17. Bertemu dim-diam

1K 100 6
                                    

Haifa sedang menyiapkan pakaiannya ke dalam tas, hari ini dia akan menginap dirumah mertuanya. Sementara Kevin sudah dilantai bawah bersama anaknya. Haifa turun, menemukan sang suami yang sedang bermain ponsel dengan anaknya. Menyadari kedatangannya Lelaki itu bangkit, mendekat ke arahnya dan meraih tas yang ia bawa.

Lelaki itu keluar rumah terlebih dahulu, memasukkan tas yang ia siapkan ke dalam mobil
Sementara Haifa mendekati anaknya dan membawa anak itu ke dalam gendongan.

Diperjalanan tak ada obrolan berarti diantara mereka, Kevin yang fokus dengan jalanan dan juga Haifa yang terus memandang keluar jendela. Sementara Aira tertidur dipangkuan ibunya. Haifa jadi teringat saat lelaki itu mendudukannya dikursi belakang dan membiarkan mantan istrinya duduk didepan sembari memangku Aira yang tertidur sepertinya saat ini. Mengingatnya Haifa kesal sendiri, entahlah, perasaanya sensitif sekali akhir-akhir ini.

Haifa melirik ponsel suaminya yang berdering, melihat nama Kayra disana dia mengalihkan tatapannya  ke arah sang suami yang juga terlihat salah tingkah di depannya. Kalau tidak ada apa-apa diantara mereka mengapa lelaki itu terlihat tidak nyaman? Fikiran buruk kembali bersarang dikepalanya.

Panggilan pertama terputus tanpa di terima suaminya, "tidak penting" lelaki itu berucap seraya mematikan ponsel. Haifa tak menjawab, memangnya siapa yang bertanya? dia hanya menatap jalanan di depannya. Jalan yang biasanya selalu padat hari ini sedikit longgar, tak ada kemacetan seperti saat dia lewat sini minggu lalu.

Setelah satu jam perjalanan dari rumahnya Haifa sampai di depan  rumah mertuanya, membiarkan suaminya turun terlebih dahulu, memutari mobil dan mengambil alih Aira ke dalam gendongannya. Sementara dirinya mengambil tas yang ada di jok belakang. Haifa mengekor disisi suaminya, berjalan  sebagaimana layaknya pengantin baru seharusnya. Dia tak mau mertuanya memikirkan hal yang tidak tidak jika mereka tetap saling diam seperti ini.

Memasuki rumah Haifa melihat seorang pria berumur sekitar 60 tahunan yang duduk di ruang keluarga seraya menonton berita di televisi. Memahami kode yang suaminya berikan Haifa berjalan mendekat, mengucapkan salam dan juga menyalimi pria itu.

Setelahnya Haifa mengambil alih anaknya dan membiarkan sang suami mendekati ayahnya. Tak berniat mengganggu Haifa pamit dari kamar, Haifa meletakkan Aira yang tertidur di atas kasur, memposisikan bantal disamping anak itu agar tak berguling dan terjatuh ke bawah. Haifa berjalan ke arah lemari, berniat meninggalkan beberapa pakaiannya disini agar dia tak perlu membawanya lain kali.

Melihat deretan pakaian sang suami yang terlihat mahal Haifa merasa sedikit minder. Tak pernah terfikirkan olehnya akan menikah dengan lelaki sekaya ini. Bahkan saat dirinya ditinggal lelaki itu setelah pernikahan mereka Haifa tak pernah berharap jika suaminya itu akan kembali untuk menjemputnya. Mereka yang tak sekufu membuat Haifa ragu dengan pernikahannya.

Lamunannya terbuyarkan saat Haifa merasakan ponselnya bergetar. Dia merogoh saku pakaiannya, melihat nama bapaknya yang menelfon Haifa tersenyum. Jarang jarang lelaki itu mau menghubunginya terlebih dahulu.

"Hallo, assalamualaikum pak"

"Waalaikumsalam"

Mendengar jawaban dari seberang sana Haifa yakin jika yang menjawab adalah ibu tirinya, senyum dibibirnya memudar seketika.

"Ada apa ibu?"

"Bapak kamu sakit, butuh biaya untuk berobat. Suami kamu itu kan kaya, kamu minta sama dia ya."

"Tapi, Haifa tidak berani. Bapak sakit apa memangnya?"

"Bapak kamu stroke ringan akibat tekanan darahnya tinggi, sawah kita terancam gagal panen dan itu membuatnya stres dan terlalu banyak bekerja. Kamu sebagai anak harusnya membantu orang tuanya yang kesusahan, apalagi sekarang kamu sudah jadi orang kaya"

"Ya sudah, nanti Haifa coba cari cara supaya bisa mengirimi uang untuk bapak"

"Bagus, ya sudah tutup telfonnya."

Haifa menurut, memutuskan panggilan mereka. Dia bingung harus dengan cara apa bisa mendapatkan uang saat ini. Meminta kepada suaminya bukanlah pilihan terbaik menurutnya. Uang yang harus pria itu keluarkan saat menikahinya saja sudah terlalu banyak, dia tak mau jika nantinya dia dikira memanfaatkan lelaki itu.

Haifa menatap suaminya yang baru saja masuk kedalam kamar, bagaimana caranya mengatakan kepada pria itu jika dirinya ingin meminjam uang?

Melihat sang istri yang terlihat ingin  mengatakan sesuatu kevin berjalan mendekat "Kenapa sayang?"

Haifa hanya menatap wajah suaminya, lalu menggeleng. Dia terlalu malu mengatakannya. " tidak ada "

"Yakin? Kenapa wajah kamu terlihat khawatir seperti ini?" Kevin memperhatikan istrinya yang langsung menunduk, merasa ada hal yang disembunyikan wanita itu. Dia mendekat, mengangkat wajah istrinya untuk menatap ke arahnya "ada apa? Jangan sembunyikan apapun dari mas"

"Tidak ada mas, jangan khawatir" Haifa berbalik, mendekati anaknya yang masih tertidur, menghindari pertanyaan dari suaminya. "Mama dimana mas? Haifa belum ketemu"

"Mama sedang pergi keluar" lelaki itu mendekati istri dan juga anaknya "kamu istirahat saja, mas mau keluar sebentar"

Haifa mengangguk, menyalami tangan suaminya dan membiarkan lelaki itu untuk pergi. Setelah suaminya pergi Haifa membuka kembali ponselnya, melihat foto sang ayah yang dikirimkan ibunya. Haifa melirik kepergelangan tangannya, melihat gelang peninggalan dari ibunya dulu. Apakah tidak apa-apa jika dia menjualnya? Toh ibunya juga tak akan marah, semua ini dia lakukan untuk ayahnya. Haifa sudah memikirkannya, dari pada dia meminta kepada lelaki itu hanya akan membuatnya merasa berhutang.

Haifa mengetikan balasan.
"Haifa cari uangnya dulu ibu"

Setelahnya Haifa menutup ponselnya, memposisikan dirinya berbaring disamping sang anak, ikut memejamkan matanya yang terasa sangat berat sejak pagi tadi.

                            *****

Sudah hampir jam sembilan malam suaminya masih belum kembali, lelaki itu bilang akan pergi sebentar, Haifa kira lelaki itu pergi bersama ayah mertuanya, ternyata lelaki itu pergi bersama mantan istrinya. Dia tau saat wanita itu mengirimi foto suaminya yang sedang menyetir. Haifa muak lama-lama, pria itu memintanya untuk tidak menyembunyikan apa-apa, melarangnya pergi tanpa izin, tapi dia sendiri pergi bersama wanita lain, berdua, tanpa anak mereka.

Haifa melirik ke arah anaknya yang yang tertidur, sore tadi anak itu terus-terusan mencari ayahnya, membuatnya menagis dan kelelahan. Haifa sudah beberapa kali menelfon suaminya, tapi lelaki itu abaikan. Dia yang memang tak pernah punya pengalaman memiliki anak sendiri kebingungan menanganinya. Untung saja ada ibu mertuanya yang sigap membantu, menenangkan anak itu yang akhirnya tertidur saat dirinya gendong.

Sebenarnya kemana suaminya itu pergi? Meninggalkannya dan memilih pergi bersama mantan istrinya, apalagi mereka pergi berdua, apa yang mereka lakukan? Jika mereka masih saling suka kenapa harus bercerai, membuatnya terperangkap di dalam status seorang istri yang tak diinginkan seperti ini.

Haifa membaringkan tubuhnya, menghadapkan tubuhnya berbaring ke arah anak itu. Menahan perasaannya yang sulit untuk ia jelaskan. Belum sampai Haifa benar-benar tidur suaminya datang, kondisi kamar yang hanya diterangi lampu tidur membuat lelaki itu tak menyadari dirinya yang masih terbangun. Lelaki itu langsung masuk kedalam kamar mandi, membasuh tubuhnya yang terlihat kelelahan.

Haifa diam saja ditempatnya, tak mau jika harus berhadapan dengan suaminya, tak tau harus bersikap bagaiman didepan lelaki itu. Saat suaminya keluar dari dalam kamar mandi Haifa memejamkan matanya, berpura-pura tertidur agar lelaki itu tak menanyakan banyak hal.

Haifa merasakan saat lelaki itu berbaring dibelakangnya, mengelus puncak kepalanya dan menciumnya sebentar, setelahnya Haifa merasakan kepalanya diangkat dan pria itu membuat lengannya sebagai bantalan kepalanya. Jika suaminya terus bersikap seperti ini didepannya, bagaimana caranya agar tudak jatuh cinta?.

Disaat Haifa mendengar dengkuran halus suaminya, dan juga nafas lelaki itu yang sudah teratur dia bangkit, berpindah tempat, membuat sang anak tidur ditengah-tengah mereka. Entahlah, dia sendiri tak tahu kenapa harus bersikap seperti ini.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you..

Baja NagaraWhere stories live. Discover now