02. pernikahan darurat

1.8K 106 0
                                    


  Haifa, wanita berdarah campuran jawa dan sunda itu saat ini sedang terduduk di atas ranjang tak tenang. pasalnya dia yang selama ini tak pernah dekat dengan seorang pria saat ini justru tinggal dibawah atap yang sama. meski mereka berdua tak melakukan apapun tapi tetap saja mereka tak punya hubungan. dia tak mungkin bisa tidur disaat ada laki-laki normal berada di luar kamarnya.

mendengar beberapa suara barang yang beradu di luar ruangan membuat Haifa yakin jika pria itu belum tertidur. suara tv yang berada di sana menjadi suara dominan di rumah ini.

tak lama kemudian sayup-sayup Haifa mendengar suara keributan di luar rumah. hatinya yang memang sedari awal merasa tak tenang semakin dibuat cemas. pasalnya dia tahu aturan-aturan di desa ini, dan salah satunya adalah tidak membolehkan seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram di dalam rumah yang sama tanpa hubungan darah. meski mereka tak melakukan apapun, tetap saja dia tak akan di benarkan.

menyadari keadaan diluar yang semakin ricuh, Haifa memberanikan diri untuk membuka pintu kamarnya. dan tepat saat keluar dia melihat kevin  yang datang dari arah dapur hendak membukakan pintu depan. tanpa fikir panjang Haifa menarik ujung baju pria itu mencegahnya agar tidak membuka pintu.

"Jangan tuan, kita akan dihukum jika ketahuan di dalam rumah berduaan seperti ini" Haifa berbicara pelan, dia tak ingin jika warga desa di luar menyadari keberadaannya di sini "mereka akan berfikir jika kita melakukan perbuatan tidak senonoh di sini"

"Tapi kita tidak melakukan apapun. untuk apa takut? justru dengan cara kita yang bersembunyi di dalam rumah nantinya akan membuat mereka semakin marah dan melakukan tindakan yang lebih brutal. lebih baik kita berdua keluar dan jujur mengenai apa yang terjadi, saya yakin mereka akan paham. mereka pasti sudah tau bagaimana perilaku Si tuan tanah yang mau melecehkanmu itu kan.? mereka orang asli sini, pasti akan paham dengan keadaan kita" Kevin tak ingin mendengarkan perkataan Haifa, berniat berbalik untuk menemui para warga yang berteriak semakin kencang

melihat Kevin yang berbalik arah, Haifa kembali mencegahnya
"jangan tuan, mereka bukan orang kota yang bisa berfikiran terbuka, mereka hanya akan menyimpulkan masalah tergantung dari apa yang mereka lihat. tuan tidak mau kan jika dipaksa menikah dengan perempuan seperti saya?"

mendengar perkataan Haifa, Kevin hanya menatap wanita itu dari  ujung kepala sampai ujung kaki " memang kenapa wanita seperti kamu? saya tidak masalah. lagi pula apa alasan mereka menikahkan kita?. kita tidak melakukan apapun, jadi tenang saja. biar saya yang menjelaskan pada mereka." ucapnya seraya berbalik dan membuka pintu.

melihat Kevin yang sudah membuka pintu Haifa hanya bisa menghela nafas pasrah, dia hanya bisa berserah diri pada tuhan. dengan langkah takut-takut Haifa mengikuti Kevin ke luar rumah. dan benar saja mereka berdua langsung disambut dengan kemarahan warga dan sumpah serapah mereka.

"kalian berdua sudah melakukan tindakan tidak senonoh di desa ini"

"kepala saja pakai kerudung, nyatanya sama saja dengan wanita-wanita tak tahu malu diluaran sana, dasar murahan!!"

dan berbagai sumpah serapah lainnya yang tak ingin Haifa dengar.

merasa keadaan yang semakin buruk, Kevin mengangkat tanggannya memberikan isyarat jika dia ingin berbicara "diam dulu" dengan nada tegas kevin memulai pembelaannya "Nama saya Kevin, saya datang dari jakarta. tujuan saya datang kesini adalah untuk melihat perkembangan villa yang saya bangun di ujung jalan sana, saya tak pernah berniat buruk saat datang ke tempat ini, apalagi untuk melakukan hal seperti yang kalian fikirkan"

"alah, mana ada maling mau ngaku! justru laki-laki dari kota seperti kamu itu yang suka mengincar gadis-gadis lugu dari desa!"

"iya. lagi pula, bagaimana bisa kalian berdua berada di dalam rumah yang sama malam-malam begini jika tidak ada niatan melakukan hal buruk. jangan kotori tempat kami dengan kelakuan bejat kalian berdua.!"

"saya tidak melakukan apapun dengan-nya. saya hanya berniat menolongnya dari tuan tanah kalian yang terkenal mengoleksi istri itu. bukankah pria itu yang seharusnya kalian adili dan bawa ke kantor polisi atas tuduhan pelecehan?" Kevin menatap orang-orang disana yang terlihat mulai bisik-bisik. dia menengok untuk melihat Haifa yang berdiri di belakangnya dengan wajah tegang khawatir "wanita ini datang kepada saya meminta pertolongan dari laki-laki buaya yang ingin melecehkannya apa itu salah? justru jika saya menolak untuk membantunya itu akan membuat saya merasa bersalah seumur hidup" melihat warga desa yang seketika terdiam mendengar perkataannya, Kevin tersenyum senang.

di tengah keterdiaman mereka, ada seorang wanita yang tiba-tiba datang dan langsung berjalan ke arah Haifa untuk menamparnya di depan banyak orang "dasar anak tidak tahu malu! bikin malu keluarga saja!" wanita itu menatap marah ke arah Haifa. melihat suaminya yang datang dengan tergopoh-gopoh wanita itu mendekat "lihat pak! kelakuan anak kamu membuat malu keluarga!, karena kamu yang terlalu membebaskan anak gadismu membuatnya mau melakukan hal menjijikan seperti itu!"

melihat ayahnya yang datang, Haifa
hanya menatapnya saja, dia tau ayahnya itu tak akan membelanya. dia sudah biasa merasakan hal ini.

"ibu, tenang dulu. kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi" ayah haifa berjalan mendekat ke arah istrinya "ibu yang sabar, bapak tidak akan membiarkan anak ini mempermalukan keluarga kita. ayah akan menikahkan mereka jika benar-benar melakukan hal buruk di desa ini"

mendengarkan perkataan ayahnya haifa hanya bisa tersenyum miris, dengan berkata seperti itu saja Haifa sudah tahu arah pembicaraan mereka. sedari awal memang mereka berdua ingin cepat-cepat menikahkannya dan membuat ia pergi dari rumah.

"iya, bapak nikahkan saja mereka. bagaimana kalau mereka sudah melakukan hal tidak senonoh di dalam? itu akan membuat malu keluarga kita. sebelum laki-laki itu kabur dan tidak mau bertanggung jawab, kita harus menikahkan mereka malam ini juga."

mendengar perkataan ibu tirinya Haifa menatap wanita itu tidak terima "apa ibu bilang?  Haifa tau ibu  pasti sudah tau kan kejadian yang sebenarnya? ibu di bayar berapa sama juragan sampai tega memfitnahku seperti ini!" haifa menatap wanita itu tajam. dia tahu ibu tirinya pasti bersekongkol dengan tuan tanah tua itu tentang kejadian sore tadi "bukankah ibu dulu yang selalu berusaha membuatku mau menikah dengan juragan karena juragan memberikan imbalan yang besar untuk ibu? sekarang saat melihatku terjebak dengan laki-laki yang lebih kaya dari si tua bangka itu ibu juga ingin menjebaknya. apa yang ibu mau? uang?"

merasa dipermalukan oleh anak tirinya, wanita itu mendekat dan kembali menampar anak tirinya "kurang ajar ya kamu! jelas-jelas kamu sudah tertangkap basah berduaan dengan laki-laki tak dikenal. malah menyalahkan ibumu! dasar anak tidak tahu diri!" wanita itu menatap geram Haifa. mencoba kembali menamparnya namun ditahan oleh tangan laki-laki yang berada di belakang Haifa.

"jangan pukul dia lagi, saya akan menikahinya. melihat perilaku kalian berdua saya merasa miris. bagaimana ada orang tua seperti kalian di dunia ini" setelah itu Kevin menyentakkan tangan wanita itu kesamping "saya akan menikahinya malam ini juga, siapkan semua keperluan, dan saya akan membayar maharnya sesuai keinginan kalian." setelahnya Kevin berlalu, meninggalkan mereka semua dan masuk ke dalam rumah tanpa menutup pintu

wanita itu hampir marah saat dipermalukan seperti tadi. tapi, saat mendengarkan penawaran pria itu membuat marahnya hilang seketika "ayok pak! kita cari pak ustadz untuk menikahkan mereka berdua" wanita berumur sekitar 45 tahun itu berlalu dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya diikuti sang suami.

haifa hanya terdiam, tak tahu harus berbuat seperti apa, dengan menikah dia akan terbebas dari ayah dan ibu tirinya itu, tapi  dia sendiri tak tahu apakah hal ini akan menjadi keputusan yang terbaik untuknya atau justru pilihan yang salah.

Baja NagaraWhere stories live. Discover now