34. NYAMAN

18.3K 2.7K 146
                                    

Mengandung adegan dewasa

***

Malam ini, Kirana-nya terlihat dan terasa berbeda. Kirana menjadi jauh lebih muram dari biasanya. Wanita itu juga menjadi lebih peka terhadap sentuhannya. Kirana sering berjengit setiap kali Aditya mencium lehernya, padahal di malam sebelumnya, wanita itu bahkan tidak menyadarinya. Kirana juga lebih mudah kesakitan membuat Aditya benar-benar harus menahan dirinya malam ini. 

Tubuh Kirana memanas hebat ketika ia melabuhkan ciumannya di bibir Aditya. Kirana memeluk punggung lebar Aditya dengan erat di kala tangan pria itu menuntun pinggulnya bergerak perlahan. Ciuman Kirana malam ini terasa lebih agresif. Wanita itu menggigitnya dan terus berusaha menguasainya. Aditya membiarkan wanita itu mengambil alih, mengingat Kirana sepertinya sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Mungkin dengan begini, Kirana merasa lebih tenang.

Kirana mendesah lembut di kala Aditya meremas pinggulnya, seolah pria itu berusaha menahan gejolak perasaannya sendiri. Aditya menggigit pundak Kirana, menandai wanita itu sebagai miliknya satu-satunya. Kirana menggenggam tengkuk Aditya dengan nafasnya yang terengah, menyadari ia akan semakin mendekati puncaknya. Aditya menggenggam pinggang Kirana, membimbing wanita itu untuk memujanya lebih intens, dalam dan panas. 

Kirana selalu menganggap dirinya lebih liar dan agresif daripada Aditya, tetapi itu semua karena Kirana ingin merasa lebih kuat dan lebih berkuasa. Kenyataannya, tetap Aditya-lah yang menuntunnya, membimbingnya dan menguasainya dalam diam dan ketenangan. Pria itu tidak pernah berusaha untuk menekan Kirana atau membuatnya tunduk di bawah Aditya. Aditya membiarkan Kirana mengambil alih, tetapi keduanya sama-sama tahu jika tetap Aditya-lah yang memimpin. Dan jujur, Kirana tidak menyukai fakta itu, tetapi ia harus menerimanya. Aditya seolah memanjakannya dan hal itu membuat Kirana merasa semakin tidak berdaya. 

“Kangmas,” erang Kirana lembut dalam keheningan kamar ketika ia berhasil mendapatkan yang ia dambakan sejak tadi. Nafas Kirana berat. Tubuhnya gemetar. Pipinya merah padam dan matanya sayu. 

Aditya menghentikan tuntunannya, membiarkan Kirana bernafas, meskipun ia sendiri belum mendapatkannya. Aditya mengaitkan rambut Kirana dengan lembut di balik telinga wanita itu. Kirana memegang dada kiri Aditya, merasakan detak jantung pria itu, kebiasaan yang sangat ia sukai setiap kali mereka bercinta. Usapan Aditya perlahan naik ke punggung telanjang Kirana.

“Kirana, kamu baik-baik saja?” tanya Aditya lembut sembari mengusap bibir Kirana.

Mendengar pertanyaan itu, Kirana langsung dipenuhi berbagai perasaan yang kurang menyenangkan. Tanpa bisa ia tahan, matanya langsung berair dan hal itu disadari oleh Aditya. Aditya langsung menangkpukan jemarimya di dagu Kirana dengan lembut.

"Kirana... kasihku... ada apa gerangan?" tanya Aditya dengan wajah seriusnya. "Apa Kangmas menyakiti kamu?"

Kirana menggelengkan kepalanya, sembari menghapus air matanya. Aditya dengan setia menunggu jawaban Kirana. Aditya menarik Kirana semakin mendekat ke tubuhnya, untuk menghangatkan tubuh telanjang wanita itu yang gemetar.

“Kirana… Kirana marah,” jawab Kirana, tidak lagi bisa menahan perasaannya. “Gadis pantai akan selalu menjadi julukan untuk Kirana sampai kapan pun. Gadis pantai yang rendahan, bau amis dan wanita penghibur yang menghangatkan ranjang adipati tinggi. Mereka… mereka selalu mengatakan hal itu - tidak rumor itu…”

Air mata Kirana perlahan jatuh dan ia malu. Kirana tidak pernah menangis di depan siapa pun, tetapi kini ia menangis di depan Aditya. Sungguh, Kirana sangat marah dan juga malu hari ini, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun, selain menangis. Kirana ingin sekali mencekik abdi dalem yang kurang ajar itu. Ia ingin sekali membalas mereka, tetapi ia hanyalah Bendara Ayu rendahan yang dicap sebagai wanita penghibur Prabu Aditya. Mungkin Kirana yang salah sejak awal, karena jiwa bebasnya yang liar membuat rumor itu semakin menjadi-jadi. Atau mungkin juga, karena penampilan Kirana yang terlihat seperti wanita penghibur -seperti perkataan Nyai Suratih, maka tak ada yang mau menganggapnya serius.

PUSAKA CANDRA✔️Where stories live. Discover now