Tidak marah, hanya kesal.

8.5K 744 24
                                    

Pras berjalan menyusuri lorong gelap dibagian bawah rumahnya, disana terdapat sebuah ruangan rahasia tempat biasa dirinya menyiksa para tikus-tikus di rumahnya.

Kali ini ruangan itu dihuni oleh Nicko. Niatnya besok pagi baru ia akan menemui Nicko, tapi karena ia sedang kesal pada Clarissa jadi ia memutuskan untuk menemui Nicko saat itu juga.

Tiba di depan sebuah pintu, ada dua orang yang berjaga disana. Pras mengedarkan pandangannya sebab ia tak menemui Kendra ada disana, padahal tadi pemuda itu bilang akan ikut berjaga juga.

"Dimana Kendra?" tanya Pras pada kedua anak buahnya yang tampak terkejut akan kehadiran dirinya. Rupanya mereka tidak menyadari kalau tuannya itu datang berkunjung, dengan cepat keduanya berdiri lalu membungkuk.

"Maaf karena kami tidak menyadari tuan datang." ucap salah satu dari mereka.

"Hm."

"Pak Kendra ada di dalam tuan." lanjutnya lagi saat melihat tatapan tuannya yang seakan menuntut jawaban atas pertanyaannya tadi.

Tanpa banyak bicara, Pras langsung saja masuk. Ia melihat Kendra tengah duduk di kursi sambil menatap lekat ponsel di genggamannya.

Dengan langkah pelan, Pras mendekat kearah Kendra yang tampak tidak menyadari kehadirannya. Kendra masih fokus dengan kegiatannya. Pras berdiri di belakang Kendra, dapat ia lihat foto seorang gadis cantik yang terpampang dilayar ponsel milik anak buahnya itu.

"EKHEM."

"Kampret." umpat Kendra berjengit kaget. Namun, tak lama ia dibuat gelagapan kala menyadari siapa yang sudah membuatnya terkejut itu.

"Ya ampun, tuan. Maafkan saya, saya tidak tahu kalau ada anda di belakang saya." ucapnya dengan nada sesal lalu membungkukkan badannya.

"Siapa?"

Kendra terdiam, ia bingung akan pertanyaan tuannya.

"Siapa? siapa, tuan?" tanyanya dengan muka bingung.

"Gadis tadi." jawab Pras dengan nada yang terdengar kesal. Lemot sekali anak buahnya ini, pikirnya.

"A-ah... itu, dia... anu_"

"Jawab yang benar. Siapa dia?" geram Pras menatap tajam pada Kendra.

Kendra menunduk, ia mengusap tengkuknya. Merasa bimbang harus menjawab apa pertanyaan dari tuannya itu.

"Jawab dengan jujur. Saya tidak suka dibohongi. Dan lagi, kamu masih hutang satu penjelasan pada saya mengenai kamu dan Nicko." tekan Pras membuat Kendra kembali mengangkat wajahnya.

"Dia... adik saya, tuan." ucapnya sambil memejamkan mata, setelahnya ia menghela nafas panjang.

Dahi Pras bertaut, ia merasa ada yang tidak beres dengan Kendra. Apa lagi saat melihat raut wajahnya yang menampilkan berbagai ekspresi. Sorot matanya menyimpan sejuta kasih, rindu, sedih, marah dan juga dendam. Dan baru kali Pras melihatnya.

"Adik? kenapa saya baru tahu kalau kamu punya seorang adik perempuan. Bukannya kamu yatim piatu dan tidak memiliki saudara sama sekali?"

"Itu karena adik saya sudah meninggal, tuan. Jadi tuan tidak tahu kalau dulu sebenarnya saya punya adik."

"Karena kecelakaan juga?" tanya Pras yang tahu kalau kedua orang tua Kendra meninggal dalam kecelakaan.

Kendra menggelengkan kepalanya.

"Bukan, tuan. Kematian adik saya ada sangkut pautnya dengan... Nicko." ucap Kendra dengan suara yang melirih.

Kendra kembali menundukkan kepalanya kala bayangan menyakitkan saat adiknya meregang nyawa melintas di benaknya, rasa sedih itu kembali muncul. Tangannya terkepal dengan kuat, ujung matanya menyorot tajam pada seseorang yang masih terkapar dilantai dengan kedua tangan dan kaki yang diikat.

Clarissa transmigration (TAMAT)Where stories live. Discover now