24. menghabiskan waktu

Start from the beginning
                                    

Haifa duduk disana sembari menunggu suaminya. Saat lelaki itu datang Haifa menggeser tubuhnya, membiarkan pria itu untuk duduk disampingnya "mas sering datang kesini?"

"Dulu iya, waktu masih jadi duda. Kalau mas malas masak mas datang kesini. Makananya enak, pelayanannya ramah, dan yang paling penting murah, Mas yakin kamu pasti suka." Kevin terkekeh diujung kalimatnya.

"Kenapa tidak di restoran mahal saja mas? Uang kamu kan nggak akan habis walau makan ditempat mahal sekalipun?" Haifa menatap suaminya yang terlihat sedikit berfikir

"Yang mahal belum tentu yang terbaik, lagi pula mas lebih suka makanan dari negara kita dari pada makanan western yang ditawarkan resto-resto mahal diluaran sana"

Haifa mengangguk, mengerti maksud dari suaminya. Lelaki itu memang sederhana, dan Haifa suka sifatnya yang seperti itu "Mas, besok Haifa pergi ke pasar beli sayuran ya?"

"Jam berapa? Mas ada kerjaan penting besok?"

"Haifa sendiri saja mas, tidak apa-apa, lagi pula pasarnya dekat"

"Ya sudah, hati-hati di jalan. Besok kalau bisa mas coba luangkan waktu ya?"

Haifa tersenyum, lelaki didepannya ini mengapa selalu bisa membuatnya merasakan perasaan seperti ini? Perasaan disayangi, dan dikhawatirkan seperti ini. Dia yang tak mendapatkan semua ini dari orang tuanya membuat Haifa merasa terharu, pasalnya lelaki itu terkesan sangat mencintainya, meski Haifa tak tahu bagaimana perasaan lelaki sebenarnya. Atau mungkin dia yang terlalu kepedean, Haifa sendiri tak tahu.

Tak seberapa lama makanan mereka datang, suaminya memesan ayam goreng dan juga ayam bakar untuk mereka berdua, baru melihatnya dan mencium aromanya saja sudah membuat isi perutnya berbunyi, tak salah jika suaminya membawa dia ketempat ini.

"Bagaimana? Enak?" Kevin bertanya setelah melihat sang istri yang tersenyum setelah memasukan makanan itu kedalam mulutnya.

"Enak banget mas, nggak salah kamu bawa Haifa kesini" Haifa menjawab dengan matanya yang berbinar, masih merasa kagum dengan rasa makanan dimulutnya "kapan-kapan kita kesini lagi ya mas?"

Kevin mengangguk, senang melihat istrinya yang terlihat puas dengan makanannya dan memiliki selera makan yang sama sepertinya.

Selesai makan mereka berdua tak langsung pulang, Kevin membawa istrinya mengelilingi jakarta dimalam hari, meski tempatnya tinggal masih dipinggiran jakarta. Setelah diingat-ingat mereka berdua belum pernah pergi berdua selama menjadi suami istri, Kevin tak ingin istrinya merasa bosan jika terus-terusan berada dirumah, lain kali Kevin akan membawanya jalan-jalan keluar kota, tapi nanti saat dia tak sedang banyak kerjaan seperti sekarang.

Saat merasa istrinya yang masih terlihat canggung Kevin menarik tangan wanita itu agar mau memeluk pingangnya, lagi pula mereka suami istri, tak ada yang salah dengan hal ini. Tapi apalah daya, dia mempunyai istri yang sangat pemalu, wanita itu tak akan mau melakukan hal ini ditempat umum. Setelah merasa puas, Kevin mampir terlebih dahulu ke sebuah mini market sesuai keinginan istrinya. Membeli sabun, pasta gigi beberapa camilan dan juga minuman untuk stok mereka dirumah. Kevin melirik istrinya saat melihat wanita itu memasukan dua bungkus pembalut kedalam keranjang mereka, dia hanya menatapnya tanpa berani bertanya. Apa usahanya kali ini juga belum berhasil?

Setelah selesai membayar belanjaan mereka, Kevin membawa istrinya pulang. Tak banyak pembicaraan mereka selama perjalanan. Pikirannya menerawang entah kemana. Ingin bertanya, tapi Kevin takut akan menyinggung perasaan wanita itu.

Sesampainya di rumah Haifa masuk terlebih dahulu, meletakan barang belanjaan mereka ketempatnya masing-masing. Melihat suaminya yang langsung menuju lantai atas Haifa membuntutinya, Haifa tahu lelaki itu pasti merasa kecewa karena dia masih belum positive hamil.

Tapi, bukankah pernikahan mereka masih terbilang baru? Mengapa lelaki itu ingin sekali dia cepat-cepat hamil?

Saat masuk kedalam kamar mereka Haifa melihat suaminya yang terduduk diatas sofa seraya memainkan ponselnya. Dia mendekat, lalu duduk di samping pria itu "mas"

Kevin hanya bergumam menjawab panggilannya tanpa mengalihkan fokusnya dari layar ponsel ditangannya.

"Haifa minta maaf ya kalau kamu kecewa, tapi apa daya Haifa kalau Haifa belum hamil juga?"

Mendengar istrinya berbicara seperti itu Kevin meletakan ponselnya, menatap sang istri yang menatap kearahnya dengan pandangan yang kevin sendiri tak tahu apa artinya. "Maaf kalau kamu terasa, mas tidak apa-apa, mungkin memang Allah yang belum kasih rezeki untuk kita."

Haifa tersenyum tanpa mengatakan apapun, dia lalu berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi meninggalkan suaminya dengan perasaan yang tak tahu entah seperti apa.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you..

Baja NagaraWhere stories live. Discover now