Imunisasi

11.1K 820 10
                                    

"Mas titip anak-anak bentar, ya."

Belum sempat Pras memberikan jawaban, istrinya itu langsung pergi begitu saja.

"Jangan lama-lama, sayang." ucap Pras sedikit berteriak takut istrinya itu tidak mendengar.

Karena perbuatannya itu sontak saja membuat si kembar terkejut lalu menangis.

Oeekkk... oeekkkk...

Tangis si kembar bersahutan membuat Pras panik, ia bingung harus mendiamkan yang mana dulu.

"Sssttt... maaf sayang. Kalian kaget, ya?" Mengambil dua botol susu di meja nakas yang sudah di sediakan Clarissa lalu memberikannya kepada masing-masing anaknya.

Sikembar langsung terdiam, menyedot rakus asi sang ibu yang sudah di perah dan dimasukkan kedalam botol itu.

"Anak pintar." puji Pras seraya menciumi kedua putranya itu.

Putra kembar yang diberinya nama Arsellio Anggara dan Arsilleo Anggara itu menjadi pelengkap kebahagiaannya. Si kembar yang terlahir tiga bulan lalu itu telah memberikan warna baru dalam hidupnya.

Suka duka dalam mengurus anak pun dirinya turut merasakan, tidak ada kata lelah untuk semua kesayangannya.

Meskipun kembar tapi mereka tak sama. Dari segi wajah memang keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan, keduanya sama-sama memiliki bentuk wajah yang sama tampannya. Tapi, jika dilihat lebih jelas lagi ada sebuah tahi lalat kecil diujung hidung Arshellio yang membedakannya dari sang adik kembarnya.

Bukan hanya itu saja yang membedakan keduanya. Jika Arshel tenang dan anteng, maka Arshil adalah kebalikannya. Tak jarang juga Arshil akan menangis dan rewel di tengah malam yang mengharuskan Pras dan Clarissa bergantian untuk menimangnya.

Oeeekkk...

Oeeekkk...

Baru saja di lamunkan, putra keduanya itu sudah kembali menangis lagi. Buru-buru Pras menggendong dan menimangnya, takut kalau suara tangisan Arshil akan mengganggu kakaknya yang sudah terlelap.

***

Clarissa membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati takut menimbulkan suara. Ia tersenyum kala melihat suaminya yang tengah menimang putra keduanya sambil bersenandung kecil. Berjalan perlahan mendekati suaminya lalu memeluk tubuh tegap kesayangannya dari belakang.

"Rewel lagi?"

Pras tersenyum lalu berbalik menghadap istrinya setelah pelukan singkat itu terlepas.

"Biasa." jawabnya searaya memandangi wajah tampan putranya yang sudah mulai tertidur.

"Maaf, lama."

Pras mengangguk lalu berjalan kearah ranjang dan menidurkan putranya disana.

"Sudah?" tanya Pras saat istrinya ikut duduk di sisi ranjang.

"Sudah. Tadi di bantuin bi Sum juga masaknya jadi lebih cepat." jawabnya tersenyum manis melihat si kembar yang tidur berdampingan.

"Aku siap-siap dulu, ya. Takut keburu siang." ujar Clarissa mengalihkan pandangannya pada sang suami.

"Iya, nanti keburu di teror lagi sama mama lewat telpon kalau kita kelamaan kesananya." ucap Pras menanggapi.

Hari ini mereka berniat mengunjungi rumah orang tua Clarissa. Sebab sejak kemarin kedua orang tuanya itu tak henti-henti meneror mereka dan menanyakan kapan akan datang berkunjung.

Tapi sebelum itu mereka mau ke rumah sakit dulu karena hari ini adalah jadwalnya si kembar imunisasi.

Alhasil, disinilah mereka sekarang. Di ruangan khusus dokter anak. Serangkaian pemeriksaan dan juga suntik imunisasi telah selesai si kembar lewati.

Clarissa transmigration (TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon