19. pulang yanpa kabar

993 91 8
                                    

Hari ini sudah lebih satu bulan semenjak ayahnya dikabarkan sakit, dan hari ini Haifa kembali mendapatkan kabar jika ayahnya kembali drop dan masuk rumah sakit, Haifa khawatir, bagaimanapun sikap lelaki itu kepadanya dia tetaplah ayahnya, Haifa tidak akan tega melihat ayahnya yang terbaring sakit seperti ini, dan dia tak akan ada di dunia ini tanpa lelaki itu.

Haifa meraih ponselnya dan menghubungi sang suami yang masih berada di kantor, membuang rasa malu yang selama ini dia jaga di depan suaminya. dia sudah tak punya uang lagi, uang sisa belanja yang pria itu berikan kepadanya sudah Haifa kirimkan untuk orang tuanya, gelang peninggalan almarhumah ibunya pun sudah dia gadaikan, awalnya dia berniat menebusnya saat sudah mendapatkan uang, tapi melihat keadaan yang seperti ini sepertinya tidak memungkinkan.

Haifa membawa ponselnya ke arah telinga, menunggu sambungan teleponnya diterima lelaki itu, saat sudah beberapa kali tak di jawab, dia memutuskan untuk mengirim pesan kepada suaminya.

'Mas, bapak sakit. Haifa boleh pinjam uang? Nanti Haifa ganti. Sekalian Haifa juga mau minta izin untuk pulang kerumah bapak"

Setelah pesannya terkirim Haifa meletakkan ponselnya diatas nakas, berjalan ke arah lemari untuk membereskan barang yang perlu dia bawa. hanya beberapa, karna Haifa tahu dia tak membutuhkan pakaian dari rumah ini. Setelah selesai Haifa berlalu ke arah kamar mandi membersihkan tubuhnya, bersiap-siap untuk pulang kerumahnya.

Haifa kembali meraih ponselnya, membuka balasan dari sang suami melalui aplikasi chat berwarna hijau.

'Pulanglah'

Haifa mengernyitkan keningnya, merasa heran dengan balasan sang suami, hanya itu?

'Haifa pulang naik bus mas? Sendirian?' Haifa tahu, suaminya tak mungkin membiarkannya pulang sendiri, setidaknya lelaki itu mengantarkannya sampai terminal bukan?

Haifa menunggu balasan dari suaminya, melihat jika pria itu sedang mengetik balasannya.

'Iya, memangnya kamu berharap apa? Mau saya antar?'

Membaca balasan dari suaminya, Haifa tak membalas lagi. dari balasan pria itu dia tahu jika sang suami tak mau mengantarnya. entahlah, ada sedikit perasaan kecewa dihatinya, apa mungkin karena pria itu sudah mendapatkan apa yang dia inginkan sehingga tak lagi peduli kepadanya. Haifa mendongak, menahan airmata yang ingin keluar, dia bukanlah wanita lemah yang akan menangis karena hal sepele seperti ini, dia bisa melakukannya sendiri, dengan bantuan lelaki itu ataupun tidak dengan bantuannya. Haifa kembali memusatkan tatapannya pada ponsel, memesan ojek online untuk mengantarnya sampai terminal. Sudahlah, jika pria itu tak mau mengantarnya dia bisa pulang sendirian.

Sementara dilain tempat Kevin saat ini sedang menunggui anaknya yang sedang mewarnai, siang tadi Kayra mengabarinya jika tak bisa menjemput anak mereka di taman kanak-kanak, wanita itu sakit sehingga terpaksa memintanya untuk menjemput Aira kali ini.

Awalnya dia tak berniat untuk singgah, tapi saat sang anak merengek memintanya menemani anak itu untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya kevin mengalah, lagipula dia tidak sedang banyak kerjaan, tidak ada salahnya dia menghabiskan waktu bersama Aira, hingga anak itu tertidur. Kevin melirik jam saat mendengar azan ashar dari masjid setempat. dia harus pulang, tak ingin membuat istrinya khawatir di rumah. Berjalan ke ruang keluarga untuk mengambil jas dan juga ponselnya. Dan tepat saat itu pula Kayra datang, membawa segelas kopi untuknya.

"Kenapa turun? Katanya sakit tadi"

"Bosan mas didalam kamar terus" Kayra meletakan kopi di atas meja, melihat gelagat Kevin yang sepertinya akan pergi. Dia menatap lelaki di depannya "mau kemana?"

"Pulang, nanti istriku khawatir"

"Oh, oke. Tidak mau diminum dulu kopinya?"

"Maaf, nanti saja dirumah. Aku buru buru, mau mampir dimasjid dulu soalnya"

"Ya sudah, hati-hati"

Kevin tersenyum, meninggalkan wanita itu dan masuk kedalam mobilnya. sebelum pulang dia mampir terlebih dahulu di masjid, takut-takut nantinya dia terjebak macet dan kehabisan waktu untuk sholat. Semenjak perceraiannya empat tahun lalu dia ingin berubah menjadi sosok yang lebih baik. dia berfikir mungkin saja Kayra selingkuh dan menggugat cerai karena dia yang tak bisa menjadi imam yang baik untuk wanita itu, tak bisa membimbing wanita itu selama menjadi istrinya, dengan alasan itu pula dia tak banyak menolak saat wanita itu menggugatnya kepengadilan. Setidaknya dengan mereka bercerai wanita itu bisa menikah dengan lelaki pujaanya, dan tak membuat wanita itu menabung dosa. Tapi entah apa yang membuat Kayra tak jadi menikah dengan laki-laki keturunan chinese itu, Kevin tak mau tahu dan tak mau ikut campur.

Setelah keluar dari masjid Kevin mencari makanan untuk dibawanya pulang, agar istrinya tak perlu lagi memasak. melihat sang istri yang sering terlihat pucat akhir-akhir ini membuatnya sedikit khawatir, entah wanita itu yang sedang banyak pikiran atau mungkin karena hal lain Kevin tak tahu, dan dia harap itu karena hal baik.

Istrinya terlalu pendiam, tak banyak bicara, dan juga tak banyak menuntut kepadanya. Awalnya dia menikahi wanita itu karena kasihan melihatnya diperlakukan tak baik oleh orang tuanya sendiri. Tapi melihat sikapnya yang penurut, tak banyak menuntut, dan bisa menghargainya sebagai suami tak ayalnya membuat dia jatuh hati. Wanita itu memang tak secantik wanita-wanita disekelilingnya, tak semodis wanita-wanita yang dia kenal. Tapi, karena itu juga yang membuatnya terlihat berbeda. Pakaiannya yang kedodoran dan menutupi lekuk tubuhnya itu justru membuatnya terlihat lebih mahal, dan Kevin suka itu. Membayangkan wanita itu hamil, menjadi ibu dari anak-anaknya sedikit membuatnya salah tingkah.

Kevin sendiri tak tahu mengapa dia seperti ini, bertingkah layaknya ABG tua yang baru jatuh cinta.

Memasuki pelataran rumahnya, Kevin memarkirkan mobilnya ke garasi, dia melirik ke arah pintu, biasanya wanita itu akan mengintipnya dari jendela dan membuka pintu setelah tau dirinya yang datang. Saat tak mendapati istrinya membukakan pintu dia sedikit mengernyitkan keningnya apa mungkin wanita itu tak menyadari kedatangannya?
Kevin merogoh saku celananya, mencari kunci rumah yang selalu dia bawa kemana-mana.

Saat masuk kedalam rumah Kevin merasa heran, pasalnya sekarang sudah hampir petang tapi lampu rumah belum dinyalakan. Dia berjalan ke arah dapur, meletakan makanan yang dia bawa ke atas meja dan mencari saklar untuk menyalakan lampu di lantai bawah. Setelahnya dia naik ke kamarnya, mencari keberadaan sang istri di sana, takut jika terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan.

Melihat kondisi kamar yang terlihat rapih, dan tak menemukan wanita itu di sana dia berjalan keluar, mencari wanita itu diseluruh penjuru rumah, meraih ponselnya dan menghubungi sang istri yang pergi entah kemana.

Panggilan pertama berakhir tanpa jawaban, dia kembali menefon istrinya dan saat panggilan kedua wanita itu justru me-rijeck panggilannya. Tak kehabisan akal dia menuliskan pesan untuk istrinya dan dia mengeram kesal saat menyadari pesannya checklist satu. Sebenarnya wanita itu dimana? Mengapa pergi tanpa izin dan bersikap seperti ini?

Hargai saya dengan cara bantu vote ya.. coment juga boleh..

See you..

Baja NagaraDove le storie prendono vita. Scoprilo ora