Chapter 30. Lawan Dalam Tim

50 12 0
                                    

Selamat Berbuka!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Berbuka!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hujan mulai turun di siang hari. Menggantikan tugas mentari yang kini tertutup awan hitam. Alam pun mengerti bahwa Nara sedang bersedih hati. Tepat saat dirinya dan Biyu masuk kedalam rumah, tiba-tiba hujan turun dan itu membuat pikirannya semakin kalut. Dia berpikir jika bagaimana Rayan kehujanan di luar sana. Percayalah, Nara yang awalnya tak peduli sama sekali dengan Rayan, kini anak itu terus terngiang dalam benaknya.

Melihat Nara yang gusar, Biyu memegang tangan gadis itu untuk menenangkannya. Nara yang merasakan genggaman Biyu, sedikit lebih tenang dan menyunggingkan senyum ke arah cowok itu.

Biyu memutar otaknya untuk mencari hal apa yang sekiranya bisa membuat pikiran Nara teralihkan dari Rayan. Dia melirik kaki Nara yang cidera, menapak pada lantai keramik rumahnya. Biyu melepas pegangan tangannya dengan Nara lalu membungkuk dan menaikkan kaki Nara untuk dia taruh pada pahanya.

"Separah ini? Emang gimana jatuhnya? Lo nggak di apa-apain kan sama Arka?" selidik Biyu, sesaat dia menelisik kaki Nara yang cidera.

Nara terkekeh dan menarik pipi Biyu. "Itu mah penampilannya doang yang parah, aslinya mah cuma keseleo."

Biyu melongo lalu menyentil jidat Nara membuat gadis itu mengusapnya. "Keseleo doang kata lo? Lo pikir nyaman kaki lo kayak gitu?"

"Ya nggak lah!"

Biyu terkekeh, lalu sebuah ide muncul di kepalanya. Dia mengambil tasnya yang sedari tadi dia letakkan di sofa. Mengambil sebuah spidol biru dan hitam yang kebetulan dia bawa. Melihatnya, membuat Nara mengernyit tak mengerti. Karena kini Biyu membuat Nara duduk dengan kedua kaki di selonjorkan di atas paha cowok itu.

"Lo mau ngapain?" tanya Nara.

"Biar kaki lo nyaman dan cepat sembuh."

Nara tak mengerti dengan maksud Biyu, hingga setelahnya dia memahami, Biyu menggambar sesuatu di perban elastis miliknya. Entah apa yang dia gambar, tapi Biyu terlihat serius dan sesekali menyunggingkan senyum. Dan itu, membuat Nara tak tahan untuk tidak memotretnya.

Smeraldo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang