Mas Pras Jemput Aku

18.2K 1.6K 25
                                    

Sepeninggalan Rendi seketika Clarissa menumpahkan tangisnya, ia tadi hanya berpura-pura berani dan sekuat tenaga menahan air mata. Walau tak berbuat kasar kepadanya, tapi tetap saja sebagai wanita dia juga merasa takut menghadapi seorang lelaki yang tengah dikuasai amarah dan dendam.

Clarissa turun dari ranjang, mengedarkan pandangannya mencoba mencari celah untuknya bisa melarikan diri. Sayangnya, tak ada sedikitpun ruang yang bisa membuatnya pergi dari tempat itu. Semua jendela di kamarnya sudah di pasangi teralis, begitupun di kamar mandinya tak luput juga lubang-lubang udaranya.

Berjalan menghampiri pintu berharap tak di kunci, sayang harapannya pun musnah. Karena pintu sudah di kunci dari luar, terbukti dengan Clarissa yang terus mencoba membukanya dengan memutar-mutarkan gagang pintunya.

"BUKA... TOLONG BUKA PINTUNYA."

Clarissa terus menggedor-gedor pintunya seraya berteriak meminta di bukakan.

"TOLONG KELUARKAN AKU DARI SINI."

"AKU MAU PULANG... AKU GAK MAU DISINI... SIAPAPUN TOLONG BUKAKAN PINTUNYA."

Clarissa terus saja berteriak sambil sesekali terisak. Dua penjaga di luar pintu saling lirik, mereka merasa terganggu sekaligus sedikit kasihan juga mendengar teriakan dan tangisan Clarissa. Tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa, dan membiarkannya saja sampai Clarissa cape sendiri.

"Buka hiks... aku mau pulang... aku gak mau disini..." lirihnya. Tubuhnya meluruh kelantai.

"Mas Pras tolong aku, jemput aku mas. Aku takut." Clarissa meraung menangis dibalik pintu.

Tok

Tok

Tok

"Nyonya... nyonya bisa menyingkir dulu sebentar... saya mau buka pintunya." terdengar suara wanita dari balik pintu yang diyakini sebagai pembantu di rumah ini, wanita yang pertama kali dia lihat saat baru sadar tadi.

Clarissa dengan cepat berdiri dan menjauh dari pintu, tangannya dengan kasar mengusap air mata di pipinya.

"Iya, bi. Saya udah pindah kok, bibi bisa buka pintunya sekarang." Clarissa menjawab dengan riang, ia berpikir kalau wanita tersebut mau membantunya keluar dari sini.

Tak lama wanita itu pun masuk dan kembali mengunci pintunya, kuncinya dia cabut kemudian di masukkan kedalam saku bajunya.

Melihat itu seketika membuat wajah cerianya tadi langsung lenyap, harapan akan di keluarkan dari sini ternyata hanya sebatas harapannya saja.

"Nyonya belum makan?" wanita itu bertanya seraya menatap makanan yang masih utuh diatas nakas.

"Kenapa tidak di makan? apa nyonya tidak suka menu masakannya? mau saya masakan yang lain?" wanita itu kembali bertanya, kali ini ia menatap wajah Clarissa.

Clarissa diam saja, tak berniat ingin menjawabnya sama sekali. Ia tak ingin makan apapun saat ini, ia hanya ingin segera pulang.

"Nyonya... tolong bicaralah. Jangan diam saja." pintanya.

"Nyonya mau apa? saya akan berusaha membuatkan secepatnya. Katakanlah." desaknya.

"Aku mau pulang." akhirnya Clarissa membuka suaranya dengan suara yang serak dan lirih.

Matanya kembali berkaca-kaca menatap wanita paruh baya di depannya. Wanita paruh baya itu terlihat terkejut mendengar permintaannya.

"Aku mau pulang bi... aku gak mau disini... bantu aku ya, tolong buka pintunya bi. Biarkan aku pergi dari sini."

Wanita paruh baya itu tersentak kala Clarissa tiba-tiba berlutut di hadapannya seraya menggenggam kedua tangannya. Dengan cepat ia pun ikut berlutut, matanya ikut berkaca-kaca melihat Clarissa yang sudah menangis di depannya.

Clarissa transmigration (TAMAT)Where stories live. Discover now