53. AMARAH

12.1K 2.2K 300
                                    

Prabu Aditya kembali ke kamarnya sendiri ketika malam semakin larut. Akhir-akhir ini ia cukup disibukkan dengan beberapa hal termasuk mengurus para bandit di perbatasan dan juga menata kembali urusan luar negerinya. Ia semakin jarang mengunjungi Kirana dan hal itu membuat Aditya menyadari jika jurang di antara keduanya semakin lebar. Kirana menghindarinya dalam keadaan wanita itu yang tengah hamil anaknya. Sungguh, Aditya benar-benar tidak memiliki keinginan untuk bertengkar dengan Kirana ketika wanita itu sedang hamil, sebab Aditya merasa seperti pria brengsek saat ini.

Aditya membuka pintu kediamannya sendiri dan menyadari wangi melati feminin yang mengundangnya. Wangi itu membuat senyuman di wajah Aditya merekah. Ia melangkahkan kakinya dengan tergesa ke arah ranjang berkelambunya. Kirana yang mendatangi kediamannya adalah sebuah pertanda baik. Setidaknya dengan begini, Aditya bisa kembali memberikan wanita itu kasih sayangnya; menunjukkan wanita itu jika Aditya masih sangat mengasihinya.

Langkah Aditya terhenti di ruangan yang remang itu. Ia mengerjapkan matanya, tampak tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Nyai Suratih berdiri dari ranjang berkelambu itu dengan rambutnya yang telah digerai dan kemben serta jarik yang hanya menutupi tubuhnya yang dewasa dan semampai. Aditya mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak ingat Nyai Suratih menyukai wangi melati. Namun, malam ini, wanita itu menguarkan wangi melati yang mirip dengan Kirana.

"Kangmas," ucap Nyai lembut sembari mendekati Aditya perlahan. Sang nyai menguarkan kecantikan yang dewasa dengan auranya yang lembut dan feminin. Wanita itu melepaskan kemben dan jarik di tubuhnya, berdiri tanpa memakai apa pun di depan suaminya.

Aditya sedikit kaget dengan sikap Nyai Suratih malam ini. Wanita itu tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Nyai Suratih tidak peenah berusaha menggodanya terang-terangan seperti ini. Apa yang sebenarnya diinginkan Nyai Suratih hingga bersikap seperti ini?

"Suratih pun juga menginginkan kehangatan, Kangmas," bisik Suratih mesra sambil berjinjit hingga kini bibirnya berada di depan bibir Aditya. "Jangan tolak Suratih malam ini, Kangmas. Suratih tahu ini tak sepantasnya, tetapi... Suratih... Suratih mohon..."

Suratih menatap Aditya dengan tatapan memohonnya sambil melabuhkan ciuman lembutnya di bibir pria itu. Jantung Suratih berdegup sangat kencang, khawatir Aditya akan mendorongnya menjauh. Ketika tidak mendapat respons dari Aditya, Suratih semakin berani memperdalam ciumannya. Ia mencium Aditya dengan penuh hasrat dan sikap memiliki.

Tangan Aditya yang kaku perlahan melingkari tubuh Nyai Suratih dan memeluk wanita itu dengan erat. Hati Nyai Suratih berbunga-bunga, mendapati malam ini Aditya menerimanya dan tidak lagi menolaknya. Aditya membuka bibirnya, memberikan Nyai Suratih kesempatan untuk merasakannnya. Perlahan-lahan, Aditya membalas ciuman Suratih dan menarik wanita itu masuk semakin dalam ke pelukannya. Nyai Suratih merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Ia melingkarkan tangannya di leher Aditya dengan mesra.

Ketika Aditya melepaskan pertautan bibir keduanya, nafas Suratih berat dan tidak terkendali. Mata wanita itu sayu dan dipenuhi gairah. Aditya mengusap bibir Nyai Suratih dengan lembut, sebelum membungkuk dan membawa wanita itu masuk ke dalam gendongannya. Ia meletakkan Nyai Suratih di ranjang berkelambunya dengan lembut, lalu menurunkan tirai ranjang itu.

"Tidak biasanya," ucap Aditya sembari berdiri dari ranjang itu dan melepaskan agemannya, membuat Suratih merasakan hatinya berdegup semakin kencang. "Kali ini, kamu tidak lagi menjebak saya. Apa karena kamu tidak lagi memiliki rencana yang cemerlang, Suratih?"

Suratih tersenyum malu. "Kangmas adalah pria yang cerdas dan menyukai kejujuran. Karena itu, tak ada gunanya, Suratih berusaha menjebak Kangmas."

"Kamu baru menyadarinya setelah melakukannya beberapa kali, Suratih?" sindir Aditya dengan senyuman miringnya sebelum menindih Suratih dengan tubuhnya dan mengurung wanita itu di antara kedua tangannya. Pertama kali Aditya terjebak dalam permainan Suratih adalah ketika ia tidak sengaja mabuk dan akhirnya tidur dengan garwa padmi-nya itu. Namun, dari sana, Aditya semakin berhati-hati dan menjaga jarak dari Nyai Suratih, sebab bercinta dalam keadaan tidak sadar adalah sesuatu yang sangat ia hindari.

PUSAKA CANDRA✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin