Tuan Pras, suami nyonya

183K 9.7K 98
                                    

"Dimana aku?" gumam Clarissa seraya memegangi kepalanya yang di perban.

"Bukannya tadi aku mengalami kecelakaan? ah, iya ini pasti di rumah sakit." gumamnya lagi seraya memperhatikan seisi ruangan tempatnya berada.

Cklek...

Pintu ruangan terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya yang terlihat syok menatap kearahnya.

"Astaga! nyonya sudah sadar." pekiknya seraya menghampiri Clarissa yang masih terbaring lemah di atas blankar.

"Apa nyonya butuh sesuatu? nyonya haus atau lapar? atau mungkin butuh yang lain?" tanyanya beruntun.

"Ah, sebaiknya saya panggilkan dokter dulu. Tunggu sebentar!" ucapnya heboh seraya pergi keluar untuk memanggil dokter meninggalkan Clarissa yang kini di landa kebingungan.

"Sejak kapan aku punya pembantu? lagian aku rasa tidak mengenal wanita paruh baya tadi." bingung Clarissa.

Tak lama kemudian masuklah seorang dokter muda yang tampan diikuti wanita paruh baya tadi dan seorang lelaki yang terlihat gagah dan sangat tampan, menatap lurus kearahnya dengan tatapan datar.

Clarissa yang ditatap seperti itu merasa tidak nyaman dan hanya bisa menampilkan senyuman kakunya.

"Apa kepala anda masih terasa sakit?" pertanyaan sang dokter mengalihkan perhatian Clarissa.

Clarissa mengangguk. "Sedikit dok, dan pusing juga." jawabnya dengan senyuman manisnya.

Semua yang ada disitu tertegun sejenak, lantaran perubahan sikapnya yang menjadi sedikit ramah.

Sang dokter mengangguk "Itu wajar, karena anda baru sadar dari koma selama tujuh hari ini."

"A-apa? koma? tujuh hari?" tanya Clarissa terkejut yang mendapat anggukan dari sang dokter.

'Selama itu ya aku gak sadar?' Clarissa membatin.

"Terus suami saya dimana dokter? kenapa saya belum melihatnya?" pertanyaan Clarissa sontak membuat semua orang membeku. Pasalnya orang yang dia cari tepat berada disampingnya.

"Maksud anda? suami anda pak Pras?" tanya sang dokter hati-hati.

Clarissa mengernyit merasa asing dengan nama yang barusan disebutkan sang dokter. Apa mungkin suaminya memakai nama samaran kali ya? pikirnya konyol.

Mendapati ekpresi kebingungan dari sang majikan, lantas membuat wanita paruh baya tadi memberanikan diri untuk membuka suara.

"Nyonya!" panggilnya menarik atensi Clarissa.

"Maaf, ini adalah tuan Pras, orang yang nyonya cari. Suami nyonya." ucapnya seraya menunjuk sang tuan yang tengah memasang wajah dengan ekspresi yang tak terbaca.

Clarissa tambah mengernyitkan alisnya, dalam hati dirinya bertanya-tanya tentang siapakah lelaki yang terus saja menatapnya tajam, dan kenapa wanita paruh baya itu menyebutkannya sebagai suaminya.

Clarissa menggelengkan kepalanya yang terasa semakin sakit dan pusing, ia mengerang dan meremas kepalanya sendiri tat kala rasa sakit di kepalanya semakin menjadi.

"Aaarrrkh!" Clarissa mengerang kesakitan dan setelahnya ia kembali kehilangan kesadarannya.

"Astaga nyonya!" pekik wanita paruh baya panik melihat sang majikan yang kembali pingsan.

Sedangkan Pras tak bergeming di tempatnya seraya terus memperhatikan sang dokter yang tak lain adalah sahabatnya sendiri yang kini kembali memeriksa keadaan istrinya.

Meskipun dirinya terlihat biasa saja, tapi dalam hatinya ia sangat merasa khawatir melihat kondisi istrinya yang kembali tak sadarkan diri.

***

"Gimana keadaannya Nil?" tanya Pras yang kini tengah duduk di kursi ruang kerja khusus milik Leonil, sahabat sekaligus dokter yang menangani istrinya.

"Lo tenang aja Pras! istri lo baik-baik aja kok." jawab Leonil seraya menyodorkan minuman kaleng ke hadapan Prasetya.

"Lo yang bener aja Nil, dia kembali tak sadarkan diri sekarang. Dan lo bilang dia baik-baik aja." kesal Pras.

"Lo tenang dulu Pras! santai aja dulu! gak usah panik kaya gitu! biar gue jelasin." ucap Leonil masih tenang seraya mengubah posisi duduknya menjadi tegap.

"Keadaan Ana saat ini memang sudah baik-baik saja, tapi kalau dari reaksi dan perubahan sikap dia barusan, gue bisa simpulkan kalau Ana saat ini mengalami amnesia Pras."

Pernyataan Leonil barusan tak luput membuat Pras terkejut.

"Apa? amnesia?" ulang Pras merasa kurang yakin akan pemdengarannya.

"Iya, tapi itu hanya bersifat sementara aja kok. Sewaktu-waktu pasti ingatannya akan kembali, lo tenang aja." tambah Leonil.

"Pantas saja tadi dia seperti tak mengenaliku, tapi anehnya dia masih ingat kalau dia telah memiliki suami." gumaman Prasetya masih dapat di dengar oleh Leonil karena posisinya yang kini terbilang cukup dekat.

"Semoga aja dengan hilangnya ingatan dia ini juga bisa menghilangkan kebiasaan buruknya juga Pras." ucap Leonil yang kembali menarik atensi Prasetya.

Pras hanya bisa mengangguk sebagai respon seraya memandang lurus kedepan menerawang setiap perlakuan buruk istrinya itu yang kerap kali bertindak kasar kepadanya, tak pernah menghargainya dan malah sering kali mengkhianatinya.

Leonil memandang sendu kearah sahabatnya, dirinya teramat tahu bagaimana perasaan shabatnya ini. Meski sudah berkali-kali dikhianati dan di sakiti, tapi dia masih saja bertahan dalam ikatan rumah tangganya.

Ingin sekali dirinya menyuarakan pendapat untuk melepaskan saja istrinya itu, tapi niatnya langsung urung tat kala mengingat betapa cintanya sahabatnya itu kepada orang yang kini menjadi istrinya.

Lamunan keduanya buyar tat kala suara pintu di ketuk dari luar.

Tok

Tok

Tok

"Masuk!" ucap Leonil memerintahkan sang pengetuk untuk masuk.

"Maaf tuan, dokter! saya mengganggu" ucap bi Sumi wanita paruh baya yang bekerja di rumahnya Prasetya sekaligus orang yang menunggui Ana tadi.

Leonil mengangguk. "Ada apa bi?"

"Itu dokter, nyonya Berliana sudah sadar."

"Oh, baiklah. Nanti saya periksa lagi."

Bi Sumi langsung pergi setelah mendengar jawaban sang dokter tak lupa pamitan dulu.

Clarissa transmigration (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang