Chapter 6. Sekolah

61 14 0
                                    

Jika Spongebob berkata is the best day ever, maka Nara akan berkata is the bad day ever. Ini sudah hari Senin lagi, hari yang paling di hindari oleh para kaum pecinta rebahan. Sudah dua hari sejak Nara bertemu Biyu dengan ponsel mereka yang tertukar. Nara tak tahu kabar tentang Leon sama sekali. Bahkan dia juga yakin bahwa Indra sudah menghubunginya. Entahlah, mungkin dia akan dibunuh oleh Papinya itu saat tahu jika yang mengangkat ponselnya si cowok berandal itu.

Sungguh, bicara soal Indra, Papinya itu ingkar janji, dia berkata akan pulang dihari Minggu dengan membawa oleh-oleh, namun ternyata Indra tak pulang sampai hari ini. Sungguh, dua hari ini, Nara merasa menjadi sosok yang diasingkan, karena tak tahu kabar siapapun dan tak ada yang memberi kabar padanya, bahkan Nara juga tak bermain sosmed sekalipun. Keyra yang biasanya datang di hari Minggu, kemarin juga tak datang ke rumahnya.

Dan weekend Nara sangat buruk. Dia hanya di rumah sendirian dengan hanya menonton drama di televisinya dengan memegang ponsel yang bukan miliknya. Dia berharap bahwa Biyu berinisiatif menelepon dan mengajaknya bertukar ponsel. Sayangnya hingga hari ini cowok itu tak menghubunginya.

Alhasil pagi ini, Nara pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Nara itu tak bisa naik motor, jadilah meski di rumah ada motor dia tak berminat sekalipun untuk menaikinya. Jarak rumah dan sekolahnya memang tak begitu jauh, namun tetap saja berjalan menuju sekolah akan memakan waktu setengah jam dan lebih parahnya akan menguras tenaga yang pasti akan membuat Nara berkeringat di pagi hari.

"Argh! Gue capek!" seru Nara mengacak rambutnya frustasi saat dirinya merasa lelah. Dia membungkuk sembari memegang lututnya.

"Kenapa gue sial banget sih?! Dua hari gue gak bisa pesan ojek online!" serunya lagi dengan menatap ponsel yang di pegang nya, lebih tepatnya ponsel Biyu yang mungkin tak bisa untuk dia apa-apakan. "Argh! Hape sialan!"

Nara ingin melemparkan ponsel itu ke sungai yang ada di bawahnya, sayangnya dia ingat bahwa itu bukan ponselnya. Alhasil dia hanya bisa mengacak rambutnya frustasi.

"Gara-gara cowok mesum itu! Sejak ketemu dia gue jadi sial terus! Udah kamera gue hilang, Papi gak pulang dari kemarin! Keyra juga, kenapa dia gak datang ke rumah gue? Kalau dia ke rumah kan gue bisa nebeng! Arghh!" Nara mengacak rambutnya frustasi dan memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di trotoar.

Malam itu, Nara memutuskan berjalan ke arah Alun-alun untuk mencari kamera miliknya, sayangnya kamera itu sudah hilang. Jelas, siapa yang tak tergiur dengan kamera mahal miliknya? Sungguh malam setelah dia bertemu Biyu, Nara menangis sejadi-jadinya di rumah sendirian tanpa ada yang menemaninya. Acara bertemu Leon gagal dan kameranya hilang, ditambah sepatu yang terbawa oleh Biyu, juga ponselnya yang tertukar. Dan hari ini dia harus berjalan kaki dari rumah menuju sekolah, lengkap sudah penderitaan Nara.

Nara membuka layar ponsel Biyu, menatap wallpaper dengan foto Biyu yang berada di atas motor hitam yang Nara tahu motor cowok itu sendiri dengan memakai jaket kulit hitam dan headband berwarna merah dengan menatap arah lain.

"Nih hape perasaan dari kemarin kagak ada suara notifikasi apapun, chat kek, telepon kek, nih antara tuh cowok jomblo atau nih hape kagak ada paket datanya kali!" gumam Nara sembari menatap ponsel yang ada di genggamannya.

Nara menatap lamat-lamat foto wallpaper itu dan mengernyit. "Perasaan gue familiar banget ya sama muka nih cowok, tapi gue pernah lihat dimana?"

Nara masih menikmati acara mengingatnya dengan bersandar pada bangku tersebut. Menatap matahari yang semakin meninggi dan menatap daun yang jatuh ke tangannya. Dengan segera dia menyentil daun itu dan menggerutu kesal. Tanpa sengaja dia membalikkan ponsel itu dan dia menatap sebuah stiker yang ada di balik ponsel itu.

Smeraldo [End]Where stories live. Discover now