84. DONGENG BERAKHIR

33.9K 3.3K 776
                                    

Hari berganti hari dan musim berganti musim. Kirana tak hentinya menghitung berapa musim telah ia lewati menunggu kepulangan orang-orang yang ia kasihi. Tak pernah pupus harapannya dan tak pernah lelah Kirana menunggu. Ia selalu tahu bahwa Respati, Suksmi dan Aditya pun juga sama-sama merindukannya dan menunggu hingga akhirnya mereka bisa bersama lagi. Selama ini, yang bisa kembali lagi ke rumah Kirana hanyalah Respati dan Suksmi. Kepulangan pertama dan terakhir Aditya hanyalah saat itu saja. Setiap tahun, Kirana hanya menyambut Respati dan Suksmi. Namun, ketika tidak melihat figur Aditya di sana, seluruh hatinya terasa hancur. Suksmi selalu menjadi jembatan surat antara dirinya dan Aditya. 

Kirana, kasihku, Kangmas sangat merindukanmu. Ini sangat menyiksa Kangmas mengetahui kamu masih bersukma tetapi tak bisa diraih. Kangmas ingin selalu bisa berada dalam dekapanmu. Kangmas merindukan rumah Kangmas. Tak pernah Kangmas sadari menunggu akan sangat menyiksa seperti ini. Pertanyaan 'kapan' selalu dilontarkan, tetapi tak ada jawaban yang pasti yang keluar. 

Tak terhitung berapa kali surat yang disampaikan oleh Suksmi membuat Kirana menangis dalam keheningan malam yang syahdu. Ia memeluk surat itu dengan erat dan menghirup wangi cendana yang ada di sana dengan sepenuh hati. Aditya pernah memegang surat ini dan pria itu pun pasti pernah memeluknya. Pemikiran itu cukup meredakan kerinduan Kirana pada Aditya yang begitu besar. 

Kirana memahami mengapa Aditya tidak bisa lagi bertemu dengannya. Tata krama keraton dan larangan bagi pria itu yang menghambatnya. Kirana tahu bahwa ini-lah karmanya karena sudah melakukan hal jahat di masa lampau. Namun, tidak bisakah sekali saja mereka membiarkan Kirana bertemu dengan Aditya lagi, meskipun hanya bertukar tatap saja sudah lebih dari cukup.

Tak terasa 10 tahun telah berlalu dan setiap kepulangan Respati dan Suksmi, Aditya masih tetap tidak ada. Kirana menelan kesedihannya sebisa mungkin dan menyambut kedua anaknya dengan penuh sukacita. Respati kini telah tumbuh menjadi remaja tanggung yang gagah; tatapannya penuh keberanian dan juga kecerdasan. Respati mirip sekali dengan Aditya, bahkan dari pembawaan diri dan tatapannya, hingga terkadang Kirana ingin menangis melihat anak laki-lakinya itu. Suksmi di sisi lain tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dengan lekuk feminin yang semakin mendekati wanita dewasa. Setiap tingkah laku dan pembawaan dirinya begitu luwes, ringan dan penuh tata krama. 

Berbeda dengan Suksmi, Kinanti memang juga tumbuh menjadi bunga desa yang ayu dan manis, tetapi pembawaan dirinya bebas, liar dan berani, mengingatkan Kirana akan dirinya yang dulu. Dan yang terakhir... Arjuna, anak laki-laki bungsunya yang kini masih berusia 10 tahun. Sifat Arjuna pun mengikuti Rama-nya. Anak itu cukup pendiam, tetapi setiap kali mengatakan sesuatu, perkataannya adalah sebuah kebenaran. Pembawaan diri Arjuna jauh lebih tenang daripada kakaknya, meskipun dia adalah yang paling muda.

Kirana meletakkan ubi kayu dan hidangan lainnya di meja kayu sederhana itu, lalu ikut duduk bersila dengan Eyang Putri, Ranti dan juga anak-anaknya. Mereka tengah menertawai cerita Kinanti yang dikejar anjing di desanya.

"Katanya, Mbakyu Suksmi ikut rombongan penari untuk Dewi Ratih mulai tahun ini?" tanya Arjuna perlahan pada Suksmi.

Suksmi mengangguk malu-malu dengan rona di wajahnya. Kirana tampak begitu bangga mendengar ucapan Suksmi. Sungguh, itu adalah kabar yang sangat baik. Rombongan penari untuk Dewi Ratih adalah sebuah posisi terhormat yang pernah didapatkan oleh seorang perempuan. 

"Kinanti juga ingin ikut!" seru Kinanti bersemangat.

Arjuna menoleh dengan tatapan tidak percayanya. "Mbakyu Kinanti mlaku ndhodok* saja masih sering kram, apalagi menari," balas Arjuna singkat, padat dan jelas, tetapi cukup menohok Kinanti dan memancing tawa lebar dari semua orang di situ. 

*jalan jongkok

"Uwes toh..." bela Respati, membuat Kinanti memasang wajah terharunya. "Selagi, mbakyu-mu ini minta hal yang normal ya didukung. Soalnya biasanya kan mintanya aneh-aneh. Contohnya aja kemarin katanya mau jadi dukun."

PUSAKA CANDRA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang