24. KEMBALI

16.3K 3.2K 307
                                    

Kirana, pujaan hatiku, sudah saatnya kita kembali. Ikutlah bersama Kangmas, Kirana, kita tinggalkan kadipaten terkutuk ini. Sudah cukup ilham yang Kangmas dapatkan. Kini, waktunya bergerak dan mengambil keputusan. Karena itu, tetaplah di sisi Kangmas, Kirana, hingga kita berhasil merebut kembali apa yang menjadi milik kita. Saat itulah, Kangmas akan memenuhi janji Kangmas, Kirana. Menandai pusaka, Kangmas, memilikimu seutuhnya.

Datanglah tanpa membawa membawa apa pun, Kirana. Tinggalkan juga abdi dalemmu. Kangmas berjanji akan membawa mereka kembali kepadamu setelah semuanya membaik. Rahasiakan ini dari siapa pun. Temui Kangmas di tempat biasa kita bertemu. Semoga Sang Hyang Karsa selalu menyertaimu.

Ketika mendapatkan surat itu, senyuman lebar muncul di wajah Kirana. Saking bahagianya dirinya, ia sampai melompat-lompat dan berguling di lantai kamarnya, memancing tanda tanya dari Ni Manika dan Ranti. Kirana memeluk surat itu sangat erat, sembari menitikkan air matanya. Akhirnya, ia kembali ke keratonnya. Kirana akan bersatu dengan Bisma dan ia bersumpah tidak akan lagi menginjakkan kakinya di kadipaten ini. Namun, kemudian Kirana menatap dua abdi dalemnya yang tampak kebingungan, tetapi juga turut senang melihat Kirana. Matanya kembali berair, menyadari ia akan berpisah dengan mereka.

"Adalah hal yang sangat melegakan bisa melihat Anda sebahagia ini, Bendara Ayu," ucap Ni Manika dengan senyuman tulusnya.

Kirana merangkak ke arah abdi dalemnya, kemudian membawa kedua wanita itu masuk ke dalam pelukannya. Kirana memejamkan matanya merasakan kehangatan Ni Manika dan Ranti; dua wanita yang selalu berada di sisinya, bahkan ketika ia berada di posisi paling rendah sekali pun. Ranti balas memeluknya sama eratnya, seolah ia adalah saudara Kirana paling dekat. Di sisi lain, Ni Manika mengusap lembut punggungnya.

"Apa isi surat itu, Bendara Ayu?" tanya Ranti dengan nada ringannya yang ditanggapi dengan anggukan dari Ni Manika. Sejak lepas dari keraton Pasoeroean, Ni Manika jauh lebih santai dan tidak lagi memberikan wejangan-wejangan jika tidak diminta. Wanita itu juga tidak lagi menghukum Kirana dengan memukul betisnya - mengingat Nyai Suratih sudah lebih dari bersedia melakukannya.

Kirana tampak berpikir, lalu tersenyum tipis. "Sebuah tawaran akan apa yang saya idamkan selama ini," jawab Kirana sembari menundukkan kepalanya.

"Apakah... itu adalah sesuatu yang benar-benar Anda inginkan?" tanya Ni Manika perlahan-lahan.

"Iya," jawab Kirana singkat, padat dan jelas, sembari memaksakan senyum lembutnya. Kirana menyadari ia terlalu nyaman berada di keraton itu. Dan ia membenci fakta bahwa dirinya semakin terbiasa berada di dekat Prabu Aditya.

Tiga hari telah berlalu sejak Nyai Suratih menyeretnya dan memaksanya menonton hal tidak senonoh itu. Dari sana, Kirana menyadari ada sesuatu yang janggal dalam dirinya, sebab yang ia bayangkan saat itu adalah Prabu Aditya, orang yang paling ia benci. Perasaan bersalah itu begitu menggerogoti hatinya hingga membuatnya ingin memukul dirinya sendiri, karena sudah berlaku tak setia. Bisma adalah pujaan hatinya. Hanya pria itu yang ada di hatinya, tidak ada yang lain.

"Manusia bagaikan aliran segara Bendara Ayu. Terus mengalir, tidak pernah tetap di tempatnya. Hati yang berubah adalah hal yang wajar," jelas Ni Manika lagi, menyadari kegelisahan Kirana. "Jangan khianati galih Anda, Bendara Ayu. Dia satu-satunya yang mengerti apa yang Anda inginkan sebenarnya."

"Saya baik-baik saja, Ni," gumam Kirana, berusaha menenangkan Ni Manika, padahal kata-kata wanita itu cukup membuatnya berpikir keras.

"Penyesalan selalu datang di akhir, Bendara Ayu," gumam Ni Manika lagi. Kata-kata itu berhasil menggentayangi Kirana bahkan hingga ke bunga tidurnya.

***

Kirana menghela nafas berat. Tidurnya semalam sangatlah tidak menyenangkan. Setiap kali Kirana memejamkan matanya, kata-kata Ni Manika-lah yang terngiang-ngiang, meskipun ia terus berusaha mengusirnya. Kirana harus menguatkan dirinya, melupakan semua yang terjadi di keraton ini seolah-olah apa yang ia alami hanyalah mimpi buruk belaka.

PUSAKA CANDRA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang