21. didiamkan

1K 94 0
                                    

Pagi itu Haifa sendang menyuapi ayahnya saat laki-laki yang berstatus sebagai suaminya datang, Haifa tak merasa terkejut mengingat ibu tiri nya menelfon pria itu semalam. Semenjak kedatangannya Haifa tak mengajak suaminya berbicara sama sekali, meski dia tahu jika suaminya sudah berusaha untuk itu.

Mungkin lelaki itu juga segan untuk berbicara didepan ayahnya, dan alhasil pria itu hanya duduk seraya memainkan ponselnya diatas sofa yang diduduki ibu tirinya semalam.
Sementara wanita tua itu entah pergi kemana, sejak pagi tadi wanita itu sudah tak terlihat lagi batang hidungnya.

Selesai menyuapi ayahnya dan juga mengelap sebagian tubuh pria itu yang terasa lengket Haifa berniat untuk pergi, mencari sarapan lalu pulang untuk mengambil baju gantinya. Haifa hanya meminta izin kepada ayahnya tanpa memperdulikan laki-laki yang sedari tadi memperhatikannya dari belakang.

Melihat istrinya yang berlalu begitu saja Kevin menatap kepergian wanita itu, bingung harus mengejarnya atau menunggunya saja disini, mengingat jika ayah mertuanya sendirian tanpa ada yang menunggui.

"Kevin"

Kevin mengalihkan pandangan ke arah bapak mertuanya yang memintanya untuk mendekat. "Iya pak?" Kevin mendekat, lalu duduk di kursi yang diduduki istrinya tadi

"Kenapa tidak dikejar? Ada masalah dengan anak bapak?"

Kevin menggeleng, dia sendiri bingung apa yang menyebabkan istrinya bersikap seperti itu "Kevin tidak tahu pak, Haifa entah marah karena masalah apa"

"Ya sudah kamu kejar, para wanita memang suka cari perhatian supaya tahu kita mau memperjuangkannya atau tidak"

Kevin menatap ayah mertuanya ragu, mempertimbangkan usulan pria itu "lalu bapak bagaimana?"

"Bapak ini bukan anak-anak lagi, jangan khawatir. Lagi pula disini banyak perawat yang bisa bapak mintai tolong"

Kevin tersenyum mendengar jawaban bapak mertuanya, dia bangkit lalu berpamitan kepada pria itu untuk menyusul istrinya yang sudah pergi terlebih dahulu.

Sesampainya di pelataran rumah sakit Kevin melihat sekeliling, menemukan sang istri yang saat ini sedang duduk di kursi yang disediakan penjual bubur ayam, Kevin berjalan mendekati wanita itu, duduk tepat disampinynya tanpa mengatakan apa-apa. Sesaat istrinya itu menoleh, menatapnya sekilas lalu memalingkan wajahnya kelain arah. Mereka berdua duduk disana seolah-olah tak saling mengenal.

Istrinya berdiri, dan merogoh saku bajunya mencari uang membayar bubur ayam pesanannya yang sudah selesai, melihat istrinya yang terlihat kesusahan Kevin bangkit, menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan yang dia ambil dari dompetnya, Kevin tahu saat Haifa menatap tak suka kearahnya.

Disaat istrinya berniat pergi Kevin meraih tangan wanita itu, menariknya pelan untuk dia bawa ke tempat dimana mobilnya terparkir. awalnya wanita itu sedikit memberontak, namun saat sadar mereka berdua menjadi tontonan orang-orang disekitar mereka, dan menatap mereka aneh akhirnya wanita itu menurut dan mengikutinya tanpa perlawanan.

Haifa menurut saja saat suaminya membukakan pintu mobil untuknya. Dia masuk kedalam mobil masih menenteng bungkusan bubur ayam tangannya. Sementara Kevin berjalan mengitari mobilnya dan duduk di kursi kemudi tanpa berniat menyalakannya. Dia menatap sang istri yang terlihat sibuk membuka bungkusan bubur ayam didepannya. Melihat dari cara makan wanita itu terlihat jika istrinya benar-benar merasa lapar.

Menunggu istrinya untuk menyelesaikan makannya terlebih dahulu, Kevin membuka ponselnya, menonaktifkan ponsel itu agar tak ada yang bisa mengganggunya disaat-saat seperti ini.

Setelahnya Kevin kembali memperhatikan istrinya yang masih meneruskan makannya, ketika  wanita itu selesai dengan makannya Kevin berdehem, bingung untuk mengawali pembicaraan mereka

Baja NagaraWhere stories live. Discover now