tapi tak berani melawan. Lagi pula pria itu hanya sedang membujuknya untuk tidur.

Dengan sedikit perasaan kesal yang mengganjal dihatinya Haifa menurut, membiarkan suaminya meletakan buku yang belum selesai dia baca ke atas meja dimana berkas-berkasnya berada. saat suaminya berbalik dan menatapnya tanpa mengatakan apapun Haifa membaringkan tubuhnya, diikuti sang suami yang juga ikut berbaring disampingnya.

Dia belum megantuk dan suaminya itu memintanya untuk tidur, bagaimana bisa?

Menyadari jika Aira tidak ada bersama mereka, Haifa melirik ke arah suaminya yang terlihat sudah bersiap-siap untuk tidur "Mas, Aira mana?" Haifa berniat mendudukan dirinya, tapi sudah terlebih dahulu dicegah oleh tangan sang suami yang melingkar diperutnya.

"Tidur sama mbak"

"Kenapa?" Haifa mendadak over thinking, dia takut jika Aira merasa tidak nyaman berada satu kamar dengannya.

"Memang di rumah ibunya dia terbiasa tidur dengan pengasuhnya itu" Kevin menjawab sekenannya, matanya sudah terasa berat dan susah untuk dia buka, mungkin memang karena dia terlalu lelah siang tadi.

"Apa Aira tidak nyaman dengan Haifa ya mas?" Haifa bertanya dengan nada sedikit khawatir.

"Kenapa seperti itu?" Kevin hanya mengerutkan keningnya

"Haifa hanya takut dia masih belum bisa menerima Haifa sebagai ibu sambungnya"

"Sudah, jangan memikirkan hal yang tidak-tidak"

"Tapi,,"

"Tidur, Haifa"

Haifa bungkam, dia tahu suaminya sudah mulai terganggu. Haifa diam, meski isi kepalanya masih berisik dengan segala kemungkinan yang ada. Haifa memiringkan tubuhnya, memunggungi sang suami yang sudah mulai mendengkur halus. Berbanding terbalik dengan dirinya yang justru tak bisa tidur. Bagaimana jika sebenarnya dia belum berhasil mendekatkan diri kepada Aira, anak itu memang terlihat baik dan penurut didepannya, tapi bagaimana pun anak itu punya perasaan, dan sayangnya Haifa belum pernah menanyakan perasaan anak itu memiliki ibu sambung seperti dirinya, dan apa saja yang anak itu inginkan, Haifa melupakan jika Aira sama seperti dirinya, memiliki seorang ibu sambung bukanlah hal yang mudah, apalagi dilalui oleh Aira yang diusianya sekarang mungkin belum bisa mengerti hubungan kedua orang tuanya.

Baja NagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang