Chapter 5. Bertemu

63 15 0
                                    

Pagi itu, Nara telah bersiap pergi ke sekolah. Ini hari Sabtu, jika kebanyakan sekolah hari Sabtu libur, maka lain halnya dengan sekolah SMA Victoria yang masih saja masuk. Hari ini adalah hari ujian terakhir. Nara sedang menyisir rambut panjang setengah ikalnya dan mengucirnya. Memakai cardigan warna biru yang sudah dia siapkan dan menyemprot parfum sana-sini. Parfum adalah barang wajib bagi Nara, katanya sebagai pelet pemikat Leon.

Konyol kan? Iya, tapi begitu nyatanya. Leon sangat suka cewek berbau wangi. Dan Leon sudah sering memuji bau parfum yang Nara pakai. Dan untuk itu, tak cukup satu atau dua semprotan, dia harus memakainya hingga tercium sampai radius seratus meter. Agar bau Nara masih tercium hingga ke kelas Leon. Padahal mustahil.

Tring...

Ponsel Nara berbunyi, terlihat notifikasi chat. Dan sesuai harapan, itu adalah dari Leon. Akhirnya setelah berhari-hari tak ada kabar, hari ini Leon mengiriminya pesan.

Kak Leon:
Selamat pagi, Nara..

Jangan tanya secepat apa sekarang aliran darah Nara, yang pasti sudah secepat aliran bendungan serut yang selalu dibuka semua setiap musim penghujan. Deras sekali.

Me:
Selamat pagi, Kak.

Kak Leon:
Udah mau berangkat sekolah?

Me:
Iya, Kakak juga sudah berangkat?

Kak Leon:
Ini mau berangkat. Jangan lupa sarapan ya. Gue tunggu di depan gerbang sekolah.

Nara terperangah membacanya. Leon menunggu dirinya di depan sekolah. Bukankah itu seperti drama-drama Korea yang sering dia tonton?

"Kak Leon nunggu gue di depan gerbang? Oh my God!" seru Nara sembari melompat-lompat tak jelas. "Pasti Kak Leon mau nembak gue! Aaaa... gue gak sabar berangkat sekolah. Gue harus dandan yang cantik!"

Me:
Oke Kak, Kak Leon juga jangan lupa sarapan ya.

Nara kembali mematut dirinya di depan cermin. Menelisik, barangkali ada penampilannya yang kurang. Benar, dia merapikan lagi rambutnya dan memakai bando kecil tak berpita di kepalanya. Setidaknya dia harus tampil beda hari ini. Menambah parfumnya lagi agar menarik perhatian Leon.

Setelah selesai cewek itu segera menyahut tas ransel nya dan segera berlari keluar kamar. Menemui Indra yang mungkin sekarang sedang ada di meja makan. Benar, Papinya itu sedang asyik membuka makanan yang dapat Nara tebak baru saja di antar oleh Grab. Yaiyalah, siapa lagi yang memasak coba? Pembantunya masih belum kembali dan dapur miliknya mungkin sudah sangat sepi nan sunyi sepekan ini.

"Pagi, Pi!" sapa Nara sembari mencium pipi Indra.

"Pagi Sayang," jawab Indra sembari mengusap rambut Nara. Namun setelahnya pria berambut setengah gondrong itu mengendus-endus udara yang membuat Nara mengernyit. "Ini minyak nyong-nyong pakek nya berapa liter, Ra?"

Nara mendengus sebal mendengar cibiran dari Indra. "Papi! Bukan minyak nyong-nyong, ini parfum impor tau!"

"Ya itulah pokoknya, kamu pakek nya berapa liter sih? Oh, pusing kepala Papi nyium bau kamu!"

"Ih, Papi! Jangan norak kenapa sih? Ini tuh bau yang di sukai Kak Leon tau! Karena hari ini Nara yakin Kak Leon bakal nembak Nara!" seru Nara dengan riang.

Smeraldo [End]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora