Backsoundnya Tertawan Hati, atau Sisa Rasa. 😀
Happy reading!
Nara tak pernah tahu apa maksud dunia. Mengapa selalu ada pertemuan jika harus berakhir dengan perpisahan? Jika bisa, Nara ingin mengatakan pada semesta, bahwa lebih baik tak pernah bertemu Biyu saja. Daripada harus menjatuhkan hati sedalam ini, tetapi harus dipaksa selesai.
Nara tak munafik untuk mengakui bahwa masih ada sisa rasa dalam hati. Mungkin bukan sisa, karena sedikitpun tak ada yang pergi. Masih utuh, hanya saja-Nara tak bisa.
Saat dunianya runtuh, kala kenyataan Indra yang memiliki istri lain dan setelah kematian Maminya, Nara merasa Biyu adalah penyelamatnya. Dia yang menyembuhkan hatinya. Namun, siapa yang tahu, bahwa Biyu adalah awal di mana lukanya dimulai.
Suara detik jarum jam yang ada di ruangan serba putih itu, seolah menjadi saksi bagaimana sakitnya hati Nara. Dia kehilangan Biyu, tapi sejatinya, dialah yang memintanya pergi. Dua puluh empat jam sudah, dia bukan lagi menjadi kekasih Biyu. Dan dua puluh empat jam sudah, Nara menghabiskan waktu dengan berteman sesak dalam hati.
Di ruangan itu, Nara hanya sendirian, menggenggam tangan Rayan yang tak tertancap infus. Adiknya itu, masih saja enggan untuk membuka mata pasca operasi. Dia masih terlelap dengan nasal canulla yang bertengger di hidungnya. Sesekali, Nara mengusap rambut hitam legam Rayan, guna melampiaskan rasa sayang.
YOU ARE READING
Smeraldo [End]
UngdomsfiksjonKetika bertemu bagai musuh, namun rindu saat menjauh. Kala semesta membuat mereka saling merengkuh, ternyata kenyataan membuat mereka menjauh. Mereka ditakdirkan untuk membenci. Perasaan mereka ditakdirkan layaknya bunga Smeraldo. Ada, namun hanya f...