03. gunjingan tetangga

1.5K 103 1
                                    

Haifa berbaring di atas ranjangnya tak nyaman, melirik jam yang tergantung sudah menunjukan pukul tiga dini hari. semalam setelah semua keributan yang terjadi Haifa akhirnya benar benar resmi menjadi istri Kevin baja nagara. dengan mahar senilai 45 juta rupiah, sesuai dengan permintaan kedua orang tuanya.

dan saat ini dia masih berada di dalam rumah tamu desa, berdua bersama pria yang sama namun dalam status yang berbeda. pakaiannya juga sudah berganti dengan piama panjang miliknya. untung saja ibu tirinya itu sedikit perhatian dengan membawakannya baju ganti. bagaimana tidak perhatian, jika wanita itu mendapatkan imbalan yang besar hanya dalam 1 malam.

ditengah keterdiamannya Haifa melirik pintu yang di ketuk dari luar, dengan sedikit rasa sungkan sekaligus malu dia berjalan dan membukakan pintu untuk suaminya.

Saat sudah membuka pintu, Haifa hanya berani menunduk tanpa menatap pria itu "ada apa pak" tanyanya sedikit gugup.

"saya mau berbicara dengan kamu, lagi pula saya tau kamu pasti nggak bisa tidur kan?" Kevin menatap manik mata Haifa saat wanita itu mendongak sebentar "saya boleh masuk kan? kita bicara saja di dalam" melihat Haifa yang memberi anggukan meski sediki ragu, Kevin berjalan masuk meninggalkan Haifa yang masih berdiri di dekat pintu.

Menyadari kebodohannya Haifa berbalik, berjalan ke arah Kevin yang sudah terduduk di sisi ranjang.

melihat Haifa yang masih berdiri kebingungan Kevin hanya menggeser tubuhnya dan menepuk sisi kasur sebelahnya. "duduklah, saya tidak akan melakukan hal itu jika kamu takut" Haifa hanya menurut, lalu duduk di samping pria itu.

"ada apa pak?" Haifa memberanikan diri bertanya kepada pria disampingnya.

"besok saya harus kembali ke jakarta. kamu tidak apa-apa jika saya tinggal seorang diri di sini" kevin bertanya seraya melirik istrinya yang terus menunduk "ada banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan dan tidak bisa di tinggal untuk saat ini, atau kamu mau ikut bersama saya ke jakarta?"

mendapatkan pertanyaan dari suaminya Haifa hanya melirik lalu tersenyum kecil "tidak apa-apa pak, ini kampung halaman saya, saya tidak akan takut jika hidup seorang diri di tempat ini. bapak pergi saja, saya tau bapak punya banyak pekerjaan"

mendapat jawaban seperti itu Kevin hanya bisa mengangguk mengerti. dia merogoh sesuatu dari dalam saku celananya "ini, saya hanya punya uang cash 2 juta, kamu simpan dulu sebagai pegangan"

melihat uang di tangan suaminya Haifa merasa sungkan"tidak usah pak, saya masih punya sedikit tabungan"

"tidak apa-apa simpan saja sebagai pegangan. anggap saja itu sebagai nafkah pertama saya. berdosa hukumnya seorang isri menolak pemberian yang baik dari suaminnya"

mendapat jawaban seperti itu Haifa hanya bisa menerima uang dari suaminya cangung. "terima kasih"

" ya sudah kamu tidur, kalau butuh apa-apa saya di luar" melihat anggukan istrinya kevin mengusap puncak kepala istrinya dan berlalu dari sana.

Haifa tetap bergeming, merasa aneh saat diperlakukan seperti itu. pasalnya dia memang tidak pernah diperlakukan selembut ini. ayahnya memang tidak kasar, tidak juga main tangan. tapi, ayahnya juga tak pernah memberikan perhatian. seluruh perhatian ayahnya hanya di fokuskan hanya untuk ibu tirinya saja.

Haifa menggelengkan kepalanya, tak ingin memikirkan hal yang hanya akan membuatnya sakit hati. perlahan, dia mulai membaringkan tubuhnya. mencoba menghilangkan rasa penat ditubuh dan juga fikirannya.

--------

pagi hari Haifa hanya duduk di kursi panjang depan rumah, menikmati pemandangan sawah yang sudah dia hafal rasanya. dia tak tau harus melakukan apa, mau membereskan rumah suaminya melarang dan dia tak tau harus mulai dari mana. memasak juga tidak ada yang bisa dimasak. apakah ini hidup yang dia impikan dulu? menikah dengan seorang pangeran tanpa perlu mengerjakan pekerjaan rumah. tapi, ini hanyalah sebuah pernikahan paksa. tak akan ada pangeran sebaik itu di dalam hidupnya.

"tadi saya mencarimu di dalam, ternyata ada di sini" Kevin duduk di samping istrinya. menatap wanita itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

merasa di perhatikan Haifa hanya menunduk, lalu perlahan memalingkan wajahnya. merasa malu dan sungkan di saat yang bersamaan. "ada apa? bapak butuh sesuatu?" Haifa berbicara pelan

"kita cari makan di luar, setelah itu saya antarkan kamu kerumah bapak sama ibu" Kevin menatap kedepan, dia tak ingin membuat istrinya merasa canggung jika terus diperhatikan.

Haifa hanya diam tak menjawab, bingung dengan apa yang harus dia katakan, menolak rasanya tidak sopan, dan menerima pun dia tak yakin akan merasa nyaman nantinya.

"saya mungkin akan balik ke sini mingu depan, yakin tidak mau ikut?"
Kevin melirik ke arah istrinya dan tatapannya bertemu dengan wanita itu.

"saya disini saja, bapak pulanglah ke jakarta. tidak perlu memikirkan saya disini" Haifa kembali memalingkan wajahnya, tak ingin terlalu lama bertatapan dengan sang suami.

"kalau juragan tanah itu mencarimu bagaimana? dia pasti merasa sangat kesal karena kamu berhasil kabur tadi malam?" Kevin menatap wajah istrinya penasaran

"untuk saat ini dia tidak akan melakukan apapun, lagi pula saya sudah jadi istri bapak. dia tidak akan berani mengganggu istri dari orang yang akan membeli tanahnya dengan harga tinggi" membalas tatapan suaminya, Haifa sedikit tersenyum.

"tahu dari mana saya akan membeli tanah itu dengan harga tinggi?" Kevin bertanya seraya memiringkan tubuhnya ke arah Haifa

haifa hanya terkekeh pelan "saya ini tinggal di desa, berita apapun akan tersebar dengan cepat dari mulut ke mulut." setelah sadar dengan gelak tawanya Haifa kembali diam "mungkin kabar pernikahan kita dan segala dramanya juga sudah tersebar"

merasa ada hal yang aneh dari ekspressi istrinya Kevin merasa tak tega "kamu menyesal menikah dengan saya?" Kevin mentap Haifa intens

Haifa menatap suaminya sedikit lama, lalu tersenyum saat mencoba menghilangkan rasa saltingnya di tatap seperti itu "tidak,, justru saya yang berfikiran bapak menyesal menikahi saya. tapi bapak tenang saja, saya sadar dimana posisi saya di samping bapak" setelah mengucapkan itu Haifa bangkit, tak ingin terlalu lama berada dalam situasi seperti ini. "ayok pak, kita cari makan. saya tahu bapak sudah merasa lapar sejak semalam" Haifa berjalan terlebih dahulu, diikuti Kevin dibelakannya.

---------

Langit sudah mulai mendung pagi ini, cuaca yang tak menentu membuat orang orang malas berkerja diluar rumah, dan hari ini sudah hari ke sepuluh setelah Haifa ditinggal suaminya ke jakarta, hidupnya masih baik-baik saja meski masih ada orang-orang yang menggunjinginya secara terang terangan. Haifa tak terlalu memikirkan hal itu karna dia tau mereka tidak akan mempercayai pembelaannya.

dan laki-laki itu sampai saat ini juga tak pernah ada kabarnya. Haifa juga tak berharap lebih jika laki-laki itu akan kembali menjemputnya. dia tau laki-laki itu punya kehidupannya sendiri di jakarta, dan dia hanyalah istri yang memang pada kenyataannya tidak di inginkan.

Sejak hari itu juga Haifa tak pernah pergi dari rumah ini, dia masih merasa takut jika nantinya akan bertemu sang tuan tanah. bagaimanapun lelaki itu masih merasa penasaran kepadanya. lelaki itu sebenarnya tak pernah menginginkannya , dia hanya penasaran pada tubuhnya yang memang sudah tertutup sejak ibuya meninggal dulu.

jika dilihat dari fisiknya Haifa tak seberapa cantik, masih lebih cantik kedua istri lelaki itu, tubuhnya juga tidak menarik, dia memang tinggi tapi badannya yang memang sedikit berisi membuat dia terlihat semakin biasa saja, entahlah apa yang dicari pria itu darinya, Haifa yakin pria itu hanya penasaran saja padanya yang tertutup rapat.

ditengah pemikirannya Haifa menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan semua pemikirannya yang tak berguna, untuk apa juga dia memikirkan pria tua bangka itu.

"Haifa"

dia yang saat itu sedang berada di dapur menengok saat melihat ibunya datang dari ruang tengah "iya bu"

"suami kamu datang, buatkan minum untuk dia" perintah wanita tua itu yang kini sibuk menata makanan ke atas piring

Haifa hanya diam, hatinya bergemuruh tiba-tiba. laki-laki itu benar benar datang. apa mulai saat ini dia bisa mulai mempercayai pria itu?

"Ibu kedepan dulu, jangan lama-lama kamu disini. Layani suami kamu itu!"

Haifa hanya mengangguk sekilas mengiyakan perintah ibunya.


Baja NagaraWhere stories live. Discover now