Chapter 24. I Hope You Okay, Nara.

56 11 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sebenarnya ini satu chapter, karena kepanjangan aku jadiin dua dengan chapter yang berbeda😊 Maaf tadi kepencet lagi 🙏


~ Gue harap, lo baik-baik aja, Ra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~ Gue harap, lo baik-baik aja, Ra. ~




Malam semakin larut, hujan hanya menyisakan gerimis. Membuat dingin masih merajai malam ini. Waktu menunjukkan pukul tengah sebelas malam. Dan Biyu, baru saja memulangkan Nara. Di pelataran rumah milik Nara yang begitu luas, Biyu memarkirkan motornya tepat di depan teras rumah Nara. Menurunkan standar motornya dan membiarkan Nara turun dari motornya.

Keduanya nampak berpakaian basah kuyup, karena bermain hujan saat berada di Kankab. Biyu tertegun melihat Indra yang keluar dari dalam rumah dengan tatapan dingin. Mendadak rasa bersalah membuncah dalam dirinya karena membawa Nara pergi sampai larut malam.

"Dari mana kamu?" tanya Indra dengan nada lirih pada Nara.

"Tadi..."

Plak...

Biyu membelalakkan mata saat Indra menampar Nara dengan sangat keras. Bahkan Nara sampai terhuyung, untung saja Biyu memeganginya. Jika tidak, mungkin Nara akan tersungkur. Sementara Nara memegangi pipinya dengan mata yang sudah berair. Nafasnya memburu hebat dan bibirnya bergetar karena menahan tangisnya. Ini pertama kalinya, Indra memukulnya. Bahkan dia memukul tanpa bertanya tentang keadaannya yang basah kuyup.

Biyu yang mengerti suasana terlihat tegang, kini mulai angkat bicara. Dia mengira, mungkin saja Indra marah karena Nara yang pulang malam. "Ah, Om. Maafkan saya membawa Nara sampai larut malam. Tadi kami dari Kankab. Jangan marahi Nara, Om. Saya yang salah."

Indra menatap Biyu dengan tatapan datarnya. "Nggak apa-apa Biyu, makasih udah bawa Nara pulang. Lain kali, kalau saya tidak di rumah kalian main di rumah aja lebih nggak apa-apa. Kalau begini, Rayan di rumah sendiri."

Nara sontak mendongak menatap Indra dengan tajam. "Papi tampar Nara karena Rayan?"

"Iya! Di hari pertama Papi pergi, kamu suruh Rayan masuk ke gudang kan? Dia terkunci di gudang dan masuk rumah sakit. Tapi kamu nggak ngabarin Papi, Nara! Lalu kemarin di sekolah, Rayan juga mendapat bully an kan dari Kakak kelas? Kenapa kamu juga nggak kasih tahu Papi?! Sebenci itukah kamu sama Rayan? Sampai-sampai kamu kayak gini ke dia?!" seru Indra dengan nafas memburu dan mata berkilat-kilat.

Smeraldo [End]Where stories live. Discover now