Aku gak suka. Ini terlalu terbuka

106K 8.1K 43
                                    

Setelah tiga hari menjalani rawat inap di rumah sakit, kini Clarissa atau yang sekarang biasa dipanggil Ana itu sudah diperbolehkan pulang.

Saat ini dirinya tengah bersiap untuk pulang, tatapannya sejak tadi tak lepas dari pergerakan Pras yang kini tengah membereskan pakaiannya selama menginap di rumah sakit ini.

Kenapa bukan pembatunya saja? jawabannya adalah, karena setelah Clarissa sadar, pembatunya itu tidak pernah datang lagi ke rumah sakit. Hanya Pras lah yang selama tiga hari ini selalu menemaninya.

Pras berjalan kearahnya dengan menenteng tas berukuran sedang.

"Ayo!" ajak Pras.

Clarissa mengangguk dan berjalan beriringan bersama keluar dari ruangannya. Dalam hati ingin sekali rasanya Pras menggenggam tangan istri cantiknya ini, tapi dirinya ragu, takut kembali ditolak seperti yang dulu-dulu. Alhasil ia hanya bisa menahannya dengan sesekali melirik kearah istrinya yang fokus memperhatikan sekitar.

Sesampainya di parkiran, Pras langsung membukakan pintu mobil untuk Clarissa masuk dan duduk di samping kemudi. Setelahnya dia memutar dan duduk di balik kemudi mobil, tapi sebelumnya ia menyimpan dulu tas berisi pakaian tadi di kursi belakang.

Hari ini ia mengemudikan sendiri mobilnya. Dalam perjalanan tak ada percakapan sama sekali, karena mereka berdua masih merasa canggung dan belum terbiasa. Lebih tepatnya Pras takut salah bicara yang akan berakhir dengan kemarahan istrinya itu.

Yah, walaupun akhir-akhir ini ia merasa bahwa sikap istrinya ini mulai berubah menjadi lebih baik. Tapi, tetap saja ia merasa belum berani untuk memulai sebuah perbincangan.

"Apa masih jauh?"

Pertanyaan Clarissa memecah keheningan diantara mereka berdua. Pras melirik sebentar kearah Clarissa yang kini tampak memperhatikan jalanan melalui jendela mobil.

"Sebentar lagi sampai." Clarissa mengangguk dan kini menatap wajah Pras dari samping.

Sungguh Clarissa masih belum percaya kalau kini dirinya menjadi seorang istri dari lelaki tampan di sampingnya ini. Di lihat dari segi manapun tampang Pras ini sangan tampan dan menawan. Jauh sekali dengan rupa suaminya dulu yang bahkan doyan selingkuh. Mengingat tentang suaminya dulu membuat moodnya menjadi buruk.

"Kenapa lihatin saya kayak gitu?" tegur Pras yang merasa salting karena terus di perhatikan dan di tatap sebegitu lekatnya oleh sang istri.

"A-ah... anu... itu... kamu kok ganteng banget sih." gugup Clarissa dengan cicitan pelan di akhir kalimatnya.

Walaupun hanya sebuah cicitan, tapi Pras masih dapat mendengarnya. Sontak saja ucapan Clarissa barusan menimbulkan semburat merah di wajahnya, dengan jantung yang berdebar tak karuan.

'Oh, astaga, sejak kapan istrinya ini suka memujinya' Pras membatin seraya mencoba menyembunyikan rona di wajahnya.

"Ekhem..." Pras berdehem sejenak mencoba menenangkan degupan jantungnya yang menggila.

"Kamu-mau mampir dulu ke suatu tempat gak?"

Clarissa menggeleng, bukannya tak ingin. Tapi, ia masih merasa asing dan belum terbiasa di daerah yang ia tempati sekarang ini.

"Langsung pulang aja, mas. Aku masih mau istirahat." jelasnya.

Pras menurutinya dan sesekali curi-curi pandang pada istrinya yang sesekali masih suka memperhatikannya.

Mobil yang dikendarai Pras berhenti di hadapan sebuah pagar besi yang menjulang tinggi. Setelah satpam membukakan pintu pagarnya, Pras membawa masuk mobilnya melewati halaman rumahnya yang luas.

Clarissa transmigration (TAMAT)Where stories live. Discover now