Chapter 10. Please Don't Die

69 15 7
                                    

Sekolah di siang hari saat perut keroncongan tenggorokan yang kehausan adalah hal yang paling memuakkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekolah di siang hari saat perut keroncongan tenggorokan yang kehausan adalah hal yang paling memuakkan. Di tambah penjelasan guru di depan yang mungkin hanya lewat bagai angin belaka tanpa pernah bisa di cerna dengan baik. Ya itu lah gambaran Biyu siang hari ini.

Dia baru saja di ghosting oleh Nara. Cewek itu berkata akan mentraktirnya, namun rupanya Biyu hanya dijadikan tameng atas perdebatannya dengan Leon.

Biasanya dalam keadaan seperti ini, solusi terbaik bagi Biyu adalah membolos. Namun, entah mengapa di sekolah ini seperti ada manis-manisnya bagi Biyu. Entah manis dari mana, yang pasti Biyu kini malas jika harus membolos.

Maka yang dilakukan Biyu saat ini hanyalah menatap rambut panjang Nara yang tergerai dan sebagian ada yang mengenai mejanya. Entah mengapa Biyu sangat gemas sekali dengan rambut Nara yang seperti kuntilanak itu.

Bicara soal Nara, Biyu teringat dengan pembicaraan Nara dengan Leon sesaat sebelum bel masuk berbunyi. Iya, dia sangat ingat Nara menghindari Leon. Mendadak Biyu meringis ngeri, dia merasakan bagaimana posisi Nara. Menyukai seorang cowok, tapi cowok itu malah suka sama sahabatnya sendiri.

Percayalah, suara Pak Nizam yang sedang menerangkan materi Laju Reaksi hanya seperti angin berlalu di kepalanya. Tidak, bukannya Biyu tidak paham dengan apa yang di terangkan oleh Pak Nizam, hanya saja otaknya sudah terlalu hafal dengan materi kimia itu. Maka sepertinya tidur adalah jawaban terbaik.

"Bi-biyu, jangan tidur nanti kamu di hukum loh sama Pak Nizam," ujar Naga, teman sebangkunya.

Suara Naga membuatnya berdecak sebal. "Ck ... berisik. Lo tinggal diem, jangan cepuin gue."

"Ta-tapi Pak Nizam kalau hukum muridnya gak tanggung-tanggung loh."

Biyu merotasikan matanya jengah. Begini jika sebangku dengan anak culun yang sok disiplin. Dan Biyu sangat benci jika harus di tempatkan dengan orang yang seperti Naga. Tapi mau bagaimana lagi, satu kelas sudah full dan hanya Naga yang tak punya teman sebangku.

"Makanya lo diem, Naga terbang!" geram Biyu dengan gemas. "Gue heran, nama lo garang, tapi kenapa lo bisa...."

Naga menatap Biyu dengan tatapan polos dari mata sipit yang berlapis kacamata itu saat Biyu menatapnya dengan sedikit mengejek. Naga adalah sosok cowok dengan penampilan yang monoton. Baju di masukkan dan kancing baju yang dikancingkan hingga ke leher. Rambut klimis dan kacamata tebal yang beradu dengan pipi gembulnya. Dan itu menggoda Biyu untuk membully teman sebangkunya itu.

"Nama aku Sinaga Al-Zafran, Biyu. Bukan Naga terbang," protes Naga dengan tatapan polosnya.

"Terserah lo! Mau nama lo kambing gue juga kagak peduli!" gemas Biyu.

Brak...

"Anjing!" umpat Biyu saat suara gebrakan papan tulis membuatnya terkaget.

Sontak Biyu memukul mulutnya sendiri saat tahu bahwa Pak Nizam lah yang menggebrak papan tulis itu dengan tatapan tajam ke arahnya.

Smeraldo [End]Where stories live. Discover now