32. huru-hara

757 95 12
                                    

Kayra baru saja masuk kedalam rumah setelah mengantar anak semata wayangnya itu ke sekolah dan mendengar pintu rumahnya yang diketuk tak sabaran. Perlahan dia berbalik, mengintip dari jendela, siapa orang yang sudah membuat kegaduhan sepagi ini.

Melihat seseorang yang berada di luar adalah laki-laki yang selama ini dihindarinya dia refleks berjalan mundur, tangannya gemetar, dia takut jika lelaki itu akan melukainya lagi kali ini. Mengingat terakhir kali dia bertemu dengannya tangannya harus terkilir karena ditarik paksa pria itu, beruntung saat itu mantan suaminya datang dan membawanya pergi. Tapi sekarang dia sendirian, hanya bersama prmbantunya yang seorang wanita tua. Dan satu lagi ada bersama Aira disekolah.

Dia meraih ponselnya, berupaya memanggil satpam depan kompklek, dia sudah tak tahu cara untuk menghindari pria itu.

Mendengar pintu dan juga bel rumah yang semakin diketuk tak sabaran, dia semakin khawatir, pasalnya lelaki itu akan melakukan apapun demi keinginannya.

Kayra sendiri bingung dan tak habis pikir, bagaimana pria itu bisa masuk ketempat ini, padahal perumahannya adalah perumahan yang cukup besar dan aman, Kayra sendiri tak tahu apa yang sudah pria itu katakan sehingva dibolehkan masuk keperumahan ini.

Dengan memberanikan diri kayra berjalan ke arah pintu, membukanya perlahan dengan perasaan tak menentu. Belum juga dia membuka pintunya sempurna lelaki itu sudah mendorongnya dari luar, membuat Kayra reflek mundur ketakutan.

"Ada apa?" Tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar. Bagaimanapun juga dia tahu kejahatan apa saja yang sudah pria itu lakukan. Dia tak akan segan-segan melukainya jika terpancing emosi.

"Kenapa menghindar selama ini?!" Lelaki itu berjalan mendekat, dan  menatapnya tajam. "Kamu mau kembali  lagi dengan mantan suami kamu itu?"

"Itu bukan urusanmu David, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa" kayra tetap ditempatnya, mencoba menunjukan bahwa dia tidak takut dengan lelaki didepannya, dia tak ingin lelaki itu merasa menang jika melihatnya ketakutan.

Lelaki bernama David itu terpancing emosi, mencengkram bahu wanita didepannya kasar. "Jangan macam-macam denganku Kayra! Atau kamu mau anak kamu itu jadi korbannya?"

Kayra menepis tangan pria itu dari bahunya "Apa yang mau kamu lakukan?" Kayra menatapnya penasaran, "Jangan bawa-bawa anaku, dia tidak tahu apa-apa. Ini hanya masalah kita berdua"

Lelaki itu menaikan setengah alisnya, menatap wanita didepannya mengejek. "Kamu juga membawa mantan suami kamu itu ikut campur! Meski laki-laki itu kaya dan bisa melakukan segalanya, tapi aku juga tak kalah kaya darinya. Koneksiku lebih banyak ketimbang pria itu"

"Apa yang kamu mau hah?" Kayra merasakan pria itu semakin mendekat ke arahnya, menghinpit tubuhnya kebelakang sampai membentur meja dibelakangnya. Tangan pria itu yang tadi ada di bahunya berpindah kedagunya, mencengkramnya, sementara tangan yang satunya lagi pria itu gunakan untuk membuat tubuhnya terkurung.

"Aku mau kamu ikut denganku, kita pergi dari sini dan memulai hidup yang baru" pria itu tersenyum senang, mendekatkan wajahnya dan mencium wanita didepannya sekilas.

Kayra mendorongnya, membuat cengraman pria itu terlepas dari dagunya, dia lalu mengusap bibirnya untuk menghapus bekas pria itu disana "Aku tidak mau hidup dengan penjahat seperti kamu, aku tidak mau hidup dengan uang haram kamu itu!"

Lelaki itu mencengkram tangannya, menariknya dan memaksa untuk kayra ikut dengannya. "Kalau kamu tidak mau, jangan harap kamu dan keluargamu baik-baik saja"

Kayra meronta, tapi tenaganya kalah kuat oleh laki-laki yang sedang emosi didepannya, "lepas! Aku tidak mau ikut" kayra masih berusaha meronta, mencoba melepaskan tangan laki-laki yang sudah membuatnya menyesal harus bercerai dengan kevin.

Lelaki dengan perawakan tinggi itu merasa kesal, menjambak rambut wanita yang sudah membuatnya hampir gila itu agar mau ikut pergi bersamanya."dengar, ikut denganku atau orang tersayangmu tak akan pernah kamu lihat lagi"

"Tidak mau, lepas bajingan! Aku tidak mau hidup dengan laki laki seperti kamu. Aku sudah menyesal karena meninggalkan suamiku untuk laki-laki seperti kamu!" Kayra meronta, menahan rasa sakit dikepala karena lelaki itu mencengramnya terlalu kuat "lepas! cari wanita lain yang mau hidup dengan uang haram kamu itu"

Lelaki itu marah, menampar wajahnya yang terasa panas saat itu juga. Kayra menyentuh sudut bibirnya saat merasakan perih disana.

Tapi tak lama setelah itu ada dua orang satpam yang masuk kesana dan menghentikan aksinya. David yang tahu jika dia tak akan bisa melawan dua lelaki itu akhirnya memilih menyerah dan mengikuti langkah mereka keluar. Dari pada dia harus mendekam dipenjara jika dia terus melawan dan mereka melaporkannya kepolisi.

Sementara kayra masih terduduk dilantai, masih merasa syok dengan kejadian barusan, selama hidupnya, baru kali ini dia ditampar laki-laki.

Wanita paruh baya yang sedari tadi bersembunyi dibalik tembok keluar, menenangkan majikannya yang terduduk dengan mata memerah, antara menahan tangis dan juga terkejut. "Ibu tidak kenapa-kenapa kan?"

Wanita itu diam saja, dia bangkit drngan dibantu wanita yang menjadi pembantunya itu. Dia lalu berjalan keluar, khawatir jika sesuatu yang tak dia inginkan terjadi pada putrinya.

~~~

Haifa sedang berada di depan rumahnya saat ibu mertuanya itu datang, dia yang saat itu sedang berlatih untuk berjalan harus dihentikan saat wanita itu mengajaknya ke kantor sang suami. Haifa memeng belum pernah datang ke tempat suaminya bekerja, dia merasa tempat itu bukanlah ranahnya untuk ikut campur, lagi pula jika dia datang kesana haifa tak tahu apa yang harus dia lakukan disana. Membantu pekerjaan tak mungkin bisa dia lakukan.

Tapi jika ibu mertuanya yang mengajak dia untuk pergi, haifa tak bisa menolak. Lagi pula pagi tadi suaminya pergi tanpa sarapan, dia bilang ada pekerjaan yang harus selesai siang ini. Tapi apakah jika dia datang kesana tidak akan mengganggu pria itu?

"Sudah siap-siap, mama tunggu di dalam" wanita paruh baya itu langsung berjalan masuk, duduk disebuah sofa diruang tamu seraya memainkan ponselnya. meninggalkan dirinya yang masih menimang keputusannya.

Tak ingin membuat wanita itu menunggunya lebih lama haifa menyusul untuk masuk, berlalu kedalam kamarnya untuk memgganti pakaian dan juga sedikit memberikan polesan makeup diwajahnya. Setelah selesai haifa berjalan ke arah dapur, menyiapkan makanan untuk suaminya. Kakinya juga sudah mulai bisa untuk digerakan meski masih terbatas, haifa berjalan ke halaman belakang, berpamitan kepada wanita paruh baya yang membantunya dirumah ini "ibu, haifa pergi dulu sama mama. Ibu kunci pintunya dari dalam ya, jangan dibuka jika bukan haifa atau mas kevin yang pulang."
Wanita itu mengangguk , mencuci tangannya yang kotor setelah menyabuti rumput dan mengikuti langkah majikannya kedepan.

"Ayo ma, haifa sudah siap"
Wanita itu tersenyum lalu berdiri bersiap-siap untuk pergi. Di perjalanan ibu mertuanya itu lebih banyak bertanya, mulai dari hubungannya dengan sang suami sampai kondisi kakinya tak luput dari pertanyaan wanita itu. Haifa jadi merasa disayangi, pasalnya ada yang perhatian seperti ini. Dia merasa beruntung karena memiliki ibu mertua yang jauh dari ketakutannya dulu. Haifa bahkan dulu pernah membayangkan memiliki ibu mertua yang seenaknya, suka ikut campur pwrihal rumah tangga anaknya. Tapi dia bersyukur karena mendapatkan mertua yang peduli pada hubungan anaknya tapi tak pernah mencoba untuk ikut campur. Mereka membiarkan dia dan suaminya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Saat didekatnya haifa tak pernah merasa menjadi seorang menantu, melainkan anak yang memang benar-benar mereka sayangi.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

see you..

Baja NagaraWhere stories live. Discover now