Chapter 3. Hari Ulang Tahun Biyu

79 13 3
                                    

Pagi itu kota Surabaya sedang cerah-cerahnya. Sinar matahari beradu dengan padatnya jalanan kota pahlawan itu. Satu per satu manusia mulai beraktifitas. Ada yang pergi ke kantor dan ada pula yang pergi ke sekolah.

Tapi tidak untuk Biyu. Cowok itu masih asyik bergulung dengan selimutnya. Dia masih enggan untuk bangun, meski panasnya matahari telah mengusik ruangan kamarnya. Tentu saja, Biyu lebih memilih berada di dunia mimpi, karena baru pukul 4 pagi tadi dirinya tertidur, sementara sekarang ini sudah jam setengah tujuh pagi. Yang artinya, Biyu hanya tidur selama dua jam setengah.

Setelah berhasil kabur diam-diam dari rumahnya semalam, Biyu juga berhasil menyelinap masuk ke dalam rumah tanpa ketahuan Karin. Dan untuk itu, Biyu bangga pada bakatnya yang hobi menyelinap itu. Dan untuk merayakannya, Biyu menikmati hari ini dengan tiduran, toh dia sudah dikeluarkan dari sekolah.

Salahkan Biyu yang merasa hidupnya hari ini tenang, nyatanya tidak. Masih ada Karin yang kini ada di ambang pintu, bersedekap sembari menggeleng-gelengkan kepala karena melihat anak semata wayangnya yang masih asyik bergulung dengan selimut.

"Biyu! Jam berapa ini?!" seru Karin sembari berjalan mendekat ke arah putranya itu.

Terlihat Biyu tak terusik dalam tidurnya, justru suara dengkuran lah yang Karin dengar. Dan itu membuat Karin geram. Dia menyibakkan selimut yang di pakai Biyu. "Biyu! Bangun! Sudah siang, kamu gak sekolah?!"

Berhasil, Biyu sedikit bergerak sembari merenggangkan tubuhnya, dia membuka mata kanannya namun mata kirinya masih terpejam guna melirik sang Bunda.

"Bunda ngapain disini? Bunda gak bisa tidur ya? Atau rindu ngelonin Biyu?" Biyu bergeser dan menepuk kasur nya. "Sini Bun, tidur disini!"

Tuk...

Sontak Karin menyentil dahi Biyu, yang membuat anak itu mengaduh. "Aduh sakit, Bunda!"

"Lihat, sekarang udah pagi, Biyu. Kamu pikir jam berapa? Buruan bangun, nanti telat pergi sekolahnya!" seru Karin.

"Gak usah ke sekolah, Bun. Kan Biyu udah di keluarin dari sekolah," ucap Biyu tanpa sadar. Anak itu justru memiringkan badannya membelakangi Karin.

"Apa?! Di keluarin?!"

Sontak Biyu membuka matanya lebar. Mata yang semula masih tertutup sebelah, kini terbuka sepenuhnya. Biyu menepuk jidatnya dan berkata, "Mampus gue!"

Sontak Biyu mendudukkan dirinya. Dia mengutuki mulutnya yang sepertinya titisan belut itu. Licin sekali dalam mengucapkan hal yang semestinya tak Karin tahu. Kini tak ada yang bisa Biyu lakukan selain tersenyum sok manis di depan Karin.

"Biyu! Bikin ulah apa lagi kamu sampai dikeluarin?!" seru Karin dengan tangan yang sudah berada di pinggang. Mata wanita itu sudah berkilat-kilat memancarkan amarah.

Biyu menelan ludahnya kasar. Jika begini, Biyu yang terkenal garang berubah menjadi ciut nyalinya. Biyu itu sosok paling di takuti dalam dunia geng motor, namun tak ada yang tahu bahwa masih ada sosok yang ditakuti oleh Biyu, yaitu Karin.

Biyu memegang tangan Karin dan menariknya. "Bunda, sini duduk dulu, Bun. Kita ngobrol baik-baik , itu taringnya jangan di keluarin dulu, belum malam soalnya."

"Biyu!" teriak Karin.

"Ah, Bunda! Jangan berubah jadi nenek sihir dulu Bunda! Bunda sakit argh...."

Ucapan Biyu terpotong karena Karin yang menjewer telinga Biyu dan memelintirnya hingga merah. "Kasih tahu Bunda, kamu bikin ulah apa lagi, hah?"

"Ampun Bunda, lepasin dulu tangan Bunda dari kuping Biyu, sakit Bun, nanti kalau anak Bunda paling tampan sedunia ini berubah jadi gajah gimana Argh..." Karin semakin memelintir telinga Biyu, karena sepertinya Biyu banyak bicara tanpa menjawab pertanyaan darinya. "Iya-iya, Biyu membolos waktu ujian Bun!"

Smeraldo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang