20. TAK TERDUGA

15.9K 3.1K 506
                                    

"Kirana," tegur Nyai Suratih sembari menekan paha Kirana agar gadis itu berhenti menggerakkan kakinya seperti itu di depan khalayak umum. Kirana menyadari gerakannya itu sangat tak sesuai dengan tata krama putri keraton, tetapi ia tidak bisa mengontrolnya. Setiap kali, Kirana gelisah, kakinya akan bergerak dengan sendirinya tanpa bisa ia kontrol.

Kirana tersenyum penuh permintaan maaf, kemudian menahan lututnya sendiri agar tidak begerak seperti tadi. Kirana hanya tidak terbiasa duduk di depan lautan warga yang ingin menonton pagelaran hiburan rakyat Kadipaten Surabaya. Acara itu biasa digelar satu kali setiap tahunnya, yaitu ketika mendekati masa panen. Pagelaran itu adalah hiburan rakyat yang dipersembahkan langsung oleh kerabat keraton dan juga sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Sang Hyang Karsa atas panen yang berlimpah. Gagasan ini dikeluarkan oleh Prabu Aditya sendiri, untuk mengikis kesenjangan antara kerabat keraton dan rakyat biasa. Setidaknya setiap satu tahun sekali, kerabat keraton terutama putri keputren akhirnya bisa bertemu dengan rakyatnya dan melihat dunia luar.

Acara itu biasanya diawali dengan ucapan syukur pada Sang Hyang Karsa sebelum berlanjut dengan prajurit tinggi Kadipaten Surabaya yang menunjukkan kebolehan mereka berkuda di depan khalayak ramai. Lalu, terdapat tarian, bela diri dan juga seni berlakon. Prabu Aditya sendiri selalu ambil bagian bersama prajurit tingginya. Bersama kuda teji hitamnya ia akan memimpin prajurit tinggi itu untuk menunjukkan kelihaian mereka dalam berkuda dan mengontrol keris.

Dari kejauhan, Kirana menangkap sosok yang familiar berdiri di tengah keramaian warga. Sosok itu menatap tepat ke arahnya, membuat jantung Kirana berhenti berdetak. Kirana refleks memegang kembali liontin kalungnya dan pria itu tersenyum padanya. Dunia Kirana seolah melambat. Suara riuh itu perlahan menghilang. Tatapannya terkunci pada pria itu. Nafas keduanya teratur dan dalam tempo yang sama. Lalu, setelahnya, pria itu membalikkan tubuhnya, lalu menghilang dari keramaian.

"Kirana... Kirana..." panggil Nyai Suratih, menyadari Kirana pucat pasi di sebelahnya. Panggilan itu membuat Kirana kembali pada realitanya. Ia langsung menoleh dengan ekspresinya yang linglung dan gelisah.

"Kamu... sakit?" tanya Nyai Suratih perlahan.

"Kepala saya... pusing dan saya... saya membutuhkan tidur," bohong Kirana dengan senyuman tipisnya. Nyai Suratih tampak ragu, sebab kini Prabu Aditya menatap mereka dan tatapan pria itu tertuju cukup lama pada Kirana, berharap wanita itu melihatnya. Namun, wajah Kirana yang pucat dan nafasnya yang berat membuat Nyai Suratih khawatir gadis itu sakit. Karena itu, dengan berat hati ia mengizinkannya.

Kirana pun membungkukkan tubuhnya, melewati barisan abdi dalem yang berjajar di belakang putri keraton. Ni Manika dan Ranti pun mengikuti Kirana dengan patuh dari belakang, tampak khawatir dengan nonanya. Kirana sendiri berjalan menjauhi pagelaran itu dengan langkahnya yang tergesa. Ia berlari ke arah kerumunan rakyat biasa yang menonton. Namun, menemukan Bisma dalam lautan orang ini sangatlah mustahil. Kirana mulai emosional. Matanya berair. Keputusasaan menghinggapi dirinya. Apakah ia berhalusinasi? Tidak! Tidak, ia tidak salah. Pria itu adalah Bisma.

Ketika ia membalikkan tubuhnya, matanya bertemu dengan mata anak kecil yang menatapnya lembut. "Bendara Ayu Kirana?" tanya anak itu dengan nada ramahnya. Kirana menganggukkan kepalanya pada anak itu, berharap anak asing di depannya memiliki sesuatu yang bisa menjadi petunjuk untuknya. 

"Mari ikut saya," gumam anak itu, sembari membalikkan tubuhnya dan berjalan menembus kerumunan.

Kirana terus melangkah seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, berharap anak itu adalah penunjuk jalannya pada pujaan hatinya. Anak itu berbelok ke arah jalanan yang lebih sepi. Kirana terus mengikuti anak itu dan bertanya ke mana ia akan di bawa, tetapi anak itu tidak kunjung menjawabnya. Langkahnya semakin tergesa mengejar anak gadis itu. Di luar dugaannya, anak itu membawanya ke sebuah hutan rimbun yang letaknya dekat dengan permandian rakyat. 

PUSAKA CANDRA✔️Where stories live. Discover now