Mencoba Saran Bi Siti

17.2K 1.4K 42
                                    

"Bagaimana ini, Pras? kenapa belum ada kabar juga mengenai keberadaan putri mama." ucap Arum gelisah.

"Pah, kerahkan lebih banyak lagi anak buah papa buat bantu cari putri kita, pa. Mama takut terjadi sesuatu yang buruk padanya." Arum menatap suaminya dengan mata yang berkaca-kaca.

Saat ini keluarga Clarissa tengah berada di rumah Pras. Setelah di kabari bahwa putri mereka di culik, Arum dan Anton langsung mendatangi kediaman putri dan menantunya itu.

"Ma, mama tenang dulu ya. Papa sudah menyuruh semua anak buah papa untuk mencari putri kita." Anton mengusap punggung Arum untuk menenangkannya.

"Iya, ma. Mama tenang aja. Aku janji bakalan temuin Clarissa secepatnya, dan membawanya kembali pada kita dalam keadaan baik-baik saja." timpal Pras yang tak tega melihat ibu mertuanya bersedih.

Padahal dirinya jauh lebih sedih dan kalut saat ini. Tapi ia mencoba menyembunyikan semua kesedihan itu di depan para mertuanya.

"Mama gak bisa tenang, pa. Mama khawatir anak kita kesakitan dan ketakutan diluar sana. Kita lapor polisi aja, ya." pintanya.

Setetes air mata akhirnya jatuh membasahi pipinya, hati ibu mana yang akan tenang ketika anak semata wayangnya tengah dalam keadaan bahaya.

"Ayo, pa. Kita ke kantor polisi sekarang. Biarkan saja kalau memang Pras tak mau ikut, kita saja yang pergi." ajaknya kembali dengan terisak.

"Bukannya aku gak mau ikut, ma. Tapi, kita memang belum bisa membuat laporannya karena ini belum ada 24 jam." terang Pras menyangkal tuduhan mertuanya.

Pasalnya, memang sejak tadi Arum terus memintanya untuk lapor polisi, yang tentu saja ditolaknya karena memang kejadiannya belum ada 24 jam.

"Iya, ma. Betul apa yang dikatakan Pras. Sabar dulu, nanti kalau memang dalam waktu 24 jam belum ada kemajuan apa-apa, kita lapor polisi. Tapi, semoga saja putri kita cepat ketemu sebelum waktu 24 jam itu, ya."

"Tapi, pa__"

"Sssttt... sudah, mama tenang." Anton yang sudah pusing membujuk istrinya itu lantas menariknya saja, membawanya kedalam pelukan.

Arum menangis dalam dekapan suaminya, ia balas memeluk suaminya dengan erat. Menumpahkan segala kegelisahan dan ketakutan yang tengah dirasakannya.

"Ya, tuhan. Lindungilah putri hamba, jauhkan dia dari segala mara bahaya. Selamatkan dia, kembalikan dia pada kami, tuhan." Arum berdo'a dan meminta dalam hatinya dengan penuh kesungguhan.

Anton tak henti mengusap dan menenangkan istrinya, otaknya pun tak henti berpikir. Memikirkan segala rencana dan cara untuk menemukan putrinya.

Pras pun sama, sejak tadi jarinya tak berhenti menari diatas layar ponselnya. Menghubungi lebih banyak lagi orang kepercayaannya untuk membantu anak buahnya mencari sang istri. Tak luput juga para ahli pelacak dan peretas yang ikut dirinya libatkan dalam pencarian.

***

Pagi menyapa dengan sinarnya, kicau burung terdengar bersahutan. Clarissa terusik dalam tidurnya kala sebuah cahaya masuk menusuk matanya yang masih terpejam. Membuka matanya, dan ternyata dia sudah melihat bi Siti yang kini sedang membuka semua gorden jendela kamarnya.

"Ah, sudah pagi." gumamnya, seraya bergerak menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang.

"Maaf, mengganggu tidur anda nyonya." bi Siti berjalan mendekati Clarissa.

"Tidak apa bi. Jam berapa sekarang?" tanyanya parau.

"Jam 08.00 nyonya."

Clarissa mengangguk. "Aku mau mandi dulu. Apa bibi punya baju ganti?"

Clarissa transmigration (TAMAT)Where stories live. Discover now