Chapter 31. I Love You My Little Brother

73 14 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Sedari dulu, Rayan suka berlari. Apapun kegundahan hatinya lari adalah pilihan terbaik. Rayan senang berlari, karena dengan begitu dia bisa mengeluarkan segala beban dalam hatinya. Dengan berlari, Rayan bisa bernafas dengan baik. Segala sesak yang hinggap di hatinya serasa ikut keluar seiring lelahnya. Untuk itu, dia memutuskan berlari sesaat dia berhasil mengelabuhi Biyu. Dia bersyukur mempunyai wajah yang polos dan bisa menipu Biyu dengan mudahnya.

Meski mulutnya berucap akan tetap ada di sisi Nara, tapi sejatinya hatinya tak pernah siap. Meski dia bersikap seolah baik-baik saja saat Nara mengucapkan kalimat yang menyakitinya, nyatanya Rayan tetaplah manusia biasa. Dia punya rasa sakit. Dia bukan robot yang mati rasa. Sejak awal dia menahan semuanya dari Indra yang memperkenalkan diri sebagai Papinya, yang sebenarnya Rayan tak pernah baik-baik saja.

Tak munafik dia ingin hidup dengan orang tuanya. Tapi saat tahu, bahwa dia anak yang tak di harapkan, membuatnya menyadari bahwa sesungguhnya hidup di panti lebih baik. Dari pada saat tahu, ternyata dia adalah anak dari hasil hubungan gelap. Apalagi, dia hadir sebagai sosok yang menyakiti Nara.

Rayan juga rindu dengan Maminya. Sejak kecil dia tak tahu dan tak pernah tahu bagaimana wajah Maminya. Hanya selembar foto yang di berikan Indra tempo lalu, membuatnya mengerti bahwa garis wajahnya menurun dari Maminya. Meski Rayan tahu, Sintia mungkin tak ingin mengurusnya dulu dan memilih pekerjaan gelapnya. Tapi Rayan menyayanginya selalu. Sintia selalu ada di doa-doa Rayan sejak kecil. Meski Rayan tak tahu siapa nama asli dari Maminya. Untuk itu, saat Nara mengatai Sintia, hati Rayan benar-benar sakit.

Untuk itu, saat ini Rayan memutuskan untuk pulang ke panti asuhan. Awalnya, dia hanya ingin berjalan kaki sendiri mengelilingi kota, hingga netranya melihat bus jurusan Malang, membuatnya berinisiatif untuk pulang ke panti. Dan inilah sekarang, Rayan sedang duduk di meja makan dengan mendapat tatapan menyelidik dari sang Bunda, pengasuhnya di panti.

"Jawab yang jujur, Rayan. Kenapa kamu kesini? Masih pakek seragam lagi. Kamu bikin ulah lagi ya?" tanya pengasuh tersebut yang bernama Nadia.

Rayan yang memang sedang asyik mengunyah makanan hanya menatap Nadia sekilas lalu menjawab, "Rayan kan udah bilang, kalau Rayan kangen sama Bunda. Makanya Rayan kesini."

Smeraldo [End]Where stories live. Discover now