22. DEMAM

20.2K 3.3K 217
                                    

Nyai Suratih melebarkan matanya kaget ketika memasuki kamar tidur Prabu Aditya. Ia menatap abdi dalemnya dengan tatapan bertanya, membuat wanita-wanita itu hanya menggelengkan kepala mereka dengan raut wajah sama khawatirnya. Ketika pertama kali menapaki kamsr yang luas itu, Nyai Suratih langsung menemukan Prabu Aditya duduk dengan punggung bersandar di pinggir ranjang. Kepalanya menunduk lesu, seolah tertidur. Nyai Suratih buru-buru menghampiri Prabu Aditya, mengecek apakah ada kendi tuak di sekitar pria itu berada. Namun, ia tidak menemukan jejaknya. Ya, asumsi itu tentu bodoh, sebab Prabu Aditya sangat menghindari hal-hal seperti itu. Namun, pertanyaannya adalah mengapa pria itu seperti ini?

Suratih memegang lembut punggung telanjang Prabu Aditya, berusaha menyadarkan pria itu. Prabu Aditya membuka matanya perlahan, lalu menghela nafas kasar. "Akhirnya sudah pagi," gumam pria itu dengan nada seraknya.

"Anda baik-baik saja, Kangmas?" tanya Suratih, khawatir setengah mati. Ia memegang dahi Prabu Aditya dan mendapati pria itu demam. Namun, Prabu Aditya langsung berdiri dan berjalan ke arah bejana tembikar yang terletak di sudut ruangannya. Ia membasuh wajahnya kemudian mengeringkannya dengan kain yang disodorkan oleh abdi dalem.

"Anda sakit, Kangmas," gumam Suratih, khawatir setengah mati, sembari mengusap lembut punggung suaminya.

"Hm," gumam Aditya perlahan, kemudian berjalan lemah ke tengah ruangan, meraih pakaiannya.

Suratih paham pola ini. Aditya bukanlah pria yang mudah sakit, bahkan demam ringan sekali pun. Pria itu akan bersikap seperti ini hanya ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Terakhir kali, Prabu Aditya bersikap seperti ini adalah ketika pasukannya yang tergabung dengan pasukan Kesultanan Agung Mataram tidak berhasil merebut Batavia dari VOC. Saat itu, saking stresnya, Prabu Aditya sampai demam tinggi selama dua hari lamanya dan hebatnya pria itu menguatkan diri untuk tetap beraktivitas seperti biasa.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu Anda, Kangmas?" tanya Suratih membantu Prabu Aditya berpakaian.

Kirana, geram Aditya dengan seluruh kemarahan dalam dirinya.

Aditya mengira malam kemarin akan menjadi malam yang panjang antara dirinya dengan Kirana. Mereka bercumbu mesra dan saling merasakan di sendang, tetapi tiba-tiba saja wanita itu langsung menahan dada Aditya, memintanya menghentikannya. Lalu, Kirana menjauh dari Aditya, naik ke atas pinggir sendang, lalu memanggil abdi dalemnya. Kedua wanita itu muncul dengan membawa pakaian ganti Kirana. Gadis itu memakai pakaiannya dan melenggang begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.

Aditya mengira Kirana ingin berbagi kasih di kediaman gadis itu. Karena itu, ia juga ikut naik ke atas sendang, memakai pakaiannya dan mengikuti Kirana dari belakang, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Tak disangka, ketika sampai di depan kediaman Kirana, wanita itu hanya mengecup pipinya, mengucapkan selamat malam dan menutup pintu itu tepat di muka Aditya.

Sungguh demi apa pun, malam kemarin adalah malam yang paling menyakitkan bagi Aditya -bukan secara emosional tentunya, tetapi secara fisik. Ia sangat menginginkan Kirana. Saking besarnya keinginan itu, Aditya sampai tidak bisa membayangkan wanita lain selain Kirana. Hanya Kirana yang bisa mengurangi rasa sakit itu dan sialnya gadis itu memperdayanya dan menolaknya mentah-mentah. Setidaknya, dengan begini, Aditya menyadari kesabarannya lebih tinggi dari Gunung Arjuna.

Dan begitulah, bagaimana Aditya melewati malam dengan gusar dan semua abdi dalemnya menyadari hal itu. Kemauannya yang keras akan kehangatan Kirana, tetapi gagal didapatkannya, membuat Aditya frustrasi dan berakhir dengan demam di pagi hari. Ini adalah pertama kalinya ia demam karena seorang perempuan.

Hal itu tanpa sadar membuat Aditya tertawa konyol dan langsung disambut dengan tatapan bertanya dari Suratih. "Jika Kangmas memiliki beban pikiran, berbagilah pada Suratih untuk meringankannya," gumam Suratih lembut sembari memasangkan blangkon di kepala Aditya.

PUSAKA CANDRA✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora