Terungkap

11.4K 678 4
                                    

Jam 6 pagi Pras sudah sampai di rumah sakit. Dari semalam ia tidak bisa tidur nyenyak lantaran terus kepikiran dengan perkataan Erick lewat panggilan semalam. Ingin sekali ia langsung ke rumah sakit saat itu juga, tapi ia juga tidak tega meninggalkan istrinya dan membiarkannya mengurus si kembar sendirian. Meskipun ada kedua mertuanya, tetap saja ia merasa tidak rela meninggalkan permata hidupnya itu.

Alhasil, pagi sekali ia bangun dan langsung bergegas untuk menemui Erick dan juga Rendi di rumah sakit.

Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya. Tentang semua fakta yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia semakin tidak sabar ingin segera menyelesaikan semua permasalahan keluarganya.

Dengan semangat Pras membawa langkahnya menuju ke sebuah ruangan yang sudah di informasikan oleh Erick padanya. Sampai di depan sebuah pintu yang diyakini sebagai tempat Rendi di rawat, ia lantas membuka pintunya dengan perlahan.

Pras pikir Erick dan Rendi belum bangun. Ternyata ia salah. Karena saat ia masuk rupanya Rendi tengah makan dibantu oleh Erick yang menyuapinya.

Mendengar suara pintu yang terbuka membuat kedua orang yang ada disana mengalihkan perhatiannya kepada Pras si pelaku pembuka pintu.

"Ekhem." Pras berdehem kemudian melangkah menghampiri dua orang yang masih setia menatapnya itu.

"Biasa aja lihatnya." tegur Pras dengan nada datarnya.

"Pras..." ucap Rendi dengan suara seraknya khas orang sakit.

"Lanjutin dulu makannya." sela Pras cepat.

Rendi menggeleng. "Aku mau ngomong sama kamu."

"Iya, nanti. Setelah abang menghabiskan sarapannya."

"Tapi_" lagi-lagi perkataan Rendi harus terpotong.

"Aku gak mau kalau nanti saat kita tengah membahas hal penting abang tiba-tiba lemas dan pingsan." sela Pras lagi yang membuat Rendi bungkam.

Sebenarnya Rendi masih sangat lemas. Tapi, ia sudah tidak sabar untuk segera mengungkap semua kejahatan keluarganya. Dipikir lagi, perkataan Pras memang ada benarnya. Sebaiknya ia makan dulu biar dirinya punya sedikit kekuatan.

Dengan semangat, Rendi cepat-cepat menghabiskan sarapannya.

***

"Abang yakin sudah siap untuk mulai bercerita?" tanya Erick memastikan. Mengingat kondisinya yang masih sangat lemah.

Rendi mengangguk yakin. "Abang sudah lebih dari siap."

Rendi setengah berbaring diranjangnya, di sisi kirinya ada Erick yang berdiri sedangkan Pras duduk di kursi sebelah kanannya.

Rendi menatap Erick sekilas sebelum memusatkan perhatiannya pada Pras yang terdiam dengan memasang wajah dinginnya.

"Abang mau bicara sama kamu, Pras. Tolong dengerin penjelasan abang."

"Hm. Ceritakan." sahut Pras singkat.

"Bukan abang pelakunya, Pras. Abang juga korban disini. Korban dari keserakahan dan kegilaan Randi." bukanya dengan menggebu.

"Pelan-pelan aja bang." ucap Erick mengusap lengan Rendi.

Rendi menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Kamu harus percaya sama abang. Abang gak mungkin nusuk kamu dari belakang."

"Aku tahu." ucap Pras menatap Rendi dengan teduh.

"Hah?" Rendi cengo. Ia tak salah dengar, kan?

"Kamu... tahu?" tanyanya untuk memastikan. Rendi menatap haru pada adiknya itu kala ia memberikan anggukan.

Clarissa transmigration (TAMAT)Where stories live. Discover now