EPILOG

92 11 4
                                    

Dua tahun kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua tahun kemudian ....

Senja mulai terukir, semburat jingga tampak mulai muncul di penghujung barat. Awan abu-abu, tampak mulai berarak untuk menghadang cahaya senja. Semilir angin menjatuhkan dedaunan kering, menjadi pelengkap gambaran senja.

Kaki jenjang dengan flat shoes yang menghias itu berdiri menatap bangunan sekolah yang terlihat lengang di bawah semburat jingga. Angin yang menerpa rambut panjangnya membuatnya meringis kedinginan. Karenanya, ia memasukkan tangannya ke dalam saku jas almamater kampus yang ia pakai.

"Apa kabar Biyu? Apa kamu masih menjadi pembawa cerita Smeraldo yang menarik?" gumamnya.

Gadis itu, Nara. Ia berdiri menatap bekas sekolahnya. Baru beberapa bulan menjadi mahasiswi kedokteran, membuatnya rindu dengan bekas sekolahnya itu. Ia pikir menjadi mahasiswi akan membuatnya dengan mudah lupa dengan sekolahnya, nyatanya segala kenangan itu masih tertinggal di Victoria.

Dua tahun sudah Biyu memutuskan pergi. Dan selama itu, Nara mati-matian berjuang mengobati hati. Selama dua tahun ini pula, Nara menutup diri. Kepergian Biyu menyisakan trauma. Karenanya, dia enggan untuk menaruh nyaman dengan membuka hati untuk seseorang lagi. Dia enggan terlalu nyaman lalu ditinggalkan.

Dalam bayang-bayang senja itu ia melihat sosok berpakaian seragam basket. Sekelebat bayangan hadir, di mana senja, lapangan basket, dan sosok berseragam basket pernah menjadi awal kisahnya menjatuhkan hati. Sayangnya sosok yang berdiri di ambang gerbang itu bukanlah Biyu. Melainkan Rayan. Adiknya yang baru selesai latihan basket.

Dengan wajah lesu, pemuda bergigi kelinci itu berjalan mendekat padanya. "Kakak udah lama nunggu?"

Nara menggelengkan kepala. "Baru aja."

Jika Nara kini telah menjadi mahasiswi, maka Rayan kini masih menjadi anak SMA. Bedanya, ia kini sudah duduk di bangku kelas dua belas. Di mana ia harus disibukkan dengan ujian-ujian dan tugas-tugas untuk kelulusan.

"Cewek gue mana?" tanya Rayan.

Nara memutar bola matanya malas dan menjawab, "Tuh, di mobil sama Arka."

Rayan tersenyum sumringah lalu mencium pipi Nara sekilas sebelum akhirnya membuka pintu belakang dan mendudukkan dirinya di sana. Sementara Nara hanya menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya.

Banyak hal yang berubah. Rayan yang dulu enggan mengakui perasaannya-- beberapa bulan yang lalu--ia yang merupakan anak SMA--memberanikan diri mengutarakan cintanya pada Keyra yang kini resmi menjadi mahasiswi kedokteran, sama seperti Nara.

Nara kembali mendongak, menatap SMA Victoria dalam bayang-bayang senja. Hatinya sangat sesak. Ia rindu pada sosok yang membuatnya menciptakan banyak kenangan di sini. Rasanya, Nara ingin memutar waktu. Ia ingin kembali pada dua tahun lalu di mana ia masih bisa menyentuh Biyu. Sayangnya, semua itu hanya sekedar 'andai saja. Biyu tak lagi terlihat. Bahkan pemuda itu seperti menghilang begitu saja. Nomor dan sosmednya tak lagi aktif.

Smeraldo [End]Where stories live. Discover now