10. Keributan rumah tangga

1.2K 119 4
                                    

Haifa menatap ponselnya, menunggu jawaban dari sang suami saat dia meminta izin untuk pergi ke super market bersama mertuanya. Pagi tadi saat suaminya sudah berangkat kerja dia menerima telfon dari ibu mertuanya. Mengajaknya pergi ke super market untuk membeli bahan-bahan makanan dan juga sekedar jalan-jalan sembari saling mengenal.

Melihat stok sayuran yang sudah menipis dia mengiyakan ajakan mertuanya, tanpa bertanya dulu kepada sang suami. Sekarang saat ibu mertuanya datang dia yang kelimpungan menunggu balasan dari suaminya.

"Bagaimana sayang? Kevin balas apa?"

"Belum dibaca ma"

"Ya sudah mungkin banyak kerjaan, lagi pula kamu pergi sama mama, dia tidak akan marah juga. Nanti mama yang bicara sama kevin"

"Ya sudah, Haifa ambil tas dulu ma, di atas"

"Iya, mama tunggu di mobil ya"

Mendapat persetujuan dari mertuanya Haifa berlalu menuju kamarnya, mengambil tas seraya memeriksa lagi penampilannya. Dia tak ingin membuat wanita itu malu. Setidaknya dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar terlihat pantas bersama orang orang seperti mereka.

Turun ke bawah Haifa mengunci pintu rumah, lalu menyusul ibunya yang sudah berada di dalam mobil. Dalam perjalanan, mereka mengobrolkan banyak hal. Mulai dari apa saja yang akan mereka beli, makanan apa saja yang disukai suaminya. Dan beberapa model baju terkini yang ingin mertuanya beli. Sesekali Haifa hanya mengangguk tak mengerti dengan apa yang dibicarakan ibu mertuanya. Mungkin memang seperti ini pembicaraan para wanita-wanita sosialita. Dia yang memang tidak tahu apa-apa hanya bisa tersenyum menanggapinya.

Sesampainya di super market Haifa memilih beberapa sayuran yang dia butuhkan, melihat harganya saja membuat Haifa geleng-geleng kepala. Tahu begini dia akan lebih memilih ke pasar saja. Tapi tak mungkin kan dia membawa ibu mertuanya ke dalam pasar? Tempatnya bising, terlalu banyak orang yang berlalu lalang. Wanita itu tak akan betah jika berbelanja disana.

Beruntung belanjaannya kali ini dibayarkan ibu mertua, Haifa awalnya menolak. Dia berniat membayarnya sendiri, lagi pula uang yang suaminya berikan tak pernah ia pakai. Ditambah kartu kredit yang lelaki itu berikan juga belum tersentuh olehnya.

Setelah selesai Haifa menitipkan barangnya kepada supir sang mertua untuk dibawakan ke dalam mobil. Sementara dia menemani ibunya ke stand pakaian, mengikuti kemana saja wanita itu melangkah.

"Kamu tunggu di sini ya mama mau ke ruang ganti sebentar"

Haifa mengangguk, duduk di sebuah kursi yang ada di sana. Tangannya meraih ponsel, mengecek apakah suaminya sudah membaca pesannya. Dia menghembuskan nafasnya kasar saat melihat pesannya centang satu. Matanya berkeliling, berupaya menghilangkan rasa bosannya.

Hingga tatapannya tertuju pada seseorang yang dia kenal, wanita cantik yang saat itu mencium pipi suaminya. Memperhatikan penampilan wanita itu dari ujung kepala samapai ujung kaki. Terlihat sempurna tanpa celah. Badannya yang ramping membuat wanita itu pantas memakai pakaian apa saja. Padahal wanita itu sudah punya satu anak, tapi bagaimana badannya bisa tetap terjaga seperti itu. Diam-diam Haifa merasa kagum, dia yang belum pernah hamil dan melahirkan saja badannya sudah seperti ini, apa kabar nanti saat dia sudah punya anak?

Haifa mengalihkan tatapannya saat wanita yang di perhatikan menoleh, mungkin wanita itu sadar sedari tadi ada yang memperhatikannya. Haifa bangkit, pergi dari sana menyusul ibunya yang terlihat sudah menenteng dua shooping bag ditangannya

"ini buat kamu sayang" wanita paruh baya itu menyerahkan satu tas ke arahnya.

"Tapi ma, tidak usah. baju Haifa dari mas kevin masih banyak yang belum terpakai" Haifa segan, wanita itu sudah membayarkan keperluan dapurnya, apakah pakaiannya juga harus dibayarkan oleh wanita itu.

Baja NagaraWhere stories live. Discover now