1. PENCURI

27.4K 4.2K 217
                                    

Terkadang, Kirana merenungkan hidupnya. Ia tidak mungkin bukan selamanya menjadi seorang pencuri di pasar yang kumuh ini - meskipun memang ada banyak hal yang ia pelajari dari menjadi pencuri. Ia juga tidak mungkin selamanya bekerja serabutan sebagai pengantar bahan segar ke keratonan Pasoeroean. Meskipun memang, bekerja serabutan seperti ini membawa keuntungan padanya yaitu ia bisa mencuri barang-barang berharga yang ada di keraton, kemudian dijualnya kembali.

Kirana tahu bahwa hidupnya terlalu pendek untuk hal-hal membosankan seperti ini. Setiap malam, Kirana selalu mendengar bisikan gejolak ombak di dekat gubuknya yang memberitahunya bahwa ia tidak ditakdirkan di sini. Ia tidak ditakdirkan untuk menjadi pencuri di desa nelayan yang kecil itu. Ia ditakdirkan menjadi sesuatu yang besar. Sesuatu yang mungkin setara dengan saudagar kapal yang merapat di desanya. Bisikan itu mungkin terkesan seperti halusinasi belaka, tetapi setidaknya Kirana meyakini satu hal bahwa hidupnya terlalu pendek untuk sekadar hidup di kota nelayan yang sempit itu dan menjadi seorang pencuri seumur hidupnya.

Kirana ingin bebas. Berlayar mengarungi lautan, berpijak pada dataran baru, menghirup wangi baru yang jauh dari wangi amis. Saudagar asing yang datang le desanya terus mengingatkan Kirana bahwa ada dataran lain selain yang ia pijaki nun jauh di sana. Kontur wajah para saudagar asing itu memberi gambaran tak langsung pada Kirana mengenai dataran lain yang ia impi-impikan itu. Mungkinkah akan lebih indah dari desa nelayannya atau sebaliknya?

Kira-kira berapa lama ia perlu menabung untuk membeli sebuah kapal? Tidak... tidak... kapal akan terlalu mahal. Bagaimana dengan kuda? Kuda akan lebih murah. Lagipula menjelajahi dunia baru tak harus mengarungi lautan bukan?

Fokusnya terpecah ketika hidungnya mencium wangi yang tak biasa. Wanginya tak seperti wangi yang ia temui di desanya. Wangi itu seperti campuran wangi kayu cendana dan wangi rempah, memberikan kesan maskulin yang kuat. Kirana sontak mendongak dan mengikuti sumber wangi yang ia yakini berasal dari mereka yang memiliki harta berlimpah.

Matanya menemukan dua orang pria dalam balutan ageman kusut dan jarik yang biasa. Penampilan kedua pria itu biasa saja, bahkan terkesan seperti warga desa di situ, kecuali tubuh tinggi dan tangguhnya yang sedikit mengintimidasi. Kirana tersenyum miring. Mata mungkin bisa ditipu tetapi hidung tidak. Kedua pria itu jelas menyamar sebagai rakyat disitu, tetapi mereka lupa bahwa wangi 'harta' mereka masih melekat. Hal itu mungkin bisa membohongi warga lain di situ, tetapi tidak dengan Kirana.

Kirana bangkit dari duduknya, kemudian mengikuti dan mengamati dua pria itu dari kejauhan. Matanya terus menyelidiki di mana letak kantong kecil itu. Kantong pundi harta yang bisa ia curi. Matanya menemukan kantong itu terselip tepat di samping keris panjang yang diikat di pinggang. Kirana memantapkan hatinya, menunggu momen yang tepat. Kedua pria itu berhenti di perempatan, kemudian berpisah. Kirana memutuskan mengikuti pria yang membawa pundi harta tersebut.

Nyatanya pria itu salah mengambil langkah, sebab ia berbelok ke arah jalanan yang lebih sepi, sebab berbatasan langsung dengan hutan yang mengantar mereka langsung ke arah pantai. Kirana mempercepat langkahnya mengikuti pria itu. Ia dengan sengaja berlari, lalu menabrakkan tubuhnya pada pria tersebut. Momen itu digunakannya untuk menarik kantong pundi tersebut dengan gerakan cepat. Kirana meminta maaf dengan segera dan melangkahkan kakinya seolah berpura-pura sedang dikejar sesuatu. Namun, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditahan dan tubuhnya ditarik begitu saja. Genggaman pria itu terasa hangat dan juga kuat membuat Kirana yakin sekali tidak membutuhkan usaha besar bagi pria itu untuk mematahkan pergelangan tangannya.

Kirana dengan segera merapikan kain yang menutupi kepalanya agar wajahnya tidak terlihat. "Maaf, Bendara, tetapi saya sudah bersuami," ucap Kirana, seolah-olah pria di depannya ingin memperistrinya.

Pria itu diam, tetapi Kirana bisa merasakan pria itu tersenyum tak percaya mendengar perkataannya. Kirana menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak ingin memperlihatkan wajahnya.

PUSAKA CANDRA✔️Where stories live. Discover now