"Tadi cuma antar Aira sampe depan, Mas Kevin yang ketemu, Haifa enggak"

"Kamu harus hati-hati ya sayang sama wanita itu, jangan sampai Kevin kembali lagi bersama wanita itu"

"Iya ma" Haifa ingin bertanya tapi segan, dia tak mau jika nanti di cap sebagai wanita yang terlalu sibuk dengan urusan orang lain.

"Wanita itu meninggalkan Kevin demi laki-laki lain, dan sekarang wanita itu mencoba untuk kembali setelah ditinggalkan kekasihnya. Mama harap kamu bisa membuat Kevin jatuh cinta supaya kevin tidak kembali pada wanita itu" Haifa diam saja, mendengarkan penjelasan ibu mertuanya panjang lebar "kamu dengar Haifa?"

"Iya ma, Haifa dengar"

"Mama mohon sama kamu, bantu Kevin melupakan wanita itu. Jangan biarkan wanita itu merebut Kevin dari kamu."

"Iya ma"

"Mama minta tolong juga, tolong jaga Aira selama dia bersama kalian. Sayangi Aira seperti anak kamu sendiri ya, kasihan dia menjadi korban keegoisan orang tuanya"

"Iya ma, Haifa pasti akan menjaga Aira dengan baik"

"Terima kasih sayang, mama tutup telfonnya dulu. Papa panggil mama soalnya, assalamualaikum"

"Iya ma, waalaikumussalam".

Setelah sambungan telfon selesai, Haifa menatap ponsel suaminya penasaran, menengok ke dalam rumah takut-takut pria itu ada di belakangnya. Tangannya bergerak membuka galeri di ponsel suaminya, mungkin saja lelaki itu menyimpan beberapa gambar sang mantan istri. Haifa penasaran. Bagai mana wajah wanita itu. Secantik apa dia sampai membuat ibu mertuanya takut suaminya akan kembali jatuh cinta.

Perlahan dia menelusuri foto-foto yang ada di galeri, menemukan beberapa foto Aira dan suaminya saat pergi jalan-jalan pagi tadi, menggesernya ke bawah sampai Haifa tertegun melihat beberapa fotonya di ponsel sang suami. Ada yang sedang menyapu halaman rumahnya, ada juga fotonya yang sedang menjemur pakaian, menyirami bunga dan masih banyak lagi fotonya yang diambil diam-diam. jadi, lelaki itu mengawasinya saat dia ditinggal dikampungnya kemarin?.

Haifa mematikan ponselnya, tak ingin mencari tau lagi isi ponsel sang suami. Dalam hati dia meminta maaf karena telah lancang membuka ponsel orang lain tanpa seizin pemiliknya.

Setelahnya Haifa berdiri, berjalan ke arah kamar dimana suaminya berada, membuka pintunya perlahan, dia menemukan anaknya masih tertidur dan juga sang suami yang sedang membaca buku di atas sofa. Haifa mendekat, menyerahkan ponsel sang suami dengan tangannya yang sedikit gemetar. Dia gugup, mengetahui suaminya diam-diam mengawasinya selama ini.

"Kamu kenapa? Kok gugup gitu? Ibu bilang apa?" Kevin menutup bukunya, meletakannya di atas meja kecil dusamping sofa. Menatap heran kearah istrinya yang terlihat gugup "duduk sini" kevin menepuk sofa disebelahnya. Memberikan tempat untuk istrinya duduk.

Haifa tetap bergeming, dia tak mau laki-laki itu mendengar detak jantungnya yang bertalu terlalu keras.

Melihat istrinya yang diam saja Kevin meraih tangannya dan menarik wanita itu duduk disampingnya. Saat wanita itu ingin kembali beranjak, Kevin menahannya "diam, atau mas cium"

Haifa yang mendengarnya reflek diam. Tak berani melawan suaminya itu.

Kevin yang melihat respon istrinya justru tersenyum singkat "segitu nggak mau nya kamu mas cium, padahal mas punya hak loh. Misalnya mas paksa juga nggak masalah"

Haifa diam saja, tak berani membalas suaminya. Dia tau suaminya benar, tapi dia takut untuk memulainya. "Haifa butuh waktu mas"

"Sampai kapan?" Kevin menatap wanita itu lembut "apa yang kamu takutkan dari mas?"

"Tidak ada, Haifa hanya tidak yakin dengan pernikahan kita. Haifa takut kamu tidak benar-benar menginginkan pernikahan ini" Haifa menatap sang suami, mencari ketulusan suaminya disana.

"Apa yang harus mas lakukan untuk membuatmu yakin dengan pernikahan ini?"

"Haifa tidak tau"

"Mas sudah mengajukan Isbat nikah
Ke pengadilan, itu artinya pernikahan kita sah dimata agama dan juga negara. Apa itu kurang untuk meyakinkan kamu kalau mas ini serius ?"

"Haifa minta maaf, belum bisa menjadi istri yang baik buat mas" Haifa menunduk, malu menghadap suaminya "Haifa akan mencoba menerima kamu mas, bantu Haifa untuk menjadi istri yang baik dan ibu yang baik untuk Aira"

"Sudahlah, mas paham. Kita menikah tidak saling mengenal, kamu juga butuh waktu untuk menerima mas dan juga Aira. Tapi tolong, jangan tutup hati kamu sebelum mas dan Aira masuk" Kevin mendekat, meraih bahu sang istri dan memeluknya. Menyandarkan kepala wanita itu didadanya "kita suami istri, diskusikan apapun hal yang membuat kita tidak nyaman. Kita mulai semuanya dari awal. Mas akan berusaha mencintai kamu dan membuatmu jatuh cinta tentunya"

Haifa membalas pelukan suaminya, dia sadar lelaki disampingnya adalah suaminya, lelaki itu yang sudah mengambil tanggung jawab atas dirinya. "Haifa akan coba mas"

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

See you...

Baja NagaraWhere stories live. Discover now