10. Keributan rumah tangga

Start from the beginning
                                    

"Jangan ditolak, ini spesial dari mama. Berikan saja sama dia, Mama yakin Kevin pasti suka" ucapnya seraya memaksa Haifa menerima pemberiannya. Haifa menerima ragu-ragu, dia tak mau membuat ibu mertuanya kecewa.

"Kita langsung pulang ya, mama antar kamu pulang dulu nanti"

Haifa mengangguk, mengikuti langkah ibu mertuanya. Bersyukur karena tak bertemu lagi dengan mantan istri suaminya. Saat mereka berjalan melewati stand mainan Haifa sekilas melihat sosok suaminya, lelaki itu sedang memilih beberapa boneka bersama Aira dalam gendongan.

Jadi lelaki itu disini, apa mungkin dia datang bersama mantan istrinya, apa mungkin lelaki itu datang menjemput kerumah mereka, dan apa saja yang sudah mereka lakukan? Apa mungkin mereka.. Haifa menggeleng, mengusir pikiran buruk di kepalanya. Mereka datang ke sini bersama Aira, Haifa tak boleh cemburu, mereka mungkin sudah berpisah, tapi tetap harus bekerja sama membesarkan Aira.

Di dalam mobil Haifa terlihat lebih muram, hanya sesekali menanggapi saat ibu mertuanya bertanya. Pikirannya masih tertuju pada suaminya, kira-kira apa yang sedang mereka lakukan? Apakah mereka bahagia saat pergi bersama?

Ponselnya berdenting, Haifa melihat balasan dari sang suami.

"Kamu ada di mana? Mas juga ada disini"

Haifa hanya menatapnya tanpa berniat membalas, memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ponselnya kembali berbunyi tapi tetap dia hiraukan. Biarkanlah dia malas meladeni.

Sesampainya di rumah dan berterima kasih kepada ibu mertua nya Haifa langsung berjalan ke arah dapur, meletakkan barang belanjaannya di sana, dia naik kelantai atas seraya menenteng pakaian yang diberikan ibunya, meletakkan di Atas kasur dan langsung berlalu ke arah kamar mandi untuk bersiap-siap sholat dzuhur.

Selesai mengganti pakaiannya dengan baju rumahan dan sholat dzuhur dia kembali ke dapur, membereskan barang belanjaannya. Menata sayurannya ke dalam food container agar terlihat lebih rapih, memang membutuhkan lebih banyak waktu tapi hal itu akan memudahkannya saat akan memasak.

Pukul lima sore suaminya pulang, Haifa berdiri menyambutnya di belakang pintu, tak ingin jika ada orang luar yang melihat auratnya. Haifa tersenyum saat suaminya membuka pintu, mencium tangan suaminya dan mengambil alih tas dari tangan suaminya. "Biar Haifa yang letakkan di ruang kerja, mas mau minum?"

Kevin menggeleng "Mas mau mandi saja"

Melihat suaminya pergi Haifa menyimpan tas suaminya keruang kerja, kembali ke dapur membuatkan minum suaminya. Saat masuk ke dalam kamar Haifa meletakkan air di atas meja, mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi dia bergerak ke arah lemari, menyiapkan pakaian untuk suaminya. Mengambil sebuah kaos hitam polos dan juga celana pendek. Haifa berbalik berniat meletakkan baju di atas kasur dan pergi dari sana. Tapi yang dia dapati adalah suaminya yang berdiri dibelakangnya dengan bertelanjang dada, Haifa gelagapan, mencoba menatap ke lain arah asalkan jangan melihat tubuh suaminya yang terlihat menggoda.

"Mas suami kamu loh, jangankan dilihat, diraba juga boleh" ujar lelaki itu menggoda, menundukan tubuhnya membuat tetesan rambut pria itu jatuh tepat kewajah sang istri.

"Mas!"

"Apa?" Lelaki itu mengambil pakaian yang masih berada di tangan istrinya "yakin tidak mau pegang?"

Haifa diam saja, tak mau menjawab suaminya, melihat pria itu yang tanpa malu memakai baju di depannya Haifa berbalik. Bagaimanapun juga dia gadis tanpa pengalaman, harusnya lelaki itu lebih sopan, bukannya mengajarkan hal yang dewasa seperti ini.

"Sudah, lihat suami sendiri pakai baju saja malu-malu. Awas saja nanti kalau sampai tergila-gila"

Haifa berbalik, menatap pria itu tajam. "Lain kali pakai baju jangan di depan Haifa"

"Oh iya, mas lupa kalau kamu ini masih perawan" ucapnya berbisik diakhir kalimat.

Mendengar itu Haifa semakin geram, mendorong tubuh suaminya dan menjauh dari pria itu, melanjutkan membaca sebuah buku yang belum selesai dia baca dan duduk di sofa samping jendela.

Lelaki itu terkekeh, mengeringkan rambutnya dengan handuk dan duduk di tepi kasur "beli apa saja sama mama?"

"Beli sayur sama baju doang. Buat mas katanya" jawab Haifa seraya menunjuk shooping bag dia atas kasur "besok-besok Haifa belanja di pasar saja, boleh kan mas kalau Haifa belanja di pasar?"

"Boleh, asal mas yang temani, tapi bukannya lebih enak belanja di super market, tempatnya nyaman, lebih bersih, lebih aman juga"

"Mahal mas, sayang uangnya"

Kevin mengangguk, selesai mengeringkan rambutnya kevin meraih shooping bag untuk melihat isinya. Matanya berbinar melihat pakaian yang ada di sana "yakin mama yang pilih bukan kamu?"

"Iya lah, mama bilang kamu pasti suka" Haifa menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.

"Mama memang paling ngertiin aku, tahu apa saja yang disukai anaknya" Kevin tersenyum lebar, memasukan kembali pakaian itu ke tempatnya "kalau bisa nanti kamu pakai ya"

Haifa mengernyitkan dahinya, menatap sang suami aneh "masa Haifa pake baju kamu mas?"

Kevin tak menjawab, lelaki itu berjalan mendekat kearahnya. Duduk disampingnya dan melirik buku yang dia baca "hobi banget baca kaya gituan"

"Biarin! masalah emang?" Haifa melirik suaminya tak suka

"Ih kok gitu jawabannya, dosa loh bicara ketus gitu sama suami"

"Alah kamu bawa-bawa dosa, waktu kemarin dicium mantan istri nggak inget dosa?" Haifa melirik sinis kearah suaminya "mana inget dosa, orang yang cium spek bidadari gitu!"

"Kamu ngintip." Kevin menatap istrinya curiga

"Ngintip dari mana? orang kamu cium-ciuman nggak inget tempat. Ngakunya dicium mama lagi. Basi!. Bilang aja suka, kamu pasti deg-degan kan waktu itu?"

"Biasa aja, udah bosen mas dicium dia! Maunya sih dicium kamu, tapi kamunya susah dirayu" lelaki itu menggeser duduknya semakin dekat.

Merasa geram Haifa menutup bukunya, melirik suaminya sengit, lalu mengatupkan tangan didepan dada "maaf ya pak, saya tidak suka dicium sama om- om mesum kaya situ!" Setelahnya Haifa berlalu keluar kamar, meninggalkan suaminya yang berteriak tak terima dipanggil om-om olehnya.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you..

 

Baja NagaraWhere stories live. Discover now