12. menyerahkan diri

1.2K 112 0
                                    

Sudah dua hari ini Haifa didiamkan suaminya, sejak kejadian malam itu suaminya bersikap seolah dia tidak ada, lelaki itu tak pernah lagi menyapanya, lelaki itu tak pernah lagi memakan masakannya. Dan lagi lelaki itu selalu tertidur membelakanginya.

Haifa ingin mencoba mendekat, meminta maaf karena kesalahannya. Tapi sifatnya yang memang pada dasarnya pasif membuatnya kesulitan untuk memulai pembicaraan.

Haifa mematut penampilannya di cermin, dia berniat untuk pergi kepasar, membeli beberapa barang dapur yang memang sudah habis. Awalnya dia berniat meminta untuk ditemani, tapi melihat keadaan lelaki itu yang tak mau berbicara kepadanya membuat Haifa merasa sungkan. Haifa meraih ponselmya diatas nakas, mengetikan pesan kepada sang suami jika dia meminta izin untuk pergi sendirian dan meminjam motor milik pria itu.

Merasa penampilannya tak terlalu berlebihan, Haifa berjalan keluar setelah meraih kunci motor di laci, motor matic keluaran 3 tahun lalu ini masih terlihat bagus, mungkin karena memang jarang dipakai pemiliknya.

Haifa kembali membuka ponselnya, mencari tahu pasar terdekat dari tempatnya. Setelah menemukanya Haifa memakai helm dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di pasar Haifa menenteng tas belanjaannya, berjalan masuk untuk mencari sayuran, ayam, dan beberapa buah yang sudah dia tulis sedari dirumah, menghindari agar dia tak membeli hal-hal yang tidak dibutuhkan sebenarnya. Dia tak boleh boros, meski suaminya memberikan uang lebih, tapi dia tak boleh salah mempergunakannya.

Haifa menghentikan langkahnya saat mendengar ponselnya berdering, melihat nomor suaminya yang menelfon Haifa tak mengangkat, dia yakin suaminya pasti akan menceramahinya banyak hal karena dia pergi sendirian. Haifa hanya membuat ponselnya pada mode diam.

Setelah merasa barang belanjaannya sedah lengkap Haifa berjalan keluar, berniat membeli makanan untuk membungkusnya agar dia tidak perlu memasak saat sampai rumah nanti. Tetapi langkahnya terhenti melihat suaminya yang saat ini menatapnya seraya bersandar di disisi mobil yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Haifa diam, kakinya terasa berat untuk melangkah ke arah pria itu.

Melihat suaminya yang berjalan mendekat, Haifa mencoba menetralkan ekspresinya, lagi pula lelaki itu tak akan memarahinya di tempat umum seperti ini.

"Pulang"

Haifa menatap suaminya, melihat lelaki itu yang terlihat marah kepadanya. "Haifa mau beli makan dulu mas."

"Pulang." ulang Kevin dengan suaranya yang lebih pelan, tapi justru terdengar menyeramkan ditelinga istrinya.

Kevin menunduk, meraih tas belanjaan dari tangan istrinya, dia berjalan kembali ke arah mobilnya untuk menyimpan belanjaan istrinya di bagasi mobil. Saat suaminya meminta untuk dia masuk Haifa teringat sesuatu. Merogoh saku bajunya dan mengeluarkan kunci motor dari sana. "Haifa bawa motor sendiri mas"

Kevin mendekat, meraih kunci motornya dan meminta Haifa untuk masuk kedalam mobil. Melihat lelaki itu yang membukakan pintu belakang untuknya Haifa merasa aneh. Apa suaminya semarah itu sampai membiarkannya duduk di kursi belakang. Tanpa banyak berkata Haifa masuk ke dalam mobil, tak ingin membuat suaminya semakin marah. Awalnya Haifa tak sadar, tapi saat dia masuk dia melihat sosok lain di dalam mobil, matanya tertuju ke arah kaca ingin tahu siapa wanita yang ada di mobil ini bersama suaminya tadi.

Haifa tertegun, melihat wajah cantik mantan istri suaminya ada di sana, wanita itu juga menatapnya tanpa ekspresi apapun. Terlihat Aira yang tertidur dipangkuannya. Haifa melirik Kevin yang juga melihat kearahnya saat masuk ke dalam mobil.

Haifa memalingkan wajah, tak ingin melihat wajah suaminya yang terlihat mengesalkan saat ini.

"Mas, antar aku sama Aira pulang dulu. Kasihan dia kalamaan nunggu istri kamu keluar dari pasar kaya gini"

Baja NagaraWhere stories live. Discover now