Chapter 11. Hari Buruk Nara

61 16 0
                                    

Nara tengah mematut dirinya di depan cermin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nara tengah mematut dirinya di depan cermin. Memakai seragam putih abu-abu dan juga cardigan berwarna magenta. Menyisir rambut nya yang panjang menjuntai dan enggan dia potong itu menjadi Serapi mungkin. Persetan dengan Biyu yang mengatakan bahwa dia mirip dengan kuntilanak, Nara enggan menguncir rambutnya.

Bicara soal Biyu, Nara sempat kesal dengan cowok itu. Kemarin sepulang sekolah dia sempat kembali menendang selangkangan cowok itu. Bagaimana tidak dengan seenak jidat memeluk dirinya yang tengah kesal juga dengan Leon.

"Kemarin lo gak jadi bunuh diri waktu gue peluk, sekarang lo gue peluk, tapi jangan bunuh diri ya!"

Oh, ucapan Biyu sangat menjengkelkan bagi Nara. Nara ingat sesaat setelah Biyu mengatakan itu. Dia mendorong Biyu hingga cowok itu mundur beberapa langkah. Lalu setelahnya dia menendang selangkangannya.

"Dasar cowok mesum! Ambil kesempatan dalam kesempitan banget sih. Lo sama aja bajingan kayak Leon!"

Nara sangat ingat wajah kesakitan dan memerah milik Biyu. Sejenak, Nara menjadi merasa bersalah. Saat dia berlari meninggalkannya, Biyu kesakitan sangat dengan Rayan yang menolongnya. Entah, mengapa dia baru saja menyadari sekarang, bahwa mungkin saja Biyu memang tulus menghiburnya.

"Tuh selangkangan Biyu aman gak yah? Kok gue jadi merasa bersalah," gumam Nara pada bayangannya sendiri di cermin sembari meletakkan sisir nya.

"Alah cowok rese, ngapain coba, tiba-tiba peluk gue kayak gitu?" gumamnya lagi sembari mengambil parfum nya.

Sejenak Nara terdiam, saat parfum itu hendak dia semprotkan pada tubuhnya. Dia ingat, parfum itu adalah aroma kesukaan Leon. Mendadak, hatinya berdesir ngilu. Kilasan-kilasan canda tawa Leon saat bersamanya mengusik otaknya.

Brak...

"Leon brengsek!" serunya sembari membuang parfum itu pada tempat sampah kamarnya. Rasanya percuma dandan seperti apapun itu tak akan merubah Leon menyukainya. Iya, Nara harus punya harga diri. Setidaknya dia harus menunjukkan pada Leon bahwa dia sanggup untuk berhenti mencintainya. Meski sejatinya itu sulit --- mungkin.

Sejenak, Nara menelisik penampilannya sendiri. Kenapa semua orang tak menyukainya layaknya mereka menyukai Keyra? Dia tahu dia banyak berbeda dengan Keyra. Keyra selalu imut dengan poni nya, sementara dia terlihat tegas dan dewasa dengan tanpa poni. Nara juga feminim, tapi tidak se-feminim Keyra. Nara memang pintar, tapi tak se-pintar Keyra. Apa harus Nara menjadi Keyra agar semua orang memandangnya?

"Memangnya gue gak secantik itu ya?" Mata Nara berkaca-kaca. Berulang kali hadirnya tak di hargai ketika bersama Keyra. Bukan hanya dengan temannya, tapi dengan Leon juga. "Yang good looking memang selalu di hargai. Apa harus gue menjadi Keyra? Apa mungkin kalau gue menjadi seperti dia, Kak Leon bakal suka sama gue?"

"Gue pikir Si Leon itu yang jadinya gak pantas sama Kakak!" Nara tersentak saat suara di ambang pintu terdengar. Oh, hancur sudah mood Nara saat melihat Rayan bersedekap di ambang pintu kamarnya.

Smeraldo [End]Where stories live. Discover now